Yeremia 51 tentang "Kehancuran Babel" Seri Nabi Besar by Febrian
22 Desember 2025
Yeremia 51 tentang "Kehancuran Babel" Seri Nabi Besar
Jeremiah 51 [New English Translation] <-- Klik di sini untuk membaca seluruh ayat
Yeremia 51:1-64 [BIS - Sabda]
Sebab itu TUHAN berkata kepada penduduk Yerusalem,
"Aku akan memperjuangkan perkaramu dan membalas perbuatan musuh-musuhmu
kepadamu. Sumber-sumber air dan sungai-sungai Babel akan Kukeringkan. Negeri
itu akan menjadi timbunan puing, tempat bersembunyi anjing hutan. Orang
merasa ngeri melihatnya, dan tak seorang pun mau tinggal di sana.
Orang Babel mengaum seperti singa, dan menggeram seperti anak
singa. Sementara nafsu makan mereka memuncak, Aku akan menyiapkan hidangan
bagi mereka, dan membuat mereka mabuk dan pusing sampai tertidur dan tidak
bangun-bangun lagi. Mereka akan Kubawa untuk disembelih seperti anak domba,
kambing, dan domba jantan.
Aku, TUHAN, telah berbicara."
Nasib Babel
TUHAN berkata,
"Babel yang dipuji di seluruh dunia telah direbut dan diduduki! Alangkah
mengerikan negeri itu bagi bangsa-bangsa. Air laut meluap ke Babel;
gelombang-gelombangnya menderu melanda negeri itu. Kota-kotanya menjadi
tempat yang mengerikan, seperti padang gurun yang gersang. Tak ada orang
yang mau tinggal atau lewat di situ.
Bel, dewa negeri Babel, akan Kuhukum. Akan Kubuat dia mengembalikan apa
yang telah dirampasnya. Bangsa-bangsa tidak akan menyembah dia lagi.
Tembok-tembok Babel sudah runtuh. Sebab itu larilah dari sana, hai umat Israel! Selamatkan dirimu dari kemarahan-Ku yang meluap. Janganlah takut atau cemas karena desas-desus yang kamu dengar.
Setiap tahun tersiar kabar yang berlainan--kabar tentang kekejaman di dalam
negeri dan tentang raja-raja yang memerangi satu sama lain.
Percayalah, saatnya akan tiba Aku menghukum berhala-berhala Babel. Seluruh
negeri itu akan dihina, dan segenap penduduknya dibunuh.
Segala sesuatu di langit dan di bumi akan bersorak gembira apabila Babel jatuh ke tangan bangsa dari utara yang datang untuk menghancurkannya. Banyak orang di seluruh dunia telah mati terbunuh karena Babel, tapi sekarang Babel akan jatuh demi orang Israel yang mati terbunuh.
Aku, TUHAN, telah berbicara."
Pesan TUHAN untuk orang Israel di Babel TUHAN berkata kepada orang Israel di Babel,
"Kamu sudah luput dari pembunuhan! Jadi, pergilah sekarang! Jangan menunggu! Sekalipun kamu jauh dari rumah, ingatlah kepada-Ku, Tuhanmu, dan kepada Yerusalem. Kamu berkata, 'Kami dihina dan dipermalukan; kami kehilangan muka karena orang-orang asing menduduki ruangan-ruangan suci di dalam Rumah TUHAN.'
Nah, perhatikanlah perkataan-Ku ini. Akan datang saatnya Aku menghukum berhala-berhala Babel. Di seluruh negeri itu akan terdengar suara orang merintih karena luka parah. Sekalipun Babel dapat naik ke langit dan membangun pertahanan yang tak dapat dicapai, Aku tetap akan mengirim orang untuk merusaknya. Aku, TUHAN, telah berbicara."
Lanjutan penghancuran Babel TUHAN berkata,
"Dengarkan! Di Babel orang menjerit dan menangis sedih karena kehancuran yang terjadi di negeri itu. Aku sedang menghancurkan Babel dan menghentikan suara-suara keramaiannya. Musuh datang seperti gelombang menderu, dan tentaranya menyerbu dengan pekik-pekik perang. Mereka datang untuk merusak Babel, menangkap prajurit-prajuritnya dan mematahkan senjata-senjata mereka. Akulah TUHAN yang menghukum kejahatan, dan Babel akan Kubalas setimpal dengan perbuatannya. Aku akan memabukkan para pejabat pemerintah Babel--para cerdik pandai, pemimpin dan tentara. Mereka tidak akan bangun-bangun lagi, tertidur untuk selama-lamanya.
Aku telah berbicara; Akulah raja, Aku TUHAN Yang Mahakuasa.
Tembok Babel yang kuat-kuat akan Kuhancurkan sehingga menjadi serata dengan tanah. Pintu gerbangnya yang tinggi-tinggi akan Kubakar habis. Percuma saja jerih payah bangsa-bangsa, sebab semua hasil pekerjaan mereka akan dimakan api.
Aku, TUHAN Yang Mahakuasa, telah berbicara."
Pesan Yeremia disampaikan ke Babel
Pengawal pribadi raja Zedekia adalah Seraya anak Neria cucu Mahseya. Pada tahun keempat pemerintahan Zedekia raja Yehuda, Seraya mengikuti Zedekia ke Babel. Maka aku memberikan kepadanya suatu tugas. Semua malapetaka yang akan menimpa Babel dan hal-hal lain mengenai negeri itu telah kutulis dalam sebuah buku gulungan.
Lalu aku berkata kepada Seraya,
"Setelah engkau sampai di Babel, usahakanlah supaya semua yang tertulis dalam buku ini dapat kaubacakan kepada orang-orang di sana. Sesudah itu berdoalah begini, 'TUHAN, Engkau sudah berkata bahwa kota ini akan Kauhancurkan sehingga baik manusia maupun binatang lenyap sama sekali, dan tempat ini menjadi seperti padang gurun untuk selama-lamanya.' Nah, setelah kaubacakan isi buku ini kepada orang-orang itu, ikatkanlah batu pada buku ini, lalu lemparkanlah ke tengah-tengah Sungai Efrat, sambil berkata, 'Beginilah akan terjadi dengan Babel. Negeri ini akan tenggelam dan tidak timbul lagi karena malapetaka yang ditimpakan TUHAN ke atasnya.'"
Kata-kata Yeremia berakhir di sini.
Jika Yeremia 51:64 dibaca secara literal dan historis, nubuat tentang Babel “tenggelam dan tidak timbul lagi” tidak menunjuk pada kehancuran dalam satu malam saja, melainkan pada proses runtuh yang nyata, bertahap, dan dapat ditelusuri dalam sejarah dunia.
Secara sejarah, kejatuhan Babel sebagai kekuatan politik utama terjadi pada tahun 539 SM. Pada tahun itu, Raja Koresh Agung (Cyrus the Great) dari Persia menaklukkan Babel tanpa perlawanan besar. Catatan ini konsisten antara Alkitab dan sumber sejarah dunia. Kitab Daniel pasal 5 mencatat malam jatuhnya Babel pada masa Raja Belsyazar, ketika kota itu direbut saat pesta besar berlangsung. Sejarawan Yunani Herodotus (abad ke-5 SM) dan Xenophon juga mencatat bahwa pasukan Persia mengalihkan aliran Sungai Efrat sehingga mereka dapat masuk ke kota melalui dasar sungai. Sejak saat itu, Babel tidak lagi menjadi pusat kekuasaan dunia. Kekuasaan berpindah ke Media-Persia.
Namun, setelah 539 SM, Babel belum langsung menjadi kota mati. Di bawah pemerintahan Persia, Babel masih dihuni, tetapi statusnya menurun drastis. Kota ini kehilangan kedaulatan, militernya dilucuti, dan perannya sebagai pusat agama dan politik dunia berakhir. Pemberontakan-pemberontakan Babel terhadap Persia pada abad ke-6 dan ke-5 SM selalu dipatahkan dengan keras. Raja Darius I (sekitar 522–486 SM) menghancurkan tembok-tembok Babel dan menghapus banyak simbol kejayaannya, sehingga kota itu semakin “tenggelam” secara politis dan ekonomi.
Kemerosotan lebih lanjut terjadi pada masa penaklukan Aleksander Agung tahun 331 SM. Aleksander sempat berniat menjadikan Babel sebagai ibu kota kekaisarannya, tetapi ia meninggal di Babel pada tahun 323 SM. Setelah kematiannya, penerus-penerusnya (Dinasti Seleukia) membangun kota baru, Seleukia, sekitar 90 km dari Babel. Sejak itu, penduduk Babel perlahan meninggalkan kota tersebut. Ini penting, karena kehancuran Babel bukan hanya karena perang, tetapi karena ditinggalkan, kehilangan fungsi, dan mati secara ekonomi dan sosial.
Pada abad-abad berikutnya, Babel semakin merosot. Pada masa Romawi (abad 1 SM – abad 1 M), Babel digambarkan oleh para penulis kuno sebagai reruntuhan besar dengan sedikit penduduk. Plinius Tua (meninggal tahun 79 M) mencatat bahwa Babel telah menjadi hampir kosong. Pada abad-abad awal Masehi, Babel praktis tidak lagi dihuni sebagai kota besar. Wilayahnya berubah menjadi puing-puing yang perlahan tertutup pasir dan lumpur sungai, sejalan dengan gambaran “tenggelam” dalam Yeremia 51:64.
Arkeologi modern menguatkan hal ini. Situs Babel, dekat Hillah di Irak modern, menunjukkan lapisan kehancuran, penelantaran, dan tidak adanya kelanjutan kehidupan kota besar setelah periode Helenistik awal. Tidak pernah ada kebangkitan Babel sebagai bangsa, kerajaan, atau kota berdaulat sampai hari ini. Nama “Babel” bertahan hanya sebagai simbol, bukan sebagai realitas politik atau geografis yang hidup.
Dengan demikian, secara sejarah dunia, nubuat Yeremia 51:64 mulai digenapi pada tahun 539 SM dengan penaklukan oleh Persia, berlanjut melalui penghancuran bertahap pada masa Persia dan Yunani, dan mencapai bentuk akhirnya ketika Babel benar-benar ditinggalkan dan hilang dari panggung sejarah. Babel tidak “bangkit kembali” sebagai bangsa atau kekuatan, persis seperti yang dinubuatkan: tenggelam, dan tidak timbul lagi.
Yeremia 51 disampaikan Allah bukan hanya untuk orang-orang pada zaman nabi Yeremia, tetapi untuk semua pembacanya sepanjang zaman. Melalui nubuat tentang kehancuran Babel, Allah ingin menyatakan bahwa tidak ada kekuasaan, kerajaan, atau sistem dunia mana pun yang kebal terhadap keadilan-Nya. Babel adalah bangsa yang sangat kuat, maju, kaya, dan berpengaruh. Mereka memiliki tentara yang besar, kota yang megah, ilmu pengetahuan, dan sistem pemerintahan yang teratur. Namun di balik semua itu, Babel hidup dalam kesombongan, penyembahan berhala, kekerasan, penindasan, dan rasa aman palsu. Mereka merasa tidak membutuhkan Allah dan menganggap diri mereka tidak akan pernah runtuh. Allah menunjukkan bahwa Ia adalah Tuhan atas sejarah. Ia bisa memakai suatu bangsa sebagai alat-Nya, tetapi bangsa itu tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Babel pernah dipakai Allah untuk menghukum Yehuda, tetapi ketika Babel hidup dalam kejahatan, kesombongan, dan penindasan tanpa pertobatan, Allah sendiri bangkit melawan mereka. Firman ini mengajarkan bahwa keberhasilan, kekuatan, dan kemajuan tidak selalu berarti perkenanan Allah, apalagi jika semua itu membuat manusia menjauh dari-Nya. Yeremia 51 juga menunjukkan bahwa kehancuran Babel bukan terjadi tiba-tiba tanpa peringatan. Allah lebih dulu menyatakan firman-Nya, memberi tahu apa yang akan terjadi, dan membuka kesempatan untuk sadar bahwa hidup tanpa Allah adalah jalan yang berbahaya. Namun Babel memilih bertahan dalam cara hidupnya. Karena itu, kehancuran datang secara bertahap hingga Babel benar-benar hilang dari panggung sejarah dan tidak pernah bangkit kembali sebagai bangsa yang berdaulat. Bagi kehidupan zaman modern, pesan ini sangat relevan. Banyak orang, lembaga, bahkan bangsa hidup seperti Babel: merasa aman karena kekayaan, teknologi, jabatan, koneksi, dan sistem yang kuat. Selama hidup terasa nyaman, Tuhan dianggap tidak penting. Doa dianggap tidak perlu. Ketergantungan pada Allah digantikan oleh rasa percaya diri berlebihan. Yeremia 51 mengingatkan bahwa rasa aman tanpa Allah adalah ilusi. Ketika fondasi hidup tidak dibangun di atas kebenaran dan keadilan, semuanya bisa runtuh kapan saja. Firman ini mengajak setiap orang untuk memeriksa dasar hidupnya. Apakah rasa aman datang dari Tuhan atau dari kemampuan sendiri. Apakah keberhasilan membuat hati semakin rendah atau justru semakin jauh dari Allah. Allah tidak menentang kemajuan, tetapi Ia menentang kesombongan dan hidup yang menyingkirkan Dia. Yeremia 51 mengajar bahwa keselamatan sejati bukan ada pada kekuatan dunia, melainkan pada Tuhan yang memegang sejarah dan hidup manusia.
TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa;
Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa.
Tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya,
rancangan hati-Nya turun-temurun.
Mazmur 33:10–11
Amin.

Komentar
Posting Komentar