Ratapan 1 tentang "Keruntuhan dan kesunyian Yerusalem" Seri Nabi Besar by Febrian

24 Desember 2025

Image by Freepik.com

Ratapan 1 tentang "Keruntuhan dan kesunyian Yerusalem" Seri Nabi Besar

Shaloom Bapak/Ibu Saudara/i yang terkasih di dalam Tuhan. Hari ini kita bersama akan mempelajari firman Tuhan mengenai keruntuhan Yerusalem dan keadaannya setelah jatuh itu. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut. Tuhan Yesus memberkati.

Ratapan 1 (Nabi Yeremia)

Keruntuhan dan kesunyian Yerusalem 

א (Alef)

1 Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang jandalah ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan. 

ב (Bet)

2 Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis, air matanya bercucuran di pipi; dari semua kekasihnya, tak ada seorangpun yang menghibur dia. Semua temannya mengkhianatinya, mereka menjadi seterunya. 

ג (Gimel)

3 Yehuda telah ditinggalkan penduduknya karena sengsara dan karena perbudakan yang berat; ia tinggal di tengah-tengah bangsa-bangsa, namun tidak mendapat ketenteraman; siapa saja yang menyerang dapat memasukinya pada saat ia terdesak. 

ד (Dalet)

4 Jalan-jalan ke Sion diliputi dukacita, karena pengunjung-pengunjung perayaan tiada; sunyi senyaplah segala pintu gerbangnya, berkeluh kesahlah imam-imamnya; bersedih pedih dara-daranya; dan dia sendiri pilu hatinya. 

ה (He)

5 Lawan-lawan menguasainya, seteru-seterunya berbahagia. Sungguh, TUHAN membuatnya merana, karena banyak pelanggarannya; kanak-kanaknya berjalan di depan lawan sebagai tawanan. 

ו (Vav)

6 Lenyaplah dari puteri Sion segala kemuliaannya; pemimpin-pemimpinnya bagaikan rusa yang tidak menemukan padang rumput; mereka berjalan tanpa daya di depan yang mengejarnya. 

ז (Zayin)

7 Terkenanglah Yerusalem, pada hari-hari sengsara dan penderitaannya, akan segala harta benda yang dimilikinya dahulu kala; tatkala penduduknya jatuh ke tangan lawan, dan tak ada penolong baginya, para lawan memandangnya, dan tertawa karena keruntuhannya. 

ח (Khet)

8 Yerusalem sangat berdosa, sehingga najis adanya; semua yang dahulu menghormatinya, sekarang menghinanya, karena melihat telanjangnya; dan dia sendiri berkeluh kesah, dan memalingkan mukanya. 

ט (Tet)

9 Kenajisannya melekat pada ujung kainnya; ia tak berpikir akan akhirnya, sangatlah dalam ia jatuh, tiada orang yang menghiburnya. "Ya, TUHAN, lihatlah sengsaraku, karena si seteru membesarkan dirinya!" 

י (Yod)

10 Si lawan mengulurkan tangannya kepada segala harta bendanya; bahkan harus dilihatnya bagaimana bangsa-bangsa masuk ke dalam tempat kudusnya, padahal Engkau, ya TUHAN, telah melarang mereka untuk masuk jemaah-Mu. 

כ (Kaf)

11 Berkeluh kesah seluruh penduduknya, sedang mereka mencari roti; harta benda mereka berikan ganti makanan, untuk menyambung hidupnya. 

Yerusalem berkata:

"Lihatlah, ya TUHAN, pandanglah, betapa hina aku ini! 

ל (Lamed)

12 Acuh tak acuhkah kamu sekalian yang berlalu? Pandanglah dan lihatlah, apakah ada kesedihan seperti kesedihan yang ditimpakan TUHAN kepadaku, untuk membuat aku merana tatkala murka-Nya menyala-nyala! 

מ (Mem)

13 Dari atas dikirim-Nya api masuk ke dalam tulang-tulangku; dihamparkan-Nya jaring di muka kakiku, didesak-Nya aku mundur; aku dibuat-Nya terkejut, kesakitan sepanjang hari. 

נ (Nun)

14 Segala pelanggaranku adalah kuk yang berat, suatu jalinan yang dibuat tangan Tuhan, yang ditaruh di atas tengkukku, sehingga melumpuhkan kekuatanku; Tuhan telah menyerahkan aku ke tangan orang-orang, yang tidak dapat kutentangi. 

ס (Samek)

15 Tuhan membuang semua pahlawanku yang ada dalam lingkunganku; Ia menyelenggarakan pesta menentang aku untuk membinasakan teruna-terunaku; Tuhan telah menginjak-injak puteri Yehuda, dara itu, seperti orang mengirik memeras anggur. 

ע (Ayin)

16 Karena inilah aku menangis, mataku mencucurkan air; karena jauh dari padaku penghibur yang dapat menyegarkan jiwaku; bingunglah anak-anakku, karena terlampau kuat si seteru." 

פ (Pe)

17 Sion mengulurkan tangannya, tetapi tak ada orang yang menghiburnya; terhadap Yakub dikerahkan TUHAN tetangga-tetangganya sebagai lawan. Yerusalem telah menjadi najis di tengah-tengah mereka. 

צ (Tsade)

18 "Tuhanlah yang benar, karena aku telah memberontak terhadap firman-Nya; dengarlah hai segala bangsa, dan lihatlah kesedihanku; dara-daraku dan teruna-terunaku pergi sebagai tawanan. 

ק (Qof)

19 Aku memanggil kekasih-kekasihku, tetapi mereka memperdayakan aku; imam-imamku dan para tua-tuaku telah mati semuanya di kota, tatkala mencari makan bagi dirinya untuk menyambung hidupnya. 

ר (Resh)

20 Ya, TUHAN, lihatlah, betapa besar ketakutanku, betapa gelisah jiwaku; hatiku terbolak-balik di dalam dadaku, karena sudah melampaui batas aku memberontak; di luar keturunanku dibinasakan oleh pedang, di dalam rumah oleh penyakit sampar. 

ש (Sin/Shin)

21 Dengarlah bagaimana keluh kesahku, sedang tiada penghibur bagiku; seteru-seteruku mendengar tentang kecelakaanku, mereka gembira karena Engkau yang mendatangkannya! Datanglah kiranya hari yang telah Engkau umumkan itu, dan biarlah mereka menjadi seperti aku! 

ת (Tav)

22 Biarlah segala kejahatan mereka datang ke hadapan-Mu, dan perbuatlah kepada mereka, seperti Engkau telah perbuat kepadaku oleh karena segala pelanggaranku; karena banyaklah keluh kesahku, dan pedih hatiku."

Kita sudah membaca 12 ayat (sesuai 12 huruf dalam abjad bahasa Ibrani) dari Kitab Ratapan yang secara tradisional diyakini ditulis oleh Nabi Yeremia. Sesunguhnya kitab Ratapan ini adalah suatu syair yang dinyanyikan oleh Nabi Yeremia sambil meratapi kota Yerusalem yang hancur dengan tragis. Jadi seluruh kitab ini dengan 5 pasal, isinya adalah 22 kumpulan bagian syair sesuai dengan 22 abjad Ibrani.

Perjanjian Lama bahasa Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini. 

Meskipun teks asli dalam bahasa Ibrani tidak mencantumkan nama penulisnya secara eksplisit, berikut adalah beberapa alasan mengapa Yeremia dianggap sebagai penulisnya:

  1. Tradisi Yahudi dan Kristen: Terjemahan Yunani kuno (Septuaginta) dan Latin (Vulgata) memberikan pengantar yang secara langsung menghubungkan kitab ini dengan Nabi Yeremia.
  2. Saksi Mata: Penulis kitab ini menggambarkan kehancuran Yerusalem dengan sangat rinci dan emosional, menunjukkan bahwa ia adalah saksi mata peristiwa tersebut (586 SM), yang sesuai dengan pengalaman hidup Yeremia.
  3. Kesamaan Gaya Bahasa: Terdapat kemiripan gaya bahasa dan tema antara Kitab Ratapan dan Kitab Yeremia, seperti julukan "nabi yang menangis" karena rasa duka yang mendalam terhadap bangsanya.
  4. Latar Belakang Sejarah: Dalam 2 Tawarikh 35:25 disebutkan bahwa Yeremia menggubah syair-syair ratapan, yang memperkuat keyakinan bahwa ia adalah penulis kumpulan puisi duka ini. 
Dari Yeremia 1 di atas, dapat kita bagi menjadi 2 bagian besar yang menjadi pokok pikiran utama:

1. Penderitaan Yerusalem Ratapan 1:1-11

Sebagaimana kita ketahui, bahwa Ratapan 1 ini merupakan lanjutan dari Yeremia 52 yang menceritakan kejatuhan dari Yerusalem. Digambarkan di sini, bahwa Yerusalem sangat menderita karena sudah hancur, penduduknya ditawan, sehingga tidak lagi ada kegirangan di dalam kota itu.

Nabi Yeremia mengatakan sangat besar dosa mereka sehingga mereka menerima hukuman. Penduduk kota Yerusalem menyesali dirinya sendiri, ketika ia masih kaya raya dan terhormat, ia tidak menjaga kelakuannya bersih dan banyak melakukan dosa yang keji. Sungguh hebat penderitaan penduduk Yerusalem dan tidak ada yang menghiburnya. 

Hingga pada akhirnya penduduk Yerusalem memohon belas kasihan dari TUHAN Allah Semesta Alam, agar memperhatikan segala penderitaan mereka.

2. Keluhan Yerusalem Ratapan 1:12-22

Penduduk kota Yerusalem berkata pada orang-orang yang lewat di jalan melintasi mereka, untuk memperhatikan keadaan mereka, menceritakan bahwa dosanya telah dibalaskan oleh TUHAN, Allah Semesta Alam. Mereka telah diserahkan ke dalam tangan musuh yang menindas mereka. Bangsa Israel telah kehilangan semangat dan harapan mereka serta tidak ada yang menghibur lagi. 

Mereka mengeluh, bahwa mereka memohon pertolongan, tetapi tidak satupun yang memberi penghiburan apatah lagi pertolongan. Pada akhirnya bangsa Israel memohon kepada Allah agar mendengar keluh kesah mereka dan memohon balasan bagi para musuh mereka.

Mari sekarang kita coba renungkan apa yang mau TUHAN sampaikan pada kita di zaman modern ini:

1. Kota yang Berduka dan Hati yang Terluka

Ratapan 1:2

"Pada malam hari tersedu-sedu ia menangis, air matanya bercucuran di pipi; dari semua kekasihnya, tak ada seorangpun yang menghibur dia. Semua temannya mengkhianatinya, mereka menjadi seterunya.

Dari Kemegahan kepada Kehancuran, yaitu:

- Kemegahan material yang tak disertai kedalaman spiritual
- Kesibukan yang menggantikan keheningan di hadapan Tuhan
- Hubungan virtual yang dangkal menggantikan persekutuan yang intim
- Pencarian penghiburan di tempat yang salah: harta, prestasi, pengakuan manusia

Pelanggaran yang Menjadi Kuk

- Kuk perfeksionisme yang melelahkan
- Kuk pencarian identitas dalam pencapaian
- Kuk pembandingan sosial yang tiada henti
- Kuk penuh penyesalan masa lalu

Panggilan untuk Melihat dan Merasakan

Melihat dengan jujur kondisi rohani kita—tanpa penghindaran atau pembenaran diri
Melihat penderitaan orang lain—yang mungkin juga adalah "Yerusalem" yang sunyi di sekitar kita
Melihat kedaulatan Allah bahkan dalam disiplin—"Tuhanlah yang benar" (ayat 18)

Jalan Keluar: Dari Ratapan kepada Pengharapan

Ratapan 1:9

"Kenajisannya melekat pada ujung kainnya; ia tak berpikir akan akhirnya, sangatlah dalam ia jatuh, tiada orang yang menghiburnya. "Ya, TUHAN, lihatlah sengsaraku, karena si seteru membesarkan dirinya!""

- Kita berhenti menyalahkan keadaan atau orang lain
- Kita mengakui: "aku telah memberontak terhadap firman-Nya" (ayat 18)
- Kita datang kepada Tuhan dengan segala "kenajisan" kita, percaya bahwa pandangan-Nya yang penuh kasih adalah awal pemulihan

Penerapan Praktis dalam keseharian kita:

1. Ciptakan ruang hening—seperti Yerusalem yang sunyi, kita perlu berhenti dari kebisingan untuk mendengar ratapan hati kita sendiri.

Ratapan 1 berbicara tentang Yerusalem yang hancur—sebuah kota yang kehilangan kemuliaannya, ditinggalkan sahabat, dan menderita dalam kesendirian. Bayangkan jika kita menerapkan gambaran ini pada jiwa-jiwa modern kita:

Berapa banyak di antara kita yang, di balik senyuman di media sosial atau kesibukan kerja, sebenarnya adalah "Yerusalem yang berduka"—merasa terisolasi, dikhianati oleh harapan, atau kehilangan makna? Kota batin kita mungkin sunyi, gerbang hati kita terkunci, dan perayaan sukacita telah berhenti.

Yerusalem jatuh bukan dalam sekejap. Prosesnya dimulai ketika mereka "tak berpikir akan akhirnya" (ayat 9)—hidup dalam kemegahan tanpa mempertimbangkan konsekuensi spiritual.

Dalam konteks kita:

Yang paling mengharukan dalam Ratapan 1 adalah pengakuan jujur: "Segala pelanggaranku adalah kuk yang berat... yang ditaruh di atas tengkukku" (ayat 14).

Kuk modern apa yang kita pikul?

Seperti Yerusalem, kita sering baru menyadari beratnya kuk ini ketika kita "tidak dapat lagi menahannya."

Ratapan 1 dua kali memohon: "Lihatlah, ya TUHAN, pandanglah" (ayat 9, 11) dan "Pandanglah dan lihatlah" (ayat 12).

2. Praktikkan pengakuan jujur—tuliskan "pelanggaran" modern yang menjadi beban Anda, dan serahkan sebagai "kuk" kepada Tuhan.

3. Jadilah penghibur—perhatikan orang yang mungkin adalah "Yerusalem" di sekitar Anda: yang terisolasi, berduka, atau merasa dikhianati.

4. Carilah Penghibur Sejati—hanya Tuhan yang bisa "menyegarkan jiwaku" (ayat 16) ketika segala sesuatu gagal menghibur.

Penutup: Kota yang Dapat Dipulihkan

Ratapan 1 mengingatkan bahwa kehancuran total bisa menjadi awal pembangunan baru. Tuhan yang mendisiplin adalah Tuhan yang memulihkan. Kota Yerusalem fisik memang hancur, tetapi dari puing-puingnya tumbuh bangsa yang lebih rendah hati, lebih bergantung pada Tuhan.

Pertanyaan Refleksi:

- Bagian mana dari "kota batin" Anda yang perlu dipulihkan?
- "Kuk" apa yang perlu Anda akui dan serahkan kepada Tuhan?
- Siapa "Yerusalem" di sekitar Anda yang perlu Anda lihat, dengar, dan hibur?

Ratapan 1:22

"Biarlah segala kejahatan mereka datang ke hadapan-Mu, dan perbuatlah kepada mereka, seperti Engkau telah perbuat kepadaku oleh karena segala pelanggaranku; karena banyaklah keluh kesahku, dan pedih hatiku."

Demikianlah Firman TUHAN, Allah Semesta Alam, semoga menjadi berkat buat kita semua.

Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.

Mazmur 32:5
Amin.

Komentar