Yeremia 28 Part 1 tentang "Nabi Palsu" Seri Nabi Besar by Febrian

12 November 2025

Image by Freepik.com

Yeremia 28 Part 1 tentang "Nabi Palsu" Seri Nabi Besar

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai betapa bahayanya seseorang yang tidak mendalami firman Tuhan secara benar, akan mudah tertipu oleh Nabi Palsu. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut. Kiranya Tuhan Yesus memberkati.

Yeremia 28 <-- Klik di sini untuk membaca seluruh ayat

Nabi Yeremia masih memikul gandar kayu sebagai simbol dari belenggu yang diberikan Allah kepada bangsa Israel, namun dengan sembrono Hananya bin Azur yang mengaku diberi pesan oleh Allah, berani mengambil gandar kayu itu dan mematahkannya. Ini tindakan bodoh yang membawa maut bagi dirinya sendiri. 

Mengapa Hananya demikian beraninya berdusta? Atau jangan-jangan ia tidak berdusta, melainkan betul-betul mendengar di telinganya tentang perkataan itu? Kalau memang ia betul mendengarnya, dari mana sumbernya?

Coba kita perhatikan ayat berikut:

Yeremia 28:15-17 

Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya: "Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, tetapi engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta. 

Sebab itu beginilah firman TUHAN: 

Sesungguhnya, Aku menyuruh engkau pergi dari muka bumi. Tahun ini juga engkau akan mati, sebab engkau telah mengajak murtad terhadap TUHAN.

Maka matilah nabi Hananya dalam tahun itu juga, pada bulan yang ketujuh.

Terbukti bahwa ia tidak mengetahui apa-apa sebetulnya, tetapi ia ingin bahwa rakyat menjadi percaya kepadanya. Itu motivasi mencari keuntungan diri sendiri, namun bodoh karena membawa maut bagi dirinya sendiri. 

Hari ini kita akan mendalami tentang Nabi Palsu, apa saja yang ditulis dalam Alkitab mengenai Nabi Palsu:

Nabi Palsu tersebut muncul dalam dua bentuk: 

  1. Nabi/guru yang benar-benar dipengaruhi motif duniawi (kekuasaan, uang, pengaruh) sehingga menyesatkan orang. 
  2. Mereka yang sungguh percaya pesan mereka tetapi menerima “wahyu” yang sebenarnya berasal dari hasutan dan bukan dari Tuhan; Alkitab menanggapi kedua kasus itu sama tegasnya.

Hukum Musa dan kriteria pengujian: 

Dalam Taurat ada dua pedoman penting untuk menguji nabi. 

  1. Perintah melawan nabi yang mengajak umat menyembah allah lain — sekalipun mukjizat yang diberitahukan itu terjadi umat harus menolak ajakan menyembah ilah lain (Deuteronomium 13:1–5). 
  2. Tes kebenaran nubuatan: jika kata-kata yang dinyatakan “dalam nama TUHAN” tidak terjadi, maka nubuatan itu bukan dari TUHAN dan nabi itu harus diabaikan (Deuteronomium 18:20–22). Norma-norma ini menegaskan bahwa kriteria bukan sekadar keajaiban luar biasa, melainkan kesetiaan teologis dan kebenaran historis kegenapan deklarasi seorang nabi. (Sumber teks hukum Musa dan penjelasan teks tersedia untuk rujukan). 

Berikut ini beberapa kejadian Nabi Palsu dalam Alkitab:

I. Nabi Palsu dalam Perjanjian Lama

1. Bileam bin Beor – Bilangan 22–24; 31:16

Seorang peramal dari Pethor yang disewa Balak untuk mengutuk Israel. Walau ia berbicara atas nama Tuhan, hatinya serakah. Dalam 2 Petrus 2:15 dan Yudas 1:11, Bileam menjadi simbol nabi yang menyimpang demi keuntungan pribadi.
Makna teologis: Ketaatan parsial kepada Tuhan tetap berarti pemberontakan bila motivasinya adalah uang dan kuasa.

2. Nabi-nabi Ahab di Samaria – 1 Raja-Raja 22:6–28

Empat ratus nabi menubuatkan kemenangan Ahab atas Aram, tetapi hanya Mikha bin Yimla yang berbicara benar. Mereka ditipu oleh “roh dusta” yang Tuhan izinkan.
Makna teologis: Kebenaran tidak diukur dari jumlah suara, tetapi dari kesetiaan terhadap firman Tuhan.

3. Nabi tua dari Betel – 1 Raja-Raja 13:11–32

Nabi tua ini menipu nabi dari Yehuda dengan klaim wahyu baru, sehingga nabi muda melanggar perintah Tuhan dan mati.
Makna teologis: Ketika firman Tuhan telah jelas, tidak boleh diganti oleh klaim rohani yang tidak diuji.

4. Hananya bin Azur – Yeremia 28

Hananya menubuatkan bahwa kuk Babel akan dipatahkan dalam dua tahun, menentang nubuat Yeremia. Tuhan menghukumnya dengan kematian.
Makna teologis: Pesan damai tanpa pertobatan adalah ciri nubuat palsu.

5. Nabi-nabi palsu di Yehuda – Yehezkiel 13; 22:28

Mereka menutupi dosa bangsa dengan nubuat “damai” palsu, menyesatkan umat demi keuntungan pribadi.

Makna teologis: Nabi palsu sering tampil menenangkan tetapi sebenarnya menghalangi pertobatan sejati.

II. Guru dan Nabi Palsu dalam Perjanjian Baru

A. Peringatan dari Tuhan Yesus dan Para Rasul

1. Yesus Kristus – Matius 7:15–23

“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.”
Makna: Ujian kebenaran seorang nabi adalah buah hidupnya, bukan karisma atau jumlah pengikutnya.

2. Yesus Kristus – Matius 24:11,24

Dalam nubuat akhir zaman, Yesus menegaskan bahwa banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang, bahkan jika mungkin orang-orang pilihan.
Makna: Penyesatan rohani akan meningkat menjelang kedatangan Kristus.

3. Rasul Paulus – 2 Korintus 11:13–15

Paulus memperingatkan tentang “rasul-rasul palsu” yang menyamar sebagai hamba kebenaran, padahal pelayan Iblis.
Makna: Penyesatan bisa datang dari dalam gereja, bukan hanya dari luar.

4. Rasul Petrus – 2 Petrus 2:1–3

“Sebagaimana di antara bangsa-bangsa dahulu terdapat nabi-nabi palsu, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu.”
Makna: Pola nabi palsu di Perjanjian Lama berulang dalam bentuk guru palsu di gereja.

5. Rasul Yohanes – 1 Yohanes 4:1

“Ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi palsu telah muncul di dunia.”
Makna: Discernment (ketajaman membedakan) adalah tugas setiap orang percaya.

B. Kejadian Nyata tentang Nabi atau Guru Palsu di Zaman Gereja Mula-mula

1. Simon si Penyihir – Kisah Para Rasul 8:9–24

Seorang penyihir dari Samaria yang ingin membeli kuasa Roh Kudus dari para rasul. Petrus menegurnya karena hatinya tidak tulus.
Makna teologis: Kuasa rohani tidak bisa dibeli atau dimanipulasi. Simon menjadi lambang “simoni” —penyalahgunaan hal-hal kudus demi keuntungan duniawi.

2. Barjesus (Elymas) – Kisah Para Rasul 13:6–11

Seorang tukang sihir Yahudi yang menentang Paulus dan Barnabas di Siprus, berusaha menghalangi pejabat Sergius Paulus menerima Injil. Paulus menegur dan Tuhan membuatnya buta sementara.
Makna teologis: Kuasa gelap dapat memakai topeng religius untuk melawan kebenaran.

3. Ajaran Bileam dan Kaum Nikolait – Wahyu 2:14–15

Dalam jemaat Pergamus, sebagian orang mengikuti ajaran yang mencampurkan iman dengan penyembahan berhala dan kebejatan moral.

Makna teologis: Gereja mula-mula bergumul melawan sinkretisme dan kompromi iman.

4. Nabi palsu terakhir – Wahyu 13:11–18; 19:20

“Binatang dari bumi” disebut nabi palsu yang menipu dunia dengan mukjizat palsu dan memaksa penyembahan kepada antikristus.

Makna teologis: Ini puncak dari seluruh penyesatan sejarah—penyesatan global menjelang kedatangan Kristus.

III. Nabi Palsu di akhir zaman

Mari kita pelajari Nabi Palsu di akhir zaman:

1. Identitas Nabi Palsu dalam Wahyu

Nabi palsu pertama kali muncul dalam Wahyu 13:11–18, digambarkan sebagai “binatang lain yang keluar dari bumi”. Ia disebut nabi palsu (pseudoprophÄ“tÄ“s) secara eksplisit dalam Wahyu 16:13, 19:20, dan 20:10.

Ia memiliki dua tanduk seperti anak domba (meniru Kristus) tetapi berbicara seperti naga (mewakili Iblis). Gambaran ini menandakan penyesatan rohani yang lembut, persuasif, dan berwajah religius, tetapi sumbernya jahat. Bila Antikristus memegang kekuasaan politik dan ekonomi, maka nabi palsu memegang kekuasaan spiritual untuk mendukung kultus penyembahan terhadap Antikristus.

2. Tugas dan Peran Nabi Palsu

Kitab Wahyu menampilkan tiga tugas utama nabi palsu:

a. Menyesatkan dunia dengan tanda-tanda ajaib (Wahyu 13:13–14).

Ia menurunkan api dari langit, meniru mukjizat para nabi sejati seperti Elia. Tanda-tanda ini menciptakan kepercayaan palsu bahwa kuasanya berasal dari Allah.

b. Mendirikan penyembahan kepada binatang pertama (Antikristus) (Wahyu 13:12,15).

Ia membuat patung binatang itu berbicara, dan siapa pun yang tidak menyembah akan dibunuh. Ini menandakan sistem ideologis global di mana penyembahan terhadap kuasa dunia menjadi keharusan sosial dan politik.

c. Memaksa penerimaan tanda binatang (Wahyu 13:16–17).

Tanda ini bukan sekadar simbol ekonomi, tetapi pernyataan kesetiaan spiritual. Nabi palsu mengontrol sistem keagamaan dan ekonomi dunia untuk memastikan semua tunduk kepada Antikristus.

d. Pandangan Para Teolog Dunia

George Eldon Ladd (Theology of the Book of Revelation, 1972) Ladd menjelaskan bahwa nabi palsu melambangkan agama yang dijadikan alat politik, yaitu ketika sistem keagamaan melayani kekuasaan duniawi. Ia menulis, “The false prophet represents the perversion of religion—spirituality pressed into the service of tyranny.”

William Barclay (The Revelation of John, Vol. 2, 1959) Barclay menafsirkan bahwa dua tanduk anak domba melambangkan penampilan yang saleh dan kata-kata yang manis, tetapi roh di baliknya jahat. Ia menekankan bahwa penyesatan di akhir zaman lebih berbahaya karena tampak seperti kebenaran.

John F. Walvoord (The Revelation of Jesus Christ, 1966) Walvoord menafsirkan nabi palsu sebagai pribadi yang nyata, bagian dari koalisi akhir zaman bersama Antikristus, dan akan dihukum langsung dalam Wahyu 19:20 dengan dilempar ke dalam lautan api. Ia melihatnya sebagai pemimpin agama dunia yang menyatukan berbagai kepercayaan demi kekuasaan global.

Craig S. Keener (Revelation, NIV Application Commentary, 2000) Keener menekankan aspek sosial-politik: nabi palsu merepresentasikan propaganda keagamaan dan ideologis yang memaksa orang menaruh iman kepada kekuasaan manusia. Ia melihat paralel antara struktur Roma kuno dan sistem dunia modern yang bisa meniru pola itu.

3. Akhir dari Nabi Palsu

Nasibnya dijelaskan dengan tegas:

Wahyu 19:20: Nabi palsu dan binatang (Antikristus) ditangkap hidup-hidup dan dilemparkan ke lautan api yang menyala oleh belerang.

Wahyu 20:10: Setelah kerajaan seribu tahun, Iblis dilemparkan ke tempat yang sama, di mana nabi palsu dan Antikristus sudah ada, dan mereka disiksa siang malam untuk selama-lamanya.

Ini menandakan kekalahan total penyesatan rohani. Segala tipu daya, agama palsu, dan kuasa dusta yang memutarbalikkan kebenaran Allah akan diakhiri untuk selama-lamanya.

4. Makna Teologis dan Refleksi

Nabi palsu di akhir zaman menggambarkan puncak seluruh penyesatan rohani dalam sejarah manusia. Ia bukan hanya individu, tetapi simbol dari setiap sistem keagamaan yang menggantikan kebenaran Kristus dengan ideologi manusia.

Umat Tuhan dipanggil untuk:

  1. Menjaga iman pada firman, bukan pada tanda atau mukjizat.
  2. Menolak kompromi antara iman dan kekuasaan dunia.
  3. Mengenali bahwa tanda-tanda ajaib bukan bukti kebenaran, sebab Iblis pun dapat menirunya.

Jadi pada akhirnya, kemenangan Kristus meneguhkan bahwa kebenaran tidak bisa dikalahkan oleh tipu daya spiritual apa pun, sebab Kristus adalah Firman yang kekal.

III. Garis Besar Teologis tentang Nabi Palsu

Dalam seluruh Alkitab, karakteristik nabi atau guru palsu memiliki pola konsisten:
  1. Mereka meniru bahasa iman, tetapi menolak otoritas firman.
  2. Mereka menawarkan keselamatan tanpa salib, berkat tanpa pertobatan, dan damai tanpa kebenaran.
  3. Mereka menarik pengikut untuk diri sendiri, bukan kepada Allah.

Umat Allah dipanggil untuk menguji setiap roh dan memegang teguh Injil sejati Kristus (Galatia 1:8–9). Kebenaran firman menjadi pagar agar umat tidak terseret oleh suara yang menenangkan tetapi menyesatkan.

Mari kita Perdalam pemahaman kita akan firman Tuhan dengan rajin bersekutu dalam doa dengan Allah setiap hari. Dengan demikian pondasi pemahaman kita akan kebenaran akan dibangun dan tidak mudah Terombang-ambing oleh segala pengajaran yang sesat.

Karena akan datang waktunya,
orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat,
melainkan mereka akan mengumpulkan guru-guru
menurut kehendaknya untuk memuaskan telinganya.

2 Timotius 4:3

Amin.

Komentar