Yeremia 22 Part 5 tentang "Didikan Orangtua: Kehidupan raja Yoyakin" Seri Nabi Besar by Febrian

03 November 2025

Image by Freepik.com

Yeremia 22 Part 5 tentang "Didikan Orangtua: Kehidupan raja Yoyakin" Seri Nabi Besar

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai peranan orangtua mendidik anaknya. Contoh buruk anak yang tidak mau dididik adalah kehidupan raja Yoyakin 

Yeremia 22:20-30

Nubuat melawan raja Konya

22:20 Naiklah ke gunung Libanon dan berteriaklah! Perdengarkanlah suaramu di pegunungan Basan! Berteriaklah dari pegunungan Abarim, sebab semua kekasihmu sudah hancur! 22:21 Aku telah berbicara kepadamu selagi engkau sentosa, tetapi engkau berkata: "Aku tidak mau mendengarkan!" Itulah tingkah langkahmu dari sejak masa mudamu, sebab engkau tidak mau mendengarkan suara-Ku! 

22:22 Semua orang yang menggembalakan kamu akan dihalau angin ribut, dan para kekasihmu akan diangkut tertawan. Pada waktu itu engkau akan menjadi malu dan bernoda dari sebab segala kejahatanmu. 22:23 Hai engkau yang diam di gunung Libanon, dan yang bersarang di pohon-pohon aras! Betapa engkau akan mengeluh ketika kesakitan menimpa engkau, kesakitan seperti yang ditanggung perempuan yang melahirkan!

22:24 "Demi Aku yang hidup, demikianlah firman TUHAN, bahkan sekalipun Konya bin Yoyakim, raja Yehuda, adalah sebagai cincin meterai pada tangan kanan-Ku, namun Aku akan mencabut engkau! 22:25 Aku akan menyerahkan engkau ke dalam tangan orang-orang yang berusaha mencabut nyawamu, ke dalam tangan orang-orang yang engkau takuti, ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, dan ke dalam tangan orang-orang Kasdim. 22:26 Aku akan melemparkan engkau serta ibumu yang melahirkan engkau ke negeri lain, yang bukan tempat kelahiranmu; di sanalah kamu akan mati. 22:27 Tetapi ke negeri yang mereka rindukan untuk kembali ke situ, mereka tidak akan kembali!"

22:28 Adakah Konya ini suatu benda yang hina, yang akan dipecahkan orang, atau suatu periuk yang tidak disukai orang? Mengapakah ia dicampakkan dan dilemparkan ke negeri yang tidak dikenalnya? 22:29 Hai negeri, negeri, negeri! Dengarlah firman TUHAN! 

22:30 Beginilah firman TUHAN:

"Catatlah orang ini sebagai orang yang tak punya anak, sebagai laki-laki yang tidak pernah berhasil dalam hidupnya; sebab seorangpun dari keturunannya tidak akan berhasil duduk di atas takhta Daud dan memerintah kembali di Yehuda."

Sejarah Singkat Konya (Jehoiachin)

Konya, juga dikenal dengan nama Ibrani Yəhoiakîn (יְהוֹיָכִין) yang berarti “TUHAN telah menetapkan,” dikenal dalam berbagai bentuk lain seperti Jeconiah atau Coniah dalam Alkitab bahasa Inggris. Ia adalah anak Raja Yoyakim dan cucu Raja Yosia. Menurut 2 Raja-Raja 24:8–17 dan 2 Tawarikh 36:9–10, ia naik takhta pada usia 18 tahun dan memerintah di Yerusalem hanya selama tiga bulan sepuluh hari sebelum dibawa ke pembuangan oleh Nebukadnezar raja Babel. Masa pemerintahannya yang singkat menandai berakhirnya kekuasaan dinasti Daud di Yehuda sebelum pembuangan ke Babel.

Dalam Yeremia 22:24–30, Tuhan menyebut Konya sebagai “cincin meterai di tangan kanan-Ku,” lambang keintiman dan kepercayaan Allah kepada keturunan Daud. Namun karena dosa dan ketidaktaatannya, Tuhan mencabut cincin itu. Ia dan ibunya dibuang ke Babel dan tidak pernah kembali. Dengan ini, Tuhan menyatakan bahwa tidak seorang pun dari keturunan Konya akan duduk di takhta Daud lagi.

Menurut Dr. Carl Friedrich Keil dan Dr. Franz Delitzsch dalam Commentary on the Old Testament (1866–1882), bentuk nama “Conjahu” dalam Yeremia dipakai untuk menandakan pemotongan harapan terhadap garis Daud akibat ketidaksetiaan. 

Sedangkan Prof.Chang Joo Kim, PhD dalam artikelnya tahun 2015 berjudul Jehoiachin’s Episode as a Model for Diaspora Novelle menyoroti bahwa kisah Jehoiachin tidak hanya menunjukkan hukuman, tetapi juga secercah pengharapan: bahwa janji Allah kepada Daud tidak sepenuhnya dihapus, melainkan disimpan untuk waktu yang akan datang, sebagaimana terlihat dalam nasab Yesus Kristus (Matius 1:11–12).

Mari sejenak kita kembali ke dalam ayat firman Tuhan:

Yeremia 22:20–23 menggambarkan seruan Allah kepada Yehuda agar menyadari kehancuran akibat dosa. Tuhan memanggil Yerusalem untuk berteriak dari puncak Libanon, Basan, dan Abarim, melambangkan kejatuhan kemegahan duniawi. Semua sekutu yang dahulu diandalkan telah hancur. Konya, seperti ayahnya Yoyakim, menolak mendengarkan suara Tuhan sejak muda. Ia hidup dalam kemewahan tetapi tanpa kesetiaan kepada Allah, sehingga penderitaan yang datang diibaratkan seperti sakit seorang perempuan yang melahirkan.

Yeremia 22:24–27 menegaskan betapa seriusnya murka Allah. Sekalipun Konya adalah “cincin meterai,” Tuhan mencabutnya dan menyerahkannya ke tangan musuh, menandakan pemutusan hubungan perjanjian. Ia dibuang bersama ibunya ke negeri asing dan tidak akan pernah kembali — simbol bahwa garis keturunan Daud sedang dihentikan sementara karena dosa.

Yeremia 22:28–30 menutup dengan pekikan tiga kali: “Hai negeri, negeri, negeri, dengarlah firman TUHAN!” Seruan ini menunjukkan keseriusan pesan Allah. Konya digambarkan sebagai periuk yang tidak disukai, dibuang jauh dari negerinya. Allah memerintahkan agar ia dicatat sebagai orang yang tidak beranak, artinya keturunannya tidak akan memerintah lagi di takhta Daud. Nubuat ini menandai berakhirnya kejayaan Yehuda dan awal masa pembuangan Babel.

Keluarga Yosia memberi pelajaran berharga bagi setiap orang tua. Yosia adalah raja yang saleh, namun anak-anaknya — Yoahas, Yoyakim, dan Konya — semuanya gagal meneruskan imannya. Dari generasi ke generasi, kita belajar bahwa iman tidak diwariskan melalui darah atau status, tetapi harus ditanamkan lewat keteladanan hidup. Mungkin Yosia terlalu sibuk memimpin reformasi rohani bangsa, namun lalai membina kehidupan rohani keluarganya secara pribadi. Akibatnya, iman yang semula menyala menjadi padam dalam generasi berikutnya.

Demikian pula dalam kehidupan keluarga masa kini, banyak orang tua yang rajin beribadah dan aktif dalam pelayanan, tetapi lalai menanamkan keteladanan rohani di rumah. Anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka dengar. Bagaimana ayah memperlakukan ibu, bagaimana ibu menunjukkan iman di tengah kesulitan, dan bagaimana keluarga bersama-sama mencari kehendak Tuhan — semua itu membentuk iman anak.

Kesimpulannya adalah, bahwa dalam rangka menumbuhkan jiwa anak untuk takut akan Tuhan, orang tua harus memberi teladan nyata hidup dalam kasih dan ketaatan akan firman, bukan hanya dengan ucapan. Firman harus menjadi napas kehidupan di rumah, bukan hanya bacaan mingguan. Tuhan tidak menuntut kesempurnaan, melainkan ketulusan yang membuahkan teladan. Sebab iman yang hidup adalah iman yang diturunkan melalui kasih dan konsistensi sehari-hari.

"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya,
maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu."

Amsal 22:6

Amin.

Komentar