Yeremia 6 Part 2 tentang "Peringatan Allah akan serangan musuh" Seri Nabi Besar by Febrian

07 Oktober 2025



Image by Freepik.com

Yeremia 6 Part 2 tentang "Peringatan Allah akan serangan musuh" Seri Nabi Besar

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai peringatan Allah akan serangan musuh yang akan menimpa bangsa Israel karena ketidaksetiaan mereka. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut.
Tuhan Yesus memberkati.

Yeremia 6 <-- Klik di sini untuk membaca seluruh ayat

Part 2 

Yeremia 6:2-30

Adakah puteri Sion sama seperti padang yang paling disukai, sehingga gembala-gembala mendatanginya beserta kawanan ternak mereka? Mereka telah memasang kemah-kemahnya sekelilingnya, masing-masing memakan habis apa yang didapatnya.  

"Persiapkanlah perang melawan dia; ayo, marilah kita maju menyerang pada tengah hari!" 

"Celakalah kita, sebab matahari sudah lingsir, bayang-bayang senja hari sudah memanjang!" 

"Ayo, marilah kita maju menyerang pada waktu malam dan merusakkan puri-purinya!" 

Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam: 

"Tebanglah pohon-pohonnya dan timbunlah tanah menjadi tembok terhadap Yerusalem! Itulah kota yang harus dihukum! Hanya penindasan saja di dalamnya! Seperti mata air meluapkan airnya, demikianlah kota itu meluapkan kejahatannya. Kekerasan dan aniaya terdengar di dalamnya, luka dan pukulan selalu ada Kulihat. Terimalah penghajaran, hai Yerusalem, supaya Aku jangan menarik diri dari padamu, supaya Aku jangan membuat engkau sunyi sepi, menjadi negeri yang tidak berpenduduk!

Beginilah firman TUHAN semesta alam: 

"Petiklah habis-habisan sisa-sisa orang Israel seperti pokok anggur dipetik habis-habisan. Kembalilah seperti pemetik buah anggur dengan tanganmu mencari-cari buah pada ranting-rantingnya.

Kepada siapakah aku harus berbicara dan bersaksi, supaya mereka mau memperhatikan? Sungguh, telinga mereka tidak bersunat, mereka tidak dapat mendengar! Sungguh, firman TUHAN menjadi cemoohan bagi mereka, mereka tidak menyukainya! Tetapi aku penuh dengan kehangatan murka TUHAN, aku telah payah menahannya, harus menumpahkannya kepada bayi di jalan, dan kepada kumpulan teruna bersama-sama. 

Sesungguhnya, baik laki-laki maupun perempuan akan ditangkap, baik orang yang tua maupun orang yang sudah lanjut usianya. Rumah-rumah mereka akan beralih kepada orang lain, bersama ladang-ladang dan isteri-isteri mereka. --

"Sesungguhnya, Aku mengacungkan tangan-Ku melawan penduduk negeri ini, demikianlah firman TUHAN. Sesungguhnya, dari yang kecil sampai yang besar di antara mereka, semuanya mengejar untung, baik nabi maupun imam semuanya melakukan tipu. Mereka mengobati luka umat-Ku dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera. Seharusnya mereka merasa malu, sebab mereka melakukan kejijikan; tetapi mereka sama sekali tidak merasa malu dan tidak kenal noda mereka. Sebab itu mereka akan rebah di antara orang-orang yang rebah; mereka akan tersandung jatuh pada waktu Aku menghukum mereka, firman TUHAN.

Beginilah firman TUHAN: 

"Ambillah tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik, tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan. 


Tetapi mereka berkata:Kami tidak mau menempuhnya! Juga aku mengangkat atas mereka penjaga-penjaga,


firman-Ku: 


Perhatikanlah bunyi sangkakala! 


Tetapi mereka berkata: Kami tidak mau memperhatikannya!


Sebab itu dengarlah, hai bangsa-bangsa, dan ketahuilah, hai jemaat, apa yang akan terjadi atas mereka! Dengarlah, hai bumi! Sungguh, ke atas bangsa ini Aku akan mendatangkan malapetaka, akibat dari rancangan-rancanganmereka, sebab mereka tidak memperhatikan perkataan-perkataan-Ku dan menolak pengajaran-Ku. Apakah gunanya bagi-Ku kamu bawa kemenyan dari Syeba dan tebu yang baik dari negeri yang jauh? Aku tidak berkenan kepada korban-korban bakaranmu dan korban-korban sembelihanmu tidak menyenangkan hati-Ku.


Sebab itu beginilah firman TUHAN: 


Sungguh, Aku akan menaruh batu sandungan di depan bangsa ini, supaya mereka jatuh tersandung oleh karenanya; bapa-bapa serta dengan anak-anak, tetangga dan temannya, semuanya akan binasa.


Beginilah firman TUHAN: 


Sesungguhnya, suatu bangsa akan datang dari tanah utara, suatu suku bangsa yang besar akan bergerak maju dari ujung bumi. Mereka memakai panah dan tombak; mereka bengis, tidak kenal belas kasihan. Suara mereka gemuruh seperti laut, mereka mengendarai kuda, berlengkap seperti orang maju berperang, menyerang engkau, hai puteri Sion!"

Kami telah mendengar kabarnya, tangan kami sudah menjadi lemah lesu;kesesakan telah menyergap kami, kami kesakitan seperti perempuan yang melahirkan.

"Janganlah keluar ke padang, dan janganlah berjalan di jalan, sebab pedang musuh mengamuk--kegentaran datang dari segala jurusan!" 

Hai puteri bangsaku, kenakanlah kain kabung, dan berguling-gulinglah dalam debu! Berkabunglah seperti menangisi seorang anak tunggal, merataplah dengan pahit pedih! Sebab sekonyong-konyong akan datang si pembinasa menyerangmu. 

Yeremia menjadi penguji umat

Aku telah mengangkat engkau di antara umat-Ku sebagai penguji, engkau harus tahu bagaimana menyelidikinya, dan harus menguji tingkah langkah mereka. Semua mereka adalah pendurhaka belaka, berjalan kian kemari sebagai pemfitnah; sekaliannya mereka berlaku busuk!

Puputan sudah mengembus, tetapi yang keluar dari api hanya timah hitam,tembaga dan besi. Sia-sia orang melebur terus-menerus, tetapi orang-orang yang jahat tidak terpisahkan.

Sebutkanlah mereka perak yang ditolak, sebab TUHAN telah menolak mereka.


Nubuat Yeremia pasal 6 menggambarkan kondisi Yerusalem yang menyedihkan dan hukuman yang tak terhindarkan dari Allah. Yerusalem, yang seharusnya menjadi "padang yang paling disukai" (ay. 2), kini dikepung oleh musuh. Melalui gambaran yang tajam, Tuhan menunjukkan alasan di balik penghukuman-Nya: kegagalan umat-Nya untuk hidup benar dan menolak teguran-Nya. Renungan ini menyoroti penolakan umat terhadap firman, penyakit rohani yang meluas, dan panggilan mendesak untuk kembali kepada "jalan-jalan yang dahulu kala."

Yeremia menggambarkan Yerusalem sebagai kota yang "meluapkan kejahatannya" seperti mata air meluapkan airnya (Ay. 7). Ini bukan sekadar kejahatan sporadis, melainkan aliran dosa yang konstan dan tak terkendali. Kekerasan dan aniaya menjadi pemandangan sehari-hari. Kejahatan umat Israel sudah mendarah daging, memancar keluar dari hati mereka tanpa henti. Bayangkan sebuah pipa air yang bocor parah di bawah tanah; air kotor (kejahatan) terus menyembur ke permukaan, merusak segala sesuatu di sekitarnya. Ini menggambarkan sifat dosa yang menetap dan merusak di tengah masyarakat Yerusalem.

Walter Brueggemann dalam bukunya A Commentary on Jeremiah: Exile and the Prophetic Word (2002) menekankan bahwa metafora "air yang meluap" menunjukkan bahwa kejahatan di Yerusalem bukan hanya tindakan luar, tetapi merupakan sistem yang meresap yang tidak dapat dihentikan oleh upaya manusia biasa, sehingga memerlukan intervensi ilahi.

Kondisi moral bangsa diperparah oleh kegagalan para pemimpin rohani dan politik. Baik nabi maupun imam, dari yang kecil sampai yang besar, "semuanya mengejar untung" (Ay. 13) dan mengobati luka umat dengan memandangnya ringan ($\approx$ Ay. 14). Mereka memberikan janji "Damai sejahtera! Damai sejahtera!" padahal tidak ada kedamaian, dan mereka melakukannya tanpa rasa malu ($\approx$ Ay. 15). Ini adalah penipuan rohani di kalangan elit yang membuat umat merasa aman secara palsu. Seorang dokter yang meresepkan permen gula (kebaikan palsu) untuk pasien yang menderita kanker ganas (dosa serius), meyakinkan pasien bahwa semuanya baik-baik saja, sehingga penyakit rohani umat tidak pernah benar-benar disembuhkan.

John Calvin dalam Commentaries on the Book of the Prophet Jeremiah and the Lamentations (abad ke-16) berargumen bahwa nabi-nabi palsu dan imam-imam yang korup meremehkan murka Allah dan bahaya dosa. Kegagalan mereka untuk memanggil umat kepada pertobatan sejati adalah pengkhianatan terbesar terhadap tugas ilahi mereka.

Di tengah ancaman dan kebobrokan, TUHAN memberikan tawaran terakhir yang mendesak: "Ambillah tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik, tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan" (Ay. 16). Namun, respons umat sangatlah keras kepala: "Kami tidak mau menempuhnya!" (Ay. 16). Mereka juga menolak untuk memperhatikan peringatan para penjaga (nabi), yaitu bunyi sangkakala (Ay. 17). Peringatan ilahi yang jelas untuk kembali kepada kebenaran ditolak secara terang-terangan. Ini seperti seorang pejalan kaki tersesat di persimpangan. Orang bijak (Tuhan) menawarkan peta kuno (Taurat/jalan yang baik) yang menjanjikan kedamaian, tetapi pejalan kaki itu melempar peta tersebut dan memilih untuk terus berjalan di jalan yang gelap dan berbahaya.

J. A. Thompson dalam The Book of Jeremiah (NICOT, 1980) melihat ayat 16 sebagai inti dari pesan Yeremia. "Jalan-jalan yang dahulu kala" mengacu pada prinsip-prinsip perjanjian dan perintah-perintah moral yang telah diberikan kepada Israel di masa lalu. Penolakan mereka adalah penolakan terhadap warisan dan identitas rohani mereka sendiri.

Akibat penolakan yang keras kepala ini, penghukuman menjadi pasti (Ay. 18-26). Tuhan harus menguji mereka, tetapi proses pemurnian itu sia-sia; yang keluar hanya sisa-sisa yang tidak murni (timah hitam, tembaga, dan besi) (Ay. 29). Akhirnya, mereka disebut "perak yang ditolak" (Ay. 30). Tuhan telah menolak mereka karena mereka menolak jalan-Nya. Pesan Yeremia 6 adalah peringatan abadi bagi gereja dan setiap orang percaya. Apakah kita hari ini menempuh "jalan yang baik" dari ajaran Kristus, ataukah kita merasa nyaman dengan "damai sejahtera" palsu sambil menolak teguran firman Tuhan? Ketenangan sejati hanya didapat saat kita berjalan dalam kebenaran-Nya.


Ambillah tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik, tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan.

Yeremia 6:16
Amin.

Komentar