Yeremia 6 Part 1 tentang "Kasih kesabaran Allah atas kejahatan umat-Nya" Seri Nabi Besar by Febrian

06 Oktober

Image by Freepik.com

Yeremia 6 tentang "Kasih kesabaran Allah atas kejahatan umat-Nya" Seri Nabi Besar

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai peringatan Yeremia bagi suku Benyamin, bahwa malapetaka akan menimpa mereka dan harus segera mengungsi. Demikian Allah mengasihi umat-Nya dengan tidak rela memberikan hukuman bagi mereka. 

Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut. Kiranya Tuhan Yesus memberkati.

Yeremia 6 <-- Klik untuk membaca seluruh ayat

Part 1 - Yeremia 6:1-28

Malapetaka yang akan menimpa Yerusalem dan Yehuda

1 Larilah mengungsi, hai orang-orang Benyamin, dari tengah-tengah Yerusalem! Tiuplah sangkakala di Tekoa, dan naikkanlah asap sebagai tanda di atas Bet-Kerem! Sebab malapetaka telah mengintai dari utara, yakni suatu kehancuran besar. 

Yeremia sendiri anak dari Imam Hilkia dari daerah Anatot di tanah Benyamin, sehingga seruan “hai orang-orang Benyamin” merupakan panggilan yang sangat pribadi dan emosional. Yerusalem secara geografis terletak di wilayah perbatasan antara suku Benyamin dan Yehuda (Yosua 18:28). Itu berarti banyak orang Benyamin tinggal di sekitar atau bahkan di dalam Yerusalem.

Ketika Yeremia menulis ini (sekitar tahun 620–586 SM), ancaman dari Babel (utara) sudah nyata. Yeremia memperingatkan bahwa kehancuran besar akan datang — sebuah peringatan yang diberikan Allah, menjelang serangan dari raja Nebukadnezar. Yeremia menyerukan agar suku Benyamin mengungsi karena pasukan musuh akan menghancurkan kota itu tanpa pandang bulu.

Kota Yerusalem sendiri pada mulanya adalah bagian dari tanah pusaka Benyamin, sebelum menjadi pusat kerajaan Daud dari suku Yehuda.

Yeremia sendiri memiliki ikatan emosional dan darah dengan suku ini, sehingga panggilannya bersifat langsung dan personal. Suku Benyamin sesungguhnya bukanlah lebih benar dari suku-suku lain, namun memiliki sejarah yang menarik, yaitu:

Dari mereka lahir Saul, raja pertama Israel (1 Samuel 9:1–2).

Setelah kerajaan terpecah, mereka bersekutu dengan Yehuda membentuk kerajaan selatan, dan tidak bergabung dengan 10 suku utara (Israel).

Jadi, mereka dikenal setia lebih lama, tetapi bukan berarti mereka tanpa dosa atau “suku yang paling benar.”

Beberapa teolog menafsirkan seruan ini dengan nuansa yang dalam:

Dr. John Bright dalam bukunya The Anchor Bible: Jeremiah, (tahun 1965) menjelaskan, bahwa panggilan Yeremia ini “bukan karena Benyamin lebih saleh, melainkan karena mereka yang pertama akan merasakan dampak kehancuran akibat kedekatan geografis dengan Yerusalem.”

Prof. Walter Brueggemann dalam tulisannya di A Commentary on Jeremiah, (tahun 1998) menekankan, bahwa seruan ini mencerminkan ratapan seorang nabi terhadap bangsanya sendiri, di mana Yeremia tahu kehancuran itu pasti datang, namun ia masih memohon agar bangsanya berlari menjauhi murka Allah.

Dr. R.E. Clements dalam tulisannya di Jeremiah, Interpretation Commentary (tahun 1988) menambahkan, bahwa panggilan “larilah” adalah “seruan kasih Allah yang masih memberi kesempatan bagi pertobatan sebelum penghakiman turun.”

Jadi bagi kehidupan kita di zaman sekarang, pesan nabi Yeremia 6:1 ini berbicara tentang peringatan dalam bentuk kasih Allah kepada umat-Nya. Tuhan selalu memberi tanda-tanda sebelum malapetaka datang, baik secara rohani, moral, maupun sosial. Ketika Tuhan memberi peringatan, itu bukan ancaman melainkan wujud kasih-Nya, di mana Ia memanggil kita untuk berpaling, bukan untuk binasa.

Namun, sering kali manusia tetap memilih tinggal di “Yerusalem” mereka, yaitu zona nyaman dosa, kebiasaan buruk, atau sistem dunia yang menjauhkan diri dari Tuhan. Kita dipanggil seperti orang Benyamin — untuk “lari dari Yerusalem” yang akan hancur, artinya meninggalkan kehidupan lama dan mencari perlindungan dalam ketaatan kepada Allah. Tuhan ingin kita selamat, bukan hancur bersama sistem dunia yang melawan-Nya.

Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya,
sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian.
Ia sabar terhadap kamu,
karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa,
melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.

2 Petrus 3:9

Amin.

Komentar