Yeremia 20 Tentang "Penderitaan yang membangun iman" Seri Nabi Besar by Febrian
29 Oktober 2025
Image created by Ms.Copilot GPT 5Yeremia 20 Tentang "Penderitaan yang membangun iman" Seri Nabi Besar
Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai pengajaran TUHAN bagi nabi Yeremia dan kita semua, bahwa melayani Tuhan sesungguhnya jauh daripada menyenangkan, bahkan identik dengan menyerahkan diri untuk menderita. Akan tetapi Allah itu setia dan tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang mau berkorban bagi-Nya. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut. Kiranya Tuhan Yesus memberkati.
Yeremia 20:1-18 <-- Klik untuk membaca seluruh ayat.
Ayat bacaan di atas memperlihatkan dua sisi yang yang bertentangan dari kehidupan Nabi Yeremia yang dipanggil untuk setia kepada Tuhan, yaitu ia diizinkan mengalami konflik dari luar dan pergumulan dari dalam dirinya.
1. Konflik dari Luar, yaitu sebuah Harga dari Ketaatannya (Yeremia 20:1-6, 10)
Bagian pertama pasal ini menunjukkan harga yang harus dibayar Yeremia karena ketaatannya. Pasyhur, imam kepala yang mewakili otoritas keagamaan yang telah korup, tidak tahan mendengar nubuat Yeremia tentang penghukuman Yehuda. Responnya bukanlah pertobatan, tetapi kekerasan fisik dan penjara (ayat 1-2).
Kejadian di atas, menjadi pengingat keras bagi kita yang sudah berkomitmen menjadi pelayan Tuhan, bahwa menyampaikan kebenaran firman-Nya tidak selalu akan diterima dengan baik, bahkan bisa menyengsarakan. Apa yang dialami nabi Yeremia, justru menuai penolakan, ejekan, bahkan penganiayaan dari mereka yang nyaman dengan status quo dan tidak ingin mendengar teguran.
Yeremia mengalami ini bukan dari musuh asing, tetapi dari pemimpin agamanya sendiri. Namun, Tuhan tidak tinggal diam menyaksikan hal tersebut. Nubuat Yeremia berlanjut dengan penghukuman atas Pasyhur. Nama Pasyur yang berarti "Kemakmuran di Sekelilingnya" diubah menjadi "Kegentaran-dari-segala-jurusan" (ayat 3). Ketaatan Yeremia diteguhkan oleh Tuhan, sementara penentangnya akan mendapat upah yang setimpal.
Jika kita renungkan, apakah kita pernah juga mengalami penolakan atau cemoohan karena kita berpegang pada kebenaran Firman Tuhan? Bagaimana respons kita? Apakah kita mundur, atau tetap teguh seperti Yeremia, percaya bahwa Tuhan yang akan membela perkara kita?
2. Pergumulan dari Dalam: Jeritan Hati yang Terluka (Ayat 7-18)
Bagian berikutnya dari Yeremia 20, mungkin adalah bagian yang paling manusiawi dan menyentuh dari seluruh kitab Yeremia. Kita dapat mendengar jeritan hati nabi yang terluka dan hampir putus asa.
Keluh kesah nabi Yeremia terbagi dalam tiga gelombang emosi:
A. Kekecewaan dan Kepahitan (ayat 7-10)
Yeremia merasa "dibujuk" dan "ditundukkan" oleh Tuhan. Panggilannya telah membuatnya menjadi bahan tertawaan dan olok-olok sepanjang hari. Ia bahkan mencoba untuk berhenti berbicara demi Tuhan, tetapi Firman itu seperti "api yang menyala-nyala" dalam dirinya, sebuah paksaan ilahi yang tidak dapat ditahannya (ayat 9). Ini menggambarkan pergumulan setiap pelayan Tuhan yang sejati—antara keinginan untuk hidup normal dan panggilan yang tak terbantahkan untuk menyampaikan kebenaran, sekalipun pahit.
B. Iman yang Bangkit Kembali (ayat 11-13)
Di tengah keputusasaannya, tiba-tiba imannya menyala. Ia mengingat kembali siapa Tuhannya. "TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah!" (ayat 11). Keyakinannya akan pembelaan dan keadilan Tuhan membawanya dari keluhan kepada pujian (ayat 13). Ini menunjukkan bahwa iman bukanlah perasaan yang konstan, tetapi sebuah pilihan untuk mempercayai karakter Tuhan meskipun keadaan dan perasaan berkata lain.
C. Keputusasaan yang Mendalam (ayat 14-18)
Gelombang pujian itu surut, dan ia terhempas lagi ke dalam jurang keputusasaan yang lebih dalam. Ia mengutuk hari kelahirannya, sebuah ekspresi kesedihan yang ekstrem yang juga kita temui pada Ayub (Ayub 3). Ini adalah gambaran betapa beratnya beban yang ia tanggung. Hatinya hancur, dan ia merasa lebih baik tidak pernah dilahirkan daripada mengalami penderitaan seperti ini.
Jadi jika kita bisa mengambil pelajaran yang berharga bagi kita:
1. Kejujuran di Hadapan Tuhan itu penting
Yeremia tidak menyembunyikan perasaannya dari Tuhan. Ia marah, kecewa, dan putus asa, dan ia menyampaikan semuanya itu kepada Tuhan. Doa kita tidak harus selalu "saleh" dan "rapi." Tuhan dapat menanggung amarah dan pertanyaan kita. Ia menginginkan kejujuran hati, bukan kata-kata yang indah.
2. Iman adalah Sebuah Perjalanan
Perhatikan bagaimana Yeremia bergerak dari iman ke keraguan, dan kembali ke iman, lalu jatuh lagi. Ini sangat manusiawi. Iman kita tidak selalu linier. Terkadang kita maju dua langkah dan mundur satu langkah. Yang penting adalah kita tetap datang kepada Tuhan dalam setiap kondisi kita.
3. Tuhan Lebih Besar daripada Perasaan Kita
Meskipun perasaan Yeremia berayun liar, satu hal yang tetap: panggilannya dan penyertaan Tuhan. Api Firman tetap menyala dalam dirinya (ayat 9), dan Tuhan tetap menjadi pahlawannya (ayat 11). Di saat perasaan kita berubah-ubah, kesetiaan dan kuasa Tuhan tidak pernah berubah.
Jadi jika dapat kita simpulkan, dari seluruh pasal Yeremia 20, Tuhan Allah mengajar kita bahwa menjadi orang yang setia kepada Tuhan, tidak serta merta mendapat kehidupan yang bebas dari penderitaan, namun justru seringkali membawa kita ke dalam konflik dan pergumulan batin. Akan tetapi, di tengah semua yang dialami itu, orang yang tetap setia dan berharap pada Allah, akan tetap disertai-Nya bagaikan "pahlawan yang gagah."
Allah mau setiap orang jujur tentang pergumulan yang sedang dialaminya, dan Ia mau setiap orang menyampaikan segala keluh kesahnya. Seperti Yeremia, marilah kita semua belajar untuk tetap setia dalam pergumulan. Ia tetap menyampaikan kebenaran, dan tetap berlari kepada-Nya, baik dalam keluhan maupun pujian.
Mari kita sampaikan doa kita kepada Tuhan:
"Ya TUHAN Allah Pencipta langit dan bumi, bagaikan Yeremia, kami juga sering kali lemah dan takut dalam menghadapi kehidupan ini. Di saat tiba waktunya, kami harus membawa kebenaran-Mu ke dalam dunia yang gelap, ketika mereka menolaknya, mohon kuatkanlah kami. Ketika hati kami hancur dan kami ingin menyerah, ingatkan kami, ya Allah, akan penyertaan-Mu yang bagaikan Pahlawan kami yang gagah. Mohon terimalah keluh kesah dan pergumulan hati kami, serta bangkitkanlah iman kami yang lemah ini. Biarlah api Firman-Mu tetap menyala dalam hati kami, mendorong kami untuk tetap setia kepada-Mu, sebesar apapun risikonya.
Di dalam nama Yesus, yang juga menderita demi ketaatan, kami berdoa.
Amin.

Komentar
Posting Komentar