Yeremia 17 Part 3 tentang "Ayam hutan mengerami telur yang bukan miliknya" Seri Nabi Besar by Febrian

24 Oktober 2025

Gambar diambil dari Tokopertanian99.com

Yeremia 17 Part 3 tentang "Ayam hutan mengerami telur yang bukan miliknya" Seri Nabi Besar

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai kejahatan yang dimurkai Allah, yaitu mengambil hak milik orang lain. 
Semoga Tuhan memberikan kita pemahaman dan hikmat untuk dapat memahami firman Tuhan tersebut. Kiranya Tuhan Yesus memberkati.

Yeremia 17 <-- Klik di sini untuk membaca seluruh ayat

Yeremia 17:11

Seperti ayam hutan yang mengerami yang tidak ditelurkannya, demikianlah orang yang menggaruk kekayaan secara tidak halal, pada pertengahan usianya ia akan kehilangan semuanya, dan pada kesudahan usianya ia terkenal sebagai seorang bebal. 

Pada masa Yeremia bernubuat, bangsa Yehuda sedang terjebak dalam dosa yang merusak, yaitu kemunafikan rohani, ketamakan, dan korupsi moral. Mereka beribadah di Bait Allah, tetapi hati mereka jauh dari Tuhan. Mereka mengejar kekayaan, kuasa, dan kedudukan tanpa memperhatikan kebenaran. Dalam konteks itulah Yeremia menyampaikan perumpamaan tentang seekor ayam hutan yang mengerami telur yang bukan miliknya tersebut. 

Menurut Prof. William L. Holladay dalam karyanya Hermeneia Commentary: Jeremiah 1–25 (1986), perumpamaan ini adalah sindiran tajam terhadap orang yang menumpuk kekayaan dari hasil ketidakjujuran. Ia mungkin tampak berhasil sesaat, tetapi pada akhirnya kehilangan segalanya—harta, kehormatan, bahkan jiwanya sendiri. 

Dr. John Bright dalam The Anchor Bible: Jeremiah (1965) menyebut ayat ini sebagai “a proverb of misplaced trust,” yaitu peringatan bahwa segala berkat yang diperoleh tanpa jalan Tuhan tidak akan bertahan lama. Ayat ini berbicara keras kepada dunia modern yang serba cepat dan kompetitif. Banyak orang tergoda mencari jalan pintas untuk sukses—dengan menipu, memanipulasi, atau mengambil hak orang lain. Dunia mungkin memuji kecerdikan semacam itu, tetapi Tuhan menyebutnya kebodohan rohani. Sebab apa gunanya memiliki banyak harta, jika hati kehilangan damai dan nurani mati? 

Melalui firman-Nya kali ini, TUHAN, Allah mengajak kita untuk melakukan introspeksi, apakah seluruh kekayaan, jabatan, atau keberhasilan yang kita miliki saat ini, kita peroleh dengan cara yang benar? Jujurlah, bila jawabannya tidak, maka sama seperti ayam hutan di atas, semua milik anda akan hilang pada pertengahan umur, di saat anda pikir semuanya aman. Lihatlah banyak koruptor yang menikmati masa tuanya dalam penjara yang mengerikan dan membuat malu seluruh keluarga besar.

Namun, jika jawaban Anda "Ya", yaitu bahwa seluruh harta Anda peroleh dengan cara halal dan semua resmi serta dalam kebenaran, maka waspadalah jangan sampai tergelincir dan jatuh.  Allah mau kita bisa mengenali godaan menuju ke arah kejahatan sejak awalnya. Keinginan memiliki lebih banyak harta bukan dosa, tetapi akan sudah menjadi dosa ketika kita mengesampingkan kejujuran dari dalam hati kita. Misalnya pada saat anda dipercaya untuk memegang uang kas, entahkah Anda akan memakai uang itu untuk kepentingan pribadi dalam konteksnya 'meminjam' dan nanti dikembalikan, atau memang berniat membuat laporan pengeluaran palsu yang akhirnya berupa 'penggelapan'. Banyak sekali bentuk awal dari 'niat jahat' terkait dengan kejahatan keuangan.

Jika saat ini Anda sudah disadarkan dari kesalahan dan dosa itu, segeralah datang kepada Allah, jujurlah kepada-Nya dan berjanji untuk tidak melakukan lagi. Namun, itu belum selesai: Langkah berikutnya adalah berani mengembalikan apa yang bukan milik Anda. Kembalikan semua yang bukan milik kita, baik uang, waktu, atau kepercayaan. Tuhan menghargai orang yang pada akhirnya berlaku jujur dan memiliki hati untuk memperbaiki kehidupannya. Ingatlah kisah Zakheus Pemungut Cukai (Pegawai pajak Romawi) yang berkata, “Barangsiapa yang telah kuperas akan kukembalikan empat kali lipat.” (Lukas 19:8). 

Jadikan Tuhan satu-satunya sumber pengharapan dalam kehidupan ini. Segala kebutuhan hidup, keinginan hati kita, Serahkanlah semuanya itu kepada Allah. Nyatakan semua keinginanmu di dalam doa dan permohonan. Jangan berjuang sendiri untuk mencapainya. Orang yang hidup benar boleh jadi tampak seperti tertinggal dalam hal kekayaan di mata orang dunia, tetapi di Mata Allah orang itu justru sedang menabung kekayaan yang kekal di surga. Paham? 

Dalam kehidupan kita sekarang ini, godaan untuk hidup dalam kecurangan sangat banyak dan sering. Di dalam lingkungan kantor, di Marketplace, bahkan dalam Dunia pelayanan Gereja, selalu saja ada peluang untuk bertindak curang dengan alasan “semua orang juga begitu.” Namun, Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita semua, bahwa jalan cepat menuju sukses dengan cara curang dan jahat, hanyalah jebakan yang membawa kehancuran bagi diri sendiri. 

Jadi jika hari ini firman Tuhan menegur Anda, ingatlah bahwa Kasih Karunia Tuhan masih terbuka dan masuklah dalam pintu pertobatan dari segala dosa dan kejahatan. Sekalipun kita telah salah jalan, jangan tetap tinggal di dalamnya, itu menuju jurang. Segeralah berbalik arah, datanglah kepada Salib Kristus, Ia sanggup menebus dan memulihkan kita, bila kita datang dengan hati yang hancur dan mau kembali pada kebenaran. Sebab Tuhan lebih menghargai hati yang jujur daripada keberhasilan yang palsu.

Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi,
di bumi ngengat dan karat merusakkannya
dan pencuri membongkar serta mencurinya,
tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga.

Matius 6:19–20

Amin.

Komentar