Yeremia 13 tentang "Ikat pinggang Yeremia" Seri Nabi Besar by Febrian
16 Oktober 2025
Nabi Yeremia dan ikat pinggangnya
Sumber gambar dari sini
Yeremia 13 tentang "Ikat pinggang Yeremia" Seri Nabi Besar
Simbolik tindakan sebagai wahyu ilahi: ikat pinggang melambangkan ikatan perjanjian Allah dengan umat-Nya; kerusakan ikat pinggang menggambarkan keruntuhan hubungan itu (13:1–11).
- Pemberontakan kolektif: bangsa yang awalnya dilekatkan kepada Allah menyimpang ke penyembahan berhala dan kedegilan hati, sehingga menjadi tidak berguna (13:10–11, 23–25).
- Dampak sosial dan domestik hukuman: kemabukan simbolik (buyung penuh anggur) dan perpecahan keluarga serta kehancuran institusi (13:12–14, 20).
- Panggilan untuk kerendahan hati dan pertobatan: peringatan agar memuliakan TUHAN sebelum kegelapan tiba; ratapan sang nabi atas kesombongan umat (13:15–18).
Rev. Matthew Henry, M.A. (1662–1714), Matthew Henry’s Complete Commentary on the Whole Bible (sekitar 1706). Rev.Henry menggambarkan bahwa ikat pinggang yang adalah gambaran sesuatu yang diciptakan untuk sesuatu yang membawa pemiliknya jadi terhormat, ternyata sudah lapuk dan tidak bisa dipakai lagi. Gambaran ini untuk umat Israel yang diciptakan sebagai tujuan mulia Allah, rusak dan lapuk akibat dosa dan ketidaktaatan mereka. (sumber: Matthew Henry commentary).
Prof. John A. Thompson, Ph.D., A Book of Jeremiah (New International Commentary on the Old Testament, Wm. B. Eerdmans, 1980). Prof.Thompson mengatakan, bahwa ikat pinggang lapuk itu adalah gambaran dari relasi pengikat antara Allah dan umatnya yang telah lapuk dan putus. Suatu relasi yang semula melekat erat tetapi dirusak oleh penyembahan berhala serta kelakuan bangsa Israel menolak perintah Allah.
Prof. Walter A. Brueggemann, Ph.D., A Commentary on Jeremiah: Exile and Homecoming (Wm. B. Eerdmans, 1998). Prof.Brueggemann membahas perikop ini dalam konteks sosial dan religius, yaitu gambaran simbolis dari konsekuensi pelanggaran covenant Bangsa Israel terhadap Allah, yang adalah hukuman dan pembuangan.
Dr. Carl F. Keil (Ph.D.) & Prof. Franz Delitzsch (Ph.D.), Commentary on the Old Testament (asli Jerman 1861–64; terjemahan Inggris 1863–1891). Keil & Delitzsch menafsirkan tindakan ikat pinggang sebagai suatu gambaran kehinaan dan kehancuran akibat dari bangsa Israel yang berubah dari tujuan semula untuk menjadi umat yang terhormat bagi Allah. Secara moral telah rusak dalam tatanan sosial masyarakat Yehuda pada umumnya.
Jadi secara keseluruhan, inti Nubuat dari Nabi Yeremia di pasal 13 adalah peringatan: bagi semua pembacanya, yaitu segala tujuan awal yang baik pada waktu Penciptaan umat Israel (dan kita juga Israel rohani), dapat menjadi rusak jika pikiran dan hati kita dibiarkan disusupi kesombongan, ketidaksetiaan, penyembahan berhala atau bahkan memberontak melawan kehendak Allah.
Ikat pinggang yang dulu berguna kini lapuk, adalah tegas sekali perumpamaan dari umat yang meninggalkan perjanjian menjadi tidak lagi berguna bagi tujuan ilahi.
Dalam konteks masa kini, ada bentuk 'pelapukan' rohani, yaitu menjadikan agama sebagai tradisi belaka tanpa disertai dengan perubahan hidup membaik secara nyata. Setiap orang yang mengutamakan keuntungan, mencari status, atau mengejar kenyamanan atas kebenaran, serta membiarkan karakter berdosa meresap ke dalam kehidupan keseharian dalam keluarga, pekerjaan, dan institusi gereja.
Teguran Allah sangat nyata, bahwa kita bukan hanya akan dipermalukan, tetapi segala yang baik pada kita akan dilupakan dan semuanya akan berubah dalam sekejap mata. kerusakan dan kehancuran akan kita alami, jika kita tidak mengindahkan segala peringatan Allah ini. Ingatah, bahwa Allah untuk kesekian kalinya masih memberikan peringatan pada bangsa Israel, tidak langsung menghukum mereka, artinya itu adalah bukti dari kasih setia Allah bagi umat-Nya yang disayanginya.
Dampak nyata yang dapat saja kita alami bila tidak segera bertobat, yaitu retaknya hubungan keluarga, hilangnya integritas di tempat kerja, pengajaran yang menyesatkan di dalam jemaat, dan akhirnya generasi berikutnya mewarisi iman yang lapuk. Oleh karena itu, renungan ini mengajak kita untuk menegakkan kembali ikatan yang sehat dengan Allah: memperbarui komitmen pribadi, mendisiplin diri dalam firman, dan secara kolektif menolak budaya yang menormalisasi dosa.
Jadi, inilah hal yang bisa kita lakukan saat ini:
- Periksalah 'ikat pinggang' hidup kita semua: apakah ada kebiasaan, prioritas, atau relasi yang membuat kita menjauh dari ketaatan kepada Tuhan?
- Mulai langkah nyata: biasakan rutin doa pagi dengan teratur, pembacaan Alkitab harian, pengakuan dosa secara jujur, serta juga terlibat aktif dalam komunitas rohani dengan saudara seiman.
- Di dalam lingkungan pelayanan atau keluarga, dengan penuh kasih berani menegur dan memulihkan—supaya institusi tetap bersih dari praktik yang merusak.
      Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini;
      tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
      supaya kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah,
      yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
    

Komentar
Posting Komentar