Let God by Ps. Landong Siringo IFGF Bekqsi
5 Oktober 2025
Thema bulanan: Let God
Thema pekan ini: "Let God: Guide your decision"
Ps. Landong
Siringo
Kita dipercaya tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan kita.
Manusia dalam sehari mengambil 35.000 kepada Tuhan. Kita semua diberi kebebasan oleh Tuhan, apakah mau mendekat atau menjauh dari Tuhan. Memilih mau mengatur sendiri hidup kita atau mau menyerahkan pimpinan kepada Tuhan.
1 SAMUEL 23:1–13 — LET GOD GUIDE OUR LIFE
Kisah ini menggambarkan bagaimana Daud menghadapi situasi genting di mana hidup dan misinya sebagai orang pilihan Allah berada di persimpangan. Daud diberitahu bahwa kota Keila diserang oleh orang Filistin. Sebagai seorang prajurit sekaligus hamba Allah, Daud tidak langsung bertindak berdasarkan insting atau pengalaman perangnya. Ia bertanya kepada Tuhan: “Apakah aku akan pergi mengalahkan orang Filistin itu?” Tuhan menjawab, “Pergilah, kalahkan orang Filistin itu dan selamatkan Keila.” (ayat 2).
Namun, para pengikut Daud merasa takut. Mereka ragu melawan pasukan besar sementara posisi mereka lemah. Daud tidak memarahi mereka, melainkan kembali bertanya kepada Tuhan sekali lagi. Jawaban Tuhan sama dan meneguhkan langkahnya. Daud pun taat dan akhirnya memenangkan pertempuran serta menyelamatkan Keila.
Menariknya, setelah kemenangan itu, Daud tidak menjadi lengah. Ia terus mencari petunjuk Tuhan ketika mendengar bahwa Saul sedang menuju Keila untuk menangkapnya. Sekali lagi Daud meminta bimbingan Tuhan melalui imam Abiatar dan efod. Tuhan memberitahu bahwa orang Keila—yang baru saja ia selamatkan—akan menyerahkannya kepada Saul. Maka Daud segera bertindak dengan hikmat dan meninggalkan Keila bersama pasukannya.
Di sini kita melihat karakter penting dalam hidup orang beriman: Daud selalu bertanya, mendengarkan, dan taat pada pimpinan Tuhan, bahkan ketika arah itu tampak tidak logis di mata manusia.
POKOK-POKOK PIKIRAN UTAMA
1. Ketaatan mendahului kemenangan. Daud tidak berperang dulu baru minta restu Tuhan, tetapi mencari petunjuk Tuhan sebelum melangkah.
2. Ketakutan tidak membuatnya berhenti bertanya. Meski pasukannya ragu, Daud tetap kembali mencari kejelasan dari Tuhan, bukan dari opini manusia.
3. Kemenangan tidak membuatnya sombong. Setelah sukses di Keila, Daud tidak merasa dirinya bisa mengandalkan pengalaman, tetapi tetap bergantung pada arahan Tuhan.
4. Hikmat datang dari relasi yang intim dengan Allah. Daud memiliki kepekaan rohani untuk mengenali waktu yang tepat bertindak atau mundur.
5. Tuhan menuntun bukan hanya untuk keberhasilan, tapi juga untuk keselamatan. Terkadang bimbingan Tuhan membuat kita harus “meninggalkan Keila”—tempat yang terlihat baik—demi rencana-Nya yang lebih besar.
Hidup kita sering seperti Daud di Keila—harus membuat keputusan di antara dua pilihan yang sama-sama sulit: maju atau diam, melawan atau menunggu. Dunia modern mendorong kita untuk bertindak cepat, tetapi firman ini mengingatkan bahwa langkah bijak bukanlah yang paling cepat, melainkan yang paling taat. Tuhan ingin kita belajar berhenti sejenak untuk bertanya kepada-Nya terlebih dahulu, bukan baru mencari-Nya setelah keadaan menjadi rumit.
Ketika Tuhan menuntun, arahan-Nya mungkin tidak selalu masuk akal bagi logika, tetapi selalu membawa damai di hati. Kita tidak akan pernah tersesat jika setiap keputusan didahului dengan doa dan penyerahan diri kepada bimbingan Roh Kudus.
Membiarkan Tuhan menuntun hidup berarti mengakui bahwa arah terbaik bukan yang paling kita inginkan, tetapi yang paling dikehendaki oleh-Nya.
Ilustrasi terkait membiarkan keputusan tidak diambil oleh kita:
1. Pilot dan Menara Pengawas
Seorang pilot yang menerbangkan pesawat di tengah badai tidak bisa melihat jalur di depan. Ia bergantung penuh pada suara dari menara pengawas yang memandunya agar tidak menabrak. Begitu pula hidup kita — Tuhan adalah “menara pengawas” yang melihat keseluruhan peta kehidupan. Jika kita mengikuti instruksi-Nya, kita akan mendarat dengan selamat meski pandangan kita terbatas.
2. Anak Kecil dan Ayahnya di Jalan Gelap
Seorang anak berjalan di jalan gelap sambil menggenggam tangan ayahnya. Anak itu tidak tahu arah, tetapi ia merasa aman karena tahu siapa yang memegang tangannya. Hidup beriman berarti tidak harus tahu semua jalan, cukup tahu siapa yang menuntun langkah kita
3. Tukang Kebun dan Pohon Anggur
Tukang kebun memotong cabang-cabang pohon anggur yang tampak subur agar hasilnya lebih baik. Pohon itu “tidak mengerti” mengapa dipangkas, tetapi setelah waktu berlalu, buahnya menjadi lebih banyak. Begitu pula Tuhan memotong beberapa rencana kita agar hidup menghasilkan buah yang lebih manis bagi kemuliaan-Nya.
4. GPS yang Diperbarui
Ketika kita menggunakan GPS, kadang kita salah jalan. Namun GPS tidak memarahi, melainkan menghitung ulang arah terbaik menuju tujuan. Tuhan juga demikian: saat kita melenceng, Ia tidak menyerah, melainkan mengatur ulang jalan hidup agar kita kembali ke rencana semula. Yang penting, kita tetap mau mendengarkan “suara arahan-Nya.”
5. Kapal dan Kompas
Seorang kapten kapal tidak mengandalkan ombak atau arah angin, tetapi kompas yang menunjukkan utara sejati. Dalam hidup, firman Tuhan adalah kompas yang tidak berubah meskipun dunia berputar dan keadaan bergeser. Bila kita memegang kompas itu, kita tidak akan kehilangan arah walau badai menerpa.
6. Catur dan Sang Ahli Strategi
Dalam permainan catur, pemain profesional tahu kapan harus mengorbankan satu bidak untuk memenangkan seluruh permainan. Demikian juga Tuhan dalam kehidupan kita. Kadang Ia “mengizinkan” kehilangan kecil agar kita menang besar dalam rencana kekekalan-Nya. Percayalah, Dia melihat papan kehidupan lebih luas daripada kita.
7. Penulis dan Naskah Hidup
Kita sering ingin mengedit kisah hidup sendiri, tapi lupa bahwa pena sebenarnya ada di tangan Tuhan. Ia menulis dengan tinta kasih dan hikmat yang sempurna. Bila kita membiarkan Dia menulis bab demi bab, maka setiap kisah—bahkan yang kelam sekalipun—akan berakhir indah.
8. Navigator di Gunung Berkabut
Pendaki yang berjalan di gunung berkabut hanya bisa melihat beberapa meter ke depan, tetapi terus melangkah mengikuti pemandu. Ia tidak berhenti, karena tahu pemandu itu mengenal medan. Demikian juga hidup kita: iman bukan tentang melihat seluruh peta, melainkan percaya bahwa Tuhan tahu setiap belokan.
9. Kain Tenun di Tangan Penenun Agung
Dari bawah, kain tenun tampak berantakan — benang silang dan kusut. Tetapi dari atas, sang penenun sedang menciptakan pola yang indah. Hidup kita kadang tampak acak dan tidak masuk akal, tetapi bila kita menyerahkan benang kehidupan ke tangan Tuhan, Ia menenun karya yang sempurna.
10. Musik dan Konduktor Agung
Dalam sebuah orkestra, setiap pemain alat musik hanya fokus pada bagiannya, sementara konduktor mengatur seluruh harmoni. Jika pemain mencoba memimpin sendiri, musiknya kacau. Tetapi ketika semuanya mengikuti arah konduktor, tercipta simfoni indah. Begitulah hidup yang dipimpin Tuhan — harmoni muncul ketika kita tunduk pada tempo dan arahan-Nya.
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri;
akuilah Dia dalam segala lakumu,
maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Amsal 3:5–6
Amin.
Komentar
Posting Komentar