Yesaya 57 Part 2 Tentang "Kata-kata penghiburan" Seri Nabi Besar by Febrian

16 September 2025

Prompt by OpenAI, Image by GeminiAI

Yesaya 57 Part 2 Tentang "Kata-kata penghiburan" Seri Nabi besar

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai kata-kata penghiburan yang menguatkan. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut. 

Tuhan Yesus memberkati.

Yesaya 57:14-21

Ada yang berkata: 

"Bukalah, bukalah, persiapkanlah jalan, angkatlah batu sandungan dari jalan umat-Ku!"

Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: 

"Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk. Sebab bukan untuk selama-lamanya Aku hendak berbantah, dan bukan untuk seterusnya Aku hendak murka, supaya semangat mereka jangan lemah lesu di hadapan-Ku, padahal Akulah yang membuat nafas kehidupan. Aku murka karena kesalahan kelobaannya, Aku menghajar dia, menyembunyikan wajah-Ku dan murka, tetapi dengan murtad ia menempuh jalan yang dipilih hatinya. Aku telah melihat segala jalannya itu, tetapi Aku akan menyembuhkan dan akan menuntun dia dan akan memulihkan dia dengan penghiburan; juga pada bibir orang-orangnya yang berkabung Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat--firman TUHAN--Aku akan menyembuhkan dia! Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang, dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur. Tiada damai bagi orang-orang fasik itu,"

firman Allahku.

Bagian firman ini menunjukkan perbedaan yang jelas antara dua kelompok manusia. Pertama, mereka yang rendah hati dan remuk hatinya. Allah berjanji akan hadir bersama mereka, memberi semangat, memulihkan, dan menyembuhkan. Kedua, orang fasik yang hidupnya digambarkan seperti laut yang berombak, penuh gejolak dan tidak tenang, dan karena itu tidak memiliki damai. Pesan utamanya adalah bahwa Allah yang Mahatinggi bukan hanya bersemayam di tempat kudus dan mulia, tetapi Ia juga mau turun mendekat dan bersama orang yang hatinya hancur.

Pandangan beberapa teolog dunia memberikan penjelasan penting.

John Calvin dalam Commentary on Isaiah (1551) menekankan bahwa ayat 15 adalah pernyataan paradoks. Allah yang tinggi dan agung justru mau hadir bersama orang yang remuk hati. Keagungan-Nya bukan membuat jarak, tetapi menjadi jembatan bagi mereka yang rendah hati.

Matthew Henry dalam Exposition of the Old and New Testament (1706) menyoroti janji pemulihan Allah di ayat 18–19. Menurutnya, Allah bukan hanya menghukum dosa, tetapi juga menyediakan obat bagi penyakit hati manusia. Ia menafsirkan bahwa damai bagi yang jauh dan dekat adalah nubuat tentang Injil Kristus, di mana keselamatan dibuka bukan hanya untuk Israel, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain.

Alec Motyer dalam The Prophecy of Isaiah: An Introduction and Commentary (1993) menegaskan bahwa dosa menghasilkan kekacauan batin, seperti laut yang tidak bisa tenang. Namun Allah menjanjikan damai bagi yang mau bertobat. Damai (shalom) yang dimaksud bukan sekadar bebas dari konflik, melainkan pemulihan menyeluruh yang mencakup hubungan dengan Allah, sesama, dan diri sendiri.

Walter Brueggemann dalam bukunya Peace (2001) melihat teks ini dari sisi sosial. Damai yang dijanjikan Allah bukan hanya untuk individu, tetapi juga untuk komunitas. Damai bagi yang jauh dan dekat adalah visi Allah yang inklusif, melampaui batas etnis dan bangsa, untuk membawa semua orang masuk dalam kasih dan kesatuan-Nya.

Refleksi kehidupan modern.

Pesan Yesaya 57:14–21 tetap relevan bagi zaman sekarang. Dunia modern penuh dengan kegelisahan, tekanan, dan persaingan. Banyak orang hidup seperti laut yang berombak, hatinya gelisah dan tidak pernah tenang. Mereka mencari kepuasan dalam materi, karier, teknologi, tetapi akhirnya tidak menemukan damai sejati. Firman Tuhan menegaskan bahwa orang fasik tidak akan mendapat damai karena mereka mencari di luar Allah.

Sebaliknya, Allah berjanji dekat dengan orang yang rendah hati dan hancur hatinya. Rendah hati bukan hanya sikap lembut, tetapi kesadaran penuh bahwa kita tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Dalam konteks modern, ini berarti mengakui keterbatasan kita, menundukkan ego, dan tidak menyombongkan diri dengan pencapaian, teknologi, atau kekayaan. Damai hanya datang saat kita sungguh-sungguh bersandar kepada Allah.

Janji pemulihan ini juga berlaku untuk kita sekarang. Saat kita hancur karena dosa, kegagalan, atau kehilangan, Allah tidak meninggalkan kita. Ia justru turun mendekat, menyembuhkan, menuntun, dan memberi penghiburan. Bahkan di tengah dukacita, Ia sanggup menciptakan pujian dari bibir yang berduka. Firman tentang damai bagi yang jauh dan dekat adalah kabar baik bahwa damai Kristus tidak terbatas ruang dan waktu. Ia tersedia bagi siapa pun, baik yang sudah lama mengenal Allah maupun yang baru mendengar kasih-Nya.

Kesimpulannya, Yesaya 57:14–21 mengingatkan kita bahwa damai sejahtera sejati tidak datang dari stabilitas dunia atau harta benda, melainkan hanya dari Allah. Seperti kata Calvin, kemuliaan Allah adalah jembatan bagi hati yang hancur. Seperti yang ditegaskan Brueggemann, damai itu bersifat inklusif, mengundang semua orang untuk masuk. 

Renungan: apakah hati kita masih berkecamukdan khawatir, atau sudah berserah kepada Allah,  sumber damai sejati?

Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur.
Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal,
akan memelihara hati dan pikiranmu
dalam Kristus Yesus.

Filipi 4:6-7

Amin.

Komentar