Yesaya 55 part 2 tentang "Seluruh harta kita milik TUHAN" Seri Nabi Besar by Febrian

09 September 2025

Gambar diambil dari GKDI.org

Yesaya 55 Part 2 tentang "Seluruh harta kita milik TUHAN" Seri Nabi Besar

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai Bagaimana seharusnya kita menetapkan prioritas kehidupan kita bagi Kristus Yang adalah Raja kita.
Semoga Tuhan memberikan kita pemahaman dan hikmat untuk dapat memahami firman Tuhan tersebut. Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Yesaya 55:3

Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.

Bersamaan dengan berkat-berkat Allah yang dianugerahkan, sesungguhnya bersamaan dengan itu pula didikan Allah mulai dilaksanakan, yaitu memberikan kesempatan bagi umat-Nya untuk "memilih". Memilih apa? 

Setiap kali kita diberkati dengan berkat Tuhan, mengalirlah juga Kasih dan Kuasa Allah bagi orang yang menerimanya. Namun, sesungguhnya di dalamnya terkandung juga suatu unsur didikan bagi umat Tuhan, supaya dapat memletakkan prioritas dalam hidupnya. Prioritas apa?

Jika kita kembali sejenak, berkat Tuhan diawali dengan "air", maka itu berarti umat-Nya masih pada 'stage dasar'. Prioritas hidupnya hanya satu, yaitu 'bertahan hidup' alias berada dalam 'Survival Mode'. Beranjak naik diberkati dengan "gandum", yang menggambarkan 'stage lanjutan', di mana mulai masuk dalam misi Allah yaitu menerima gandum saja, atau memilih untuk mulai menghasilkan gandum sebagai makanan banyak orang lain. Sehingga pilihan prioritasnya bertambah, yaitu dari untuk diri sendiri, menjadi untuk orang lain juga.

Berlanjut masuk dalam 'stage advanced' yaitu diberi berkat berupa "Anggur". Karena telah memiliki status keamanan dalam hal sandang (pakaian perlengkapan kebutuhan rumah tangga dsb), pangan (kecukupan makanan bagi anggota keluarga), dan papan (tempat tinggal yang layak dan baik), Prioritas umat Tuhan bertambah lagi, untuk kini bisa memilih "kesenangan", "status sosial", "memiliki pengaruh", dsb kenikmatan hidup. 

Tadaaa... Inilah mulainya ujian hidup yang sesungguhnya, di kala seseorang telah melewati masa kritis, masa berkembang, kini masuk di masa menikmati hidup. Tantangan dan godaan dalam keinginan hati, seringkali membawa seseorang menghadapi suatu persimpangan, yaitu harus memilih antara perbuatan yang dikehendaki Allah dan yang bukan. Inilah prioritas yang harus ditentukan dengan cermat dan tanpa kesalahan.

Dalam Firman Tuhan Yesaya 55:3 di atas, "belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan ", mengandung makna, bahwa Allah memberi warning bagi umat-Nya yang condong mempergunakan uangnya untuk sesuatu yang "bukan roti" dan "tidak mengenyangkan".

Apa yang dimaksud dalam ayat tersebut di atas:

1. Harta kita adalah anugerah Allah bukan hasil usaha kita

Seluruh Uang, harta benda, asset kita dan seluruh hasil kerja keras kita, seolah milik kita, atas nama kita. Namun, jika kita memahami firman Allah, maka itu semua bukan dihasilkan karena kerja keras kita, melainkan kebaikan hati Allah semata.

1 Samuel 18:41

Daud berhasil di segala perjalanannya, sebab TUHAN menyertai dia.

Setiap hal yang dilakukan Daud, diserahkannya kepada Tuhan, sehingga berhasil karena penyertaan-Nya. Jadi kita pun wajib menyadari, bahwa segala usaha yang kita lakukan untuk menghasilkan uang, tidak akan dapat berhasil jika tidak disertai oleh Allah. Berarti seluruh harta kita sesungguhnya adalah anugerah atau pemberian Allah, bukan hasil usaha kita.

Mungkin ada orang yang berargumen, bahwa Ia bekerja keras 'membanting tulang' untuk menghasilkan kekayaannya, betul memang itu yang ia lakukan. Akan tetapi, coba lihat, ada orang lain yang juga bekerja keras, namun kemudian mengalami kerugian, atau dijahati orang, atau mungkin terkena sakit penyakit dsb, sehingga hartanya semua hilang dan kembali menjadi miskin. Perhatikan firman Tuhan di bawah ini:

Pengkhotbah 6:1-2

Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia: 

orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.  

Jadi sekarang kita tahu, bahwa segala keberhasilan dan kekayaan yang dihasilkan oleh seseorang, bukan berasal dari hasil usaha itu, melainkan karena pemberian Allah. Maka dari itu, jika seseorang diberkati dengan kekayaan, ia wajib menyadari, bahwa segalanya itu adalah tetap milik Tuhan, bukan miliknya. Pergunakan seluruh harta kita dengan bijaksana, sesuai dengan kehendak Sang Pemilik, yaitu Allah kita. 

2. Tanyakan pada Allah prioritas apa yang harus kita letakkan pertama

Setelah kita menyadari bahwa seluruh harta benda kita itu miliknya Tuhan, maka berarti setiap kali kita akan mempergunakannya, kita wajib bertanya kepada Allah apa yang harus kita lakukan dengan harta itu.

Yesaya 55:2b 

Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.

Jadi setiap saat kita wajib hidup benar dan sesuai dengan kehendak Allah, sehingga kita senantiasa mendengarkan apa yang Tuhan katakan bagi kita melalui firman-Nya. Niscaya apa yang dijanjikan Allah dalam Firman Tuhan di atas, akan terjadi, yaitu kita akan memakan hasil yang baik dan menikmati berkat Tuhan itu.

Berikut ini adalah langkah yang perlu kita lakukan terhadap harta benda yang Allah berikan bagi kita:

1. Catat dan ucapkan syukur

Hitunglah apa saja dan berapa nilai seluruh harta benda kita di dunia ini, catat dan simpan di dalam hati kita. Jangan ada satu pun yang terlewat. Ucapkan syukur kepada Allah atas semuanya itu.

2. Kuduskan

Bawa ke hadapan Allah seluruh harta benda yang Tuhan izinkan kita pakai itu, serahkan kembali kepada-Nya di dalam doa kita. Mohonlah agar Tuhan menguduskan semuanya dan mengizinkan kita pakai dalam kehidupan kita. 

3. Perpuluhan

Ingat-ingat kapan ada Perpuluhan yang belum kita beri sebagai kewajiban kita kepada Allah. Segera pisahkan dan persembahkan kepada Gereja lokal di mana kita berbakti. Jangan pernah menunda Perpuluhan, ingat itu bukan milik kita. Perpuluhan adalah milik Tuhan yang dititipkan kepada kita untuk kita salurkan kepada Gereja tempat kita berbakti. Jadi sama dengan mencuri, jika kita tidak segera memberikannya.

4. Persembahan

Dari uang penghasilan kita, wajib juga kita khususkan sebagian, sebagai persembahan yang diberikan setiap kita datang berbakti di hari Minggu. Jangan menyayangkan uang yang Tuhan berikan, sebab sesungguhnya seluruh penghasilan kita itu bukan milik kita, semuanya adalah milik Tuhan yang dizinkan-Nya kita pakai, untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. 

Dalam hal membawa persembahan kepada Allah, kita mengembalikan kepada Allah sebagai rasa syukur kita kepada-Nya, dalam bentuk mempersembahkan uang itu. Ingatlah bahwa Allah melihat ketulusan hati kita dalam mempersembahkannya.

Jangan pernah memberi kepada Tuhan di Gereja, dengan terpaksa ataupun dengan motivasi ingin Tuhan melipatgandakan uang itu bagi kita. Jika itu motivasi kita, maka termasuk kekejian di mata Allah. Sama seperti seorang anak yang memberi hadiah uang tahun bagi ayahnya, tetapi karena disuruh ibunya, ia sendiri ingin diberi hadiah, jadinya ia merajuk karena ibunya memberi hanya bagi ayahnya. Secara bathin ayahnya sedih melihat hal itu, sebaliknya sang ayah sangat senang diberi secarik kertas kecil berisi gambar coretan dengan crayon, bergambar hati yang digambar sendiri oleh anaknya. Itu jauh lebih indah di matanya, karena dengan pengorbanan tulus ia membuatnya.

5. Berbagi kepada sesama

Allah mau kita membagikan juga harta benda yang kita miliki kepada sesama kita yang membutuhkan. Ingat membagikan ini, jangan dengan terpaksa atau juga jangan dari kelebihan kita, tetapi dari keinginan hati ingin mengasihi sesama kita yang juga adalah ciptaan Allah. Allah melihat hati kita yang tulus. Jadi siapa yang harus kita beri? Renungkan, di sekeliling kita ada orang yang miskin, ada pelayan Tuhan / volunteer Gereja yang perlu didukung, tukang parkir, atau siapapun yang berada di sekeliling kita yang menurut panggilan hati ingin kita beri. Bisa juga orang sakit yang perlu dijenguk, selain uang bisa juga dalam bentuk makanan, perhatian, doa (perginya juga pakai tenaga dan ongkos, mungkin buah tangan).

Illustrasi yang sama, yaitu seorang anak kecil yang diberi snack banyak oleh ibunya, ia dengan pelitnya tidak mau berbagi dengan anak lain. Snack itu kemudian jatuh dan menangislah ia, orangtuanya akan mengatakan, "itu terjadi karena kamu pelit, tidak mau berbagi!". Demikian Allah kita, Ia akan memberikan harta benda yang bisa kita berikan buat orang  lain, namun Ia akan menjadi sedih, jika kita pelit kepada orang lain, apalagi jika orang itu marah-marah jika ada orang lain yang memohon bantuannya. 

Allah tidak pernah kekurangan uang di Surga, pabrik uang itu ada selamanya. Jadi Allah seumpama orang tua dari anak kecil yang dengan baik hati mau membagikan snack nya dengan anak-anak lain, kemudian snack nya habis, maka orangtua yang baik pasti dengan sigap akan segera pulang ke rumahnya, untuk mengambil lagi snack yang baru bagi anaknya. Allah tidak pernah pelit atau memperhitungkan pemberian-Nya bagi orang yang tulus hati memberi bagi orang lain. 

6. Hentikan Pemborosan dan Kemewahan

Pemborosan adalah suatu perbuatan yang seringkali tidak kita sadari kita lakukan. Kita juga seringkali tidak sadar, bahwa itu juga bisa mengecewakan Allah, mengapa? Kita diberi berkat oleh Allah, pasti dengan suatu tujuan tertentu, tetapi jika kita mempergunakan berkat itu dengan tidak bertanggung-jawab, maka itu sama dengan tidak menghargai Allah Yang memberinya. Jadi saat ini juga, catatlah semua pengeluaran, amati dengan cermat, analisis kebocoran atau Pemborosan apa yang tidak perlu terjadi. 

Misalnya: Tuhan beri kita unit Apartemen, namun kita diamkan saja, tanpa diapa-apakan, yaitu tidak disewakan. Tanpa sadar, setiap bulan kita harus bayar Iuran Pengelolaan Lingkungan (IPL), dan tiap tahun kita harus membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Itu adalah suatu Pemborosan yang tidak perlu. Maka sebaiknya segera mencari perusahaan Manajemen Property yang bisa membantu mengelola penyewaannya, sehingga Pemborosan bisa kita cegah. 

Sedangkan Kemewahan sudah jelas adalah kenikmatan fisik belaka. Barang yang berkualitas baik perlu kita miliki, agar tidak terjadi pemborosan, jika lekas rusak dan mahal biaya perawatannya. Namun, membeli barang mewah yang tujuannya untuk dipamerkan, itu namanya kemewahan. Tergantung motivasi hati kita: kemewahan atau bertanggung jawab.

Contoh: kita perlu membeli sebuah mobil untuk berangkat dan pulang kerja. Kita tidak mungkin memakai motor, karena jarak yang cukup jauh. Harta yang kita miliki cukup untuk membeli mobil dengan harga yang sangat mahal. Namun, dengan rasa bertanggung jawab kepada Allah, kita memperhitungkan berbagai hal, yaitu kebutuhan dasar, yaitu kehandalan, kualitas buatan pabrik, safety, Purna jual, keiritan BBM, pajak murah, maka kita jatuhkan pilihan pada mobil yang bermerek terkenal tetapi dengan jenis/type yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu mahal.

Jika kita membeli mobil mewah, rumah megah, baju sepatu perhiasan mewah, dsb, mungkin kita merasa layak untuk membelinya, karena merasa kita sudah bekerja keras dan itu adalah bentuk "self rewarding". Saya yakin, bahwa sewaktu kita membeli seluruh kemewahan itu, terselip rasa ingin dihargai, ingin meningkatkan status sosial kita, ingin unggul dibanding orang lain, di mana semuanya itu sesungguhnya justru menyakiti hati Allah yang sifat dasarnya adalah rendah hati. 

Ingatlah kisah Ayub, dalam satu saat sekejap mata, seluruh kekayaannya bisa habis musnah, jika Allah kehendaki. Ingat juga pernyataan Tuhan Yesus yang melihat orang muda yang kaya raya, sewaktu orang itu meninggalkan-Nya, bahwa sesungguhnya orang kaya lebih sulit masuk Kerajaan Allah di banding dengan unta masuk ke lubang jarum. Sama dengan mustahil  orang kaya (yang hidup bermewah-mewahan), untuk masuk ke Surga. Rugi bukan? Mendapat kenikmatan di dunia ini, tapi siksaan setelah kematian?

Jadi Kesimpulannya, adalah bahwa sikap hati yang memprioritaskan segala keputusan Allah dalam mempergunakan harta kita, membawa kita kepada hasil yang baik dan berkat-Nya yang berlimpah sehingga kita dapat menikmati sajian yang paling lezat dari Allah. Apa itu sajian itu? Jamuan yang disediakan oleh Allah sendiri bagi orang yang menempatkan TUHAN, Allah sebagai prioritas nomor satu dalam hidupnya, bukan hartanya.

Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

Amsal 3:9-10

Amin.

Komentar