A Place of Pressure - a place of Guilt

 

28 September 2025 

IFGF Bekasi. 

Ps. Landong Siringo 

KHOTBAH: “DAUD DAN TEMPAT-TEMPAT TEKANAN DALAM HIDUP ORANG PERCAYA”

Pendahuluan

Hidup orang percaya tidak pernah dijanjikan bebas dari tekanan. Justru sering kali Tuhan mengizinkan kita melewati “a place of pressure” supaya iman kita ditempa, karakter kita dimurnikan, dan kita menjadi serupa dengan Kristus. Raja Daud adalah teladan nyata: seorang gembala sederhana yang dipanggil menjadi raja, tetapi hidupnya penuh dengan tekanan dari segala sisi.


1. A Place of Pressure – Tekanan sebagai Tempat Pembentukan

Mazmur Daud sering lahir dari “tempat tekanan”. Dari padang gurun, gua-gua persembunyian, hingga istana, ia selalu mengalami situasi di mana dirinya terjepit.

Ayat: “Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan.” (Mazmur 118:5).

Ulasan Teolog: C.H. Spurgeon menulis dalam The Treasury of David (1885) bahwa setiap tekanan dalam hidup Daud justru menjadi pendorong untuk lebih dekat kepada Allah; doa dalam tekanan sering lebih tulus dan mendalam daripada doa di waktu tenang.


2. Pressure of Needs – Tekanan karena Kebutuhan

Daud sebagai gembala muda tahu apa artinya kekurangan. Saat dikejar Saul, ia pernah lapar sampai makan roti sajian (1 Samuel 21:6). Tekanan kebutuhan ini mengajarkan bahwa Allah adalah gembala yang menyediakan.

Ayat: “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” (Mazmur 23:1).

Ulasan Teolog: Matthew Henry dalam Commentary on the Whole Bible (1706) menekankan bahwa kebutuhan hidup adalah sarana Tuhan melatih iman, karena kecukupan sejati hanya ditemukan dalam pemeliharaan Allah, bukan pada sumber daya manusia.


3. A Pressure of Labels – Tekanan karena Cap dan Pandangan Manusia

Daud sering diberi label merendahkan: hanya gembala kecil, bukan prajurit; bahkan Goliat meremehkannya (1 Samuel 17:42). Namun Tuhan melihat hati, bukan penampilan.

Ayat: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi... bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah.” (1 Samuel 16:7).

Ulasan Teolog: Eugene Peterson dalam Leap Over a Wall (1997) menulis bahwa kehidupan Daud membuktikan label manusia bisa salah besar, sebab Allah memakai orang-orang yang diremehkan untuk pekerjaan besar-Nya.


4. A Place of Responsibility – Tekanan karena Tanggung Jawab

Sebagai raja, Daud memikul tanggung jawab besar: memimpin bangsa, menegakkan hukum, dan menjaga ibadah kepada Allah. Tekanan itu kadang berat, namun justru menunjukkan bahwa posisi tinggi selalu datang dengan tanggung jawab besar.

Ayat: “Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya.” (Mazmur 78:72).

Ulasan Teolog: Walter Brueggemann dalam First and Second Samuel (1990) menekankan bahwa kepemimpinan Daud adalah paradoks: penuh kelemahan, tetapi sekaligus dipakai Allah untuk menunjukkan bahwa tanggung jawab sejati bukan soal kesempurnaan manusia, melainkan kesetiaan pada panggilan Allah.


5. A Pressure of Guilt – Tekanan karena Rasa Bersalah

Daud juga jatuh ke dalam dosa besar dengan Batsyeba dan pembunuhan Uria. Tekanan rasa bersalah itu hampir menghancurkannya, tetapi ia datang kepada Tuhan dengan hati yang hancur.

Ayat: “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” (Mazmur 51:19).

Ulasan Teolog: Dietrich Bonhoeffer dalam Life Together (1939) menulis bahwa pengakuan dosa adalah jalan pembebasan dari rasa bersalah; dosa yang dibawa dalam terang Kristus kehilangan kuasanya. Inilah yang Daud alami dalam pertobatan sejatinya.


Aplikasi untuk Jemaat

  • Tekanan hidup adalah tempat pembentukan, bukan kehancuran.
  • Tekanan kebutuhan mengajar kita bergantung pada pemeliharaan Allah.
  • Tekanan label manusia harus ditolak dengan melihat identitas sejati kita di hadapan Allah.
  • Tekanan tanggung jawab adalah panggilan untuk setia dalam perkara kecil maupun besar.
  • Tekanan rasa bersalah harus segera dibawa ke hadapan Kristus agar berubah menjadi pemulihan.

Penutup

Hidup Daud menunjukkan bahwa setiap “place of pressure” adalah kesempatan Allah membentuk, setiap “pressure of needs” adalah pintu mujizat, setiap “pressure of labels” adalah cara Allah menegaskan identitas kita, setiap “place of responsibility” adalah ladang pelayanan, dan setiap “pressure of guilt” adalah undangan untuk mengalami kasih karunia.

Tentu, ini adalah terjemahan dari 1 Samuel 22:20-23 ke dalam Bahasa Indonesia (berdasarkan Terjemahan Baru - LAI):

1 Samuel 22:20-23 (Terjemahan Bahasa Indonesia)

20 Tetapi seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya Abyatar, luput dan melarikan diri menyusul Daud.

21 Lalu Abyatar memberitahukan kepada Daud, bahwa Saul telah membunuh para imam TUHAN.

22 Kemudian berkatalah Daud kepada Abyatar: “Aku telah tahu pada hari itu, bahwa karena Doeg, orang Edom ada di sana, pastilah ia memberitahukannya kepada Saul. Akulah sebabnya maka seisi rumah ayahmu turut terbunuh.

23 Tinggallah padaku, jangan takut; sebab orang yang menghendaki nyawaku, menghendaki juga nyawamu; engkau aman padaku.”

Makna Singkat

Ayat-ayat ini mencatat pelarian Abyatar, satu-satunya imam yang selamat dari pembantaian di Nob atas perintah Raja Saul.

 * Pelarian dan Berita (Ayat 20-21): Abyatar, putra Imam Ahimelekh, melarikan diri dan membawa berita mengerikan kepada Daud bahwa Saul telah membunuh seluruh imam di Nob.

 * Pengakuan Daud (Ayat 22): Daud merasa sangat bersalah. Ia mengakui bahwa kedatangannya ke Nob dan penipuannya kepada Ahimelekh di hadapan Doeg adalah penyebab langsung kematian para imam tersebut.

 * Janji Perlindungan (Ayat 23): Daud menawarkan perlindungan total kepada Abyatar, menyadari bahwa mereka berdua kini memiliki musuh yang sama, yaitu Saul. Daud meyakinkan Abyatar: "engkau aman padaku." Abyatar kemudian melayani sebagai imam pribadi Daud,75  memungkinkannya untuk terus bertanya kepada Allah (melalui Urim dan Tumim yang mungkin dibawa oleh Abyatar, lihat 1 Sam. 23:6, 9).

Belajar betapa indahnya rasa bersalah:

1. Serahkan rasa bersalah kepada Tuhan.

1 Samuel 22:22

​"Kemudian berkatalah Daud kepada Abyatar: 'Aku telah tahu pada hari itu, bahwa karena Doeg, orang Edom ada di sana, pastilah ia memberitahukannya kepada Saul. Akulah sebabnya maka seisi rumah ayahmu turut terbunuh.'" (1 Samuel 22:22)

​Pengembangan Khotbah

​Dalam ayat ini, kita melihat Raja Daud yang sedang berada di bawah tekanan besar, bukan hanya karena ia diburu oleh Saul, tetapi juga karena ia memikul beban rasa bersalah yang menghancurkan.

​Daud mengakui secara terbuka kepada Abyatar: "Akulah sebabnya..." Ini adalah momen keindahan dalam rasa bersalah. Daud tidak mencoba mencari alasan, tidak menyalahkan Saul (meskipun Saul yang memberi perintah), dan tidak menuding Doeg (meskipun Doeg yang mengeksekusi). Ia menunjuk pada dirinya sendiri.

​A. Rasa Bersalah yang Jujur Membawa pada Pengakuan (Identifikasi Dosa)

​Rasa bersalah yang indah adalah yang membawa kita pada kejujuran total di hadapan Tuhan. Banyak orang menghindari rasa bersalah dengan:

​Menyangkalnya: Berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

​Memproyeksikannya: Menyalahkan orang lain (seperti yang dilakukan Adam dan Hawa).

​Namun, Daud menunjukkan jalan ketiga: Mengakuinya. Rasa bersalah adalah alarm rohani yang harus kita dengarkan. Ketika kita merasakan tusukan rasa bersalah, itu adalah Roh Kudus yang berkata, "Berhentilah. Ada yang salah. Kembalilah." Sama seperti Daud yang berkata, "Aku tahu... Akulah sebabnya."

B. Bebaskan Diri dari Beban yang Tidak Perlu Dipikul Sendiri (Penyerahan)

​Rasa bersalah yang tidak diserahkan kepada Kristus akan berubah menjadi racun yang menghancurkan jiwa: malu, depresi, dan isolasi. Daud tidak mencoba membawa beban pembantaian para imam ini sendirian. Ketika ia mengucapkan kata-kata itu kepada Abyatar, ia sedang melakukan tindakan penyerahan awal—ia membawa dosanya ke dalam terang.

​Di sinilah indahnya Injil. Yesus Kristus tidak datang untuk menghukum kita atas rasa bersalah kita, melainkan untuk memikulnya.

​Jika Anda merasa bersalah karena kegagalan masa lalu—serahkanlah.

​Jika Anda merasa bersalah karena perkataan atau perbuatan yang menyakiti orang lain—serahkanlah.

​Tuhan tidak menginginkan rasa bersalah Anda menghancurkan Anda; Ia ingin kasih karunia-Nya memulihkan Anda. Ketika Daud mengakui kesalahannya, langkah selanjutnya adalah pertobatan sejati yang mendalam (seperti yang ia tunjukkan dalam Mazmur 51 setelah dosa Batsyeba). Serahkan rasa bersalah Anda, karena di salib, Kristus telah berkata, "Aku-lah sebabnya..." Ia menanggung akibatnya.

​Aplikasi: Apa "Aku-lah sebabnya" yang harus Anda ucapkan hari ini, lalu segera serahkan kepada Tuhan?

​Pertanyaan Renungan: Rasa bersalah mana yang paling membebani Anda saat ini, dan tindakan praktis apa yang dapat Anda lakukan untuk menyerahkannya sepenuhnya ke dalam terang kasih karunia Kristus?

2. Pulihkan harapan kita dengan anugerah-Nya 

1 Samuel 22:20

Remnant = Luput

"Tetapi seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya Abyatar, luput dan melarikan diri menyusul Daud." (1 Samuel 22:20)

​Di tengah-tengah kehancuran total di Nob—sembilan puluh lima imam dibunuh—kita melihat sebuah keajaiban: Abyatar luput.

​Kata "luput" (remnant) di sini bukanlah kebetulan. Ini adalah prinsip ilahi yang sering terlihat di seluruh Alkitab: Di tengah kegagalan besar umat manusia, Tuhan selalu menyisakan sisa. Sisa (remnant) adalah bukti nyata bahwa penghakiman Tuhan selalu dicampur dengan anugerah (grace) dan bahwa rencana-Nya tidak pernah gagal.

​A. Harapan Terselip dalam Kehancuran (Anugerah dalam Penghakiman)

​Ketika Abyatar tiba di perkemahan Daud, ia adalah simbol dari harapan yang nyaris padam. Dia adalah segala yang tersisa dari sebuah komunitas yang hancur.

  • 1 Samuel 22:19 mencatat pembantaian total: pria, wanita, anak-anak, bahkan ternak.
  • 1 Samuel 22:20 mencatat: "Tetapi seorang anak... luput."

​Ini mengajarkan kita bahwa dalam situasi terburuk dalam hidup—ketika kita merasa dihancurkan oleh tekanan, kegagalan, atau rasa bersalah—Tuhan selalu meninggalkan "sisa harapan". Kita tidak pernah sepenuhnya ditinggalkan. Anugerah-Nya bekerja bukan untuk mencegah krisis datang, tetapi untuk memastikan bahwa selalu ada jalan keluar untuk pemulihan dan kelanjutan rencana-Nya.

​B. Sisa yang Menjadi Saluran Berkat (Fungsi Sisa)

​Abyatar yang "luput" ini tidak hanya diselamatkan untuk hidup. Ia diselamatkan untuk melayani:

  1. Ia menjadi Imam Daud: Ia membawa Efod (alat untuk bertanya kepada Tuhan, 1 Sam. 23:6), memastikan bahwa Daud dapat terus dipimpin oleh Allah di padang gurun.
  2. Ia Membawa Hubungan: Ia menjadi jembatan antara perjanjian lama (imamat) dan kerajaan baru (Daud).

​Sama seperti Abyatar, kita yang luput dari kehancuran masa lalu (karena anugerah Kristus) tidak diselamatkan hanya untuk diri kita sendiri. Tuhan memulihkan harapan kita agar kita dapat menjadi saluran anugerah bagi orang lain. Anda yang telah melewati tekanan dan rasa bersalah kini memiliki kesaksian dan kekuatan untuk memimpin orang lain kepada pimpinan ilahi.

Aplikasi: Pikirkan kembali area hidup Anda yang pernah "dihancurkan" oleh dosa atau krisis. Sekarang, bagaimana Anda yang "luput" itu dapat menggunakan anugerah tersebut untuk memulihkan harapan dan menguatkan orang lain, seperti Abyatar menguatkan Daud?

Pertanyaan Penutup: Di tengah tekanan dan kegagalan, bisakah Anda melihat "sisa anugerah" yang Tuhan sisakan untuk Anda, dan bagaimana Anda akan menggunakannya minggu ini?

Rasa bersalah tidak baik, tapi bertujuan memperbaiki kita

A. Aspek personal keluarga 

B. Aspek Keluarga

C. Aspek Sesama

Roma 8:48-39

3. Keterbukaan adalah awal dari pemulihan

Pemulihan sejati dari tekanan dan rasa bersalah tidak dapat terjadi di dalam kegelapan atau kerahasiaan. Dibutuhkan langkah berani yang ditunjukkan oleh Daud dan Abiathar: keterbukaan (vulnerability).

​A. Keterbukaan Daud: Berani Mengakui Kesalahan (1 Samuel 22:22)

​Daud berada dalam posisi yang sangat rentan. Ia adalah pemimpin kelompok buronan, dan sekarang ia harus mengakui kepada satu-satunya imam yang tersisa: "Akulah sebabnya maka seisi rumah ayahmu turut terbunuh."

  • Menghilangkan Perisai: Daud bisa saja bersikap defensif. Ia bisa menyalahkan Saul sepenuhnya atau mengabaikan Abyatar. Sebaliknya, ia menjatuhkan perisai kepemimpinannya dan menunjukkan sisi manusiawinya: rasa bersalah yang mendalam.
  • Kejujuran Menciptakan Keintiman: Keterbukaan Daud menembus rasa sakit Abyatar. Pengakuan yang jujur, walaupun menyakitkan, justru menjadi dasar bagi hubungan kepercayaan yang baru dan lebih kuat di antara mereka. Pemulihan selalu dimulai ketika kita berhenti menyembunyikan kelemahan dan dosa kita.
  • Prinsip: Keterbukaan sejati tidak melemahkan kepemimpinan atau nilai kita; justru memvalidasi bahwa kita juga membutuhkan anugerah dan bahwa kita berani bertanggung jawab atas dampak dari tindakan kita.

    ​B. Keterbukaan Abyatar: Berani Menyampaikan Kebenaran (1 Samuel 22:21)

    ​Abyatar juga menunjukkan keterbukaan yang penting. Ia tidak lari dalam keheningan; ia datang kepada Daud dan memberitahukan bahwa Saul telah membunuh para imam TUHAN.

    • Menghadapi Kenyataan: Menyampaikan berita buruk kepada orang yang dicintai atau dihormati selalu sulit, apalagi ketika berita itu akan menambah beban rasa bersalah orang tersebut. Namun, Abyatar berani membuka luka itu.
    • Kebenaran Membawa Kejelasan: Tanpa keterbukaan Abyatar, Daud mungkin hanya menduga-duga. Kebenaran yang disampaikan dalam keterbukaan (walaupun pahit) adalah bahan baku yang dibutuhkan untuk memulai proses penyembuhan dan perencanaan ke depan.
    • Prinsip: Untuk adanya pemulihan, kita harus berani berbicara tentang rasa sakit, trauma, atau dosa yang terjadi, dan kita harus berani mendengar kebenaran yang disampaikan oleh sesama orang percaya.


      ​C. Hasil dari Keterbukaan: Keamanan dan Persekutuan (1 Samuel 22:23)

      ​Keterbukaan timbal balik antara Daud dan Abyatar menghasilkan hasil yang indah: pemulihan dalam persekutuan dan keamanan.

      • Penerimaan Tanpa Syarat: Daud tidak menghukum Abyatar karena berita buruk itu; ia malah menawarkan perlindungan: "Tinggallah padaku, jangan takut... engkau aman padaku." Ini adalah model anugerah. Ketika kita terbuka kepada sesama orang percaya yang bijaksana, kita seharusnya menemukan penerimaan dan keamanan, bukan penghakiman.
      • Ikatan Baru: Mereka bersatu di bawah satu bahaya dan satu anugerah. Ikatan mereka (pemimpin yang bersalah dan imam yang luput) menjadi inti dari persekutuan baru yang akan memimpin Israel.

      Keterbukaan kepada Tuhan melalui pengakuan dosa dan keterbukaan kepada sesama melalui persekutuan yang jujur adalah dua sayap yang membawa kita terbang menuju pemulihan dan harapan yang dipulihkan oleh anugerah Kristus.

      Aplikasi: Kepada siapa Anda perlu terbuka hari ini—tentang rasa bersalah, tekanan, atau kelemahan Anda—agar pemulihan dapat benar-benar dimulai?





Komentar