Yesaya 44 Part 2 Tentang "Jangan menyembah berhala" - Seri Nabi Besar by Febrian
21 Agustus 2025
Yesaya 44 Part 2 Tentang "Jangan menyembah berhala" - Seri Nabi Besar by Febrian
Yesaya 44:9-20
Kebodohan pemujaan patung
44:9 Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah. Penyembah-penyembah patung itu tidaklah melihat dan tidaklah mengetahui apa-apa; oleh karena itu mereka akan mendapat malu.
44:10 Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah? 44:11 Sesungguhnya, semua pengikutnya akan mendapat malu, dan tukang-tukangnya adalah manusia belaka. Biarlah mereka semua berkumpul dan bangkit berdiri! Mereka akan gentar dan mendapat malu bersama-sama. 44:12 Tukang besi membuatnya dalam bara api dan menempanya dengan palu, ia mengerjakannya dengan segala tenaga yang ada di tangannya. Bahkan ia menahan lapar sehingga habislah tenaganya, dan ia tidak minum air sehingga ia letih lesu. 44:13 Tukang kayu merentangkan tali pengukur dan membuat bagan sebuah patung dengan kapur merah; ia mengerjakannya dengan pahat dan menggarisinya dengan jangka, lalu ia memberi bentuk seorang laki-laki kepadanya, seperti seorang manusia yang tampan, dan selanjutnya ditempatkan dalam kuil.
44:14 Mungkin ia menebang pohon-pohon aras atau ia memilih pohon saru atau pohon tarbantin, lalu membiarkannya tumbuh menjadi besar di antara pohon-pohon di hutan, atau ia menanam pohon salam, lalu hujan membuatnya besar. 44:15 Dan kayunya menjadi kayu api bagi manusia, yang memakainya untuk memanaskan diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Tetapi juga ia membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud kepadanya. 44:16 Setengahnya dibakarnya dalam api dan di atasnya dipanggangnya daging. Lalu ia memakan daging yang dipanggang itu sampai kenyang; ia memanaskan diri sambil berkata: "Ha, aku sudah menjadi panas, aku telah merasakan kepanasan api." 44:17 Dan sisa kayu itu dikerjakannya menjadi allah, menjadi patung sembahannya; ia sujud kepadanya, ia menyembah dan berdoa kepadanya, katanya: "Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!"
44:18 Orang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami. 44:19 Tidak ada yang mempertimbangkannya, tidak ada cukup pengetahuan atau pengertian untuk mengatakan: "Setengahnya sudah kubakar dalam api dan di atas baranya juga sudah kubakar roti, sudah kupanggang daging, lalu kumakan. Masakan sisanya akan kubuat menjadi dewa kekejian? Masakan aku akan menyembah kepada kayu kering?" 44:20 Orang yang sibuk dengan abu belaka, disesatkan oleh hatinya yang tertipu; ia tidak dapat menyelamatkan jiwanya atau mengatakan: "Bukankah dusta yang menjadi peganganku?"
Teks Yesaya 44:9-20 memberikan sindiran yang sangat tajam dan gamblang tentang kebodohan penyembahan berhala. Nabi Yesaya secara detail menggambarkan proses pembuatan patung yang sama sekali tidak masuk akal. Seorang tukang mengambil sebatang pohon, sebagian kayunya dia bakar untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti memanaskan badan dan memasak makanan. Namun, dengan sisa kayu yang sama, dia membentuknya menjadi sebuah patung lalu bersujud menyembahnya sambil berkata, "Tolonglah aku, sebab engkaulah allahku!" Ini menunjukkan kebodohan spiritual yang luar biasa.
Manusia menyembah sesuatu yang dia ciptakan sendiri dengan tangannya, sesuatu yang sebenarnya adalah benda mati yang tidak berkuasa melakukan apa-apa. Berhalanya buta, tuli, dan bisu, tidak mampu menolong maupun menyelamatkan. Yang lebih memalukan adalah bahwa si pembuat berhala itu sendiri menjadi buta secara spiritual - matanya tertutup dan hatinya tidak dapat memahami kebodohan yang dilakukannya.
Peringatan ini tetap relevan bagi kita hari ini. Berhala modern tidak selalu berupa patung kayu atau logam, tetapi bisa berupa uang, karier, hubungan, ilmu pengetahuan, atau pencapaian pribadi. Kita cenderung menaruh harapan dan kepercayaan pada hal-hal yang kita buat sendiri, yang kita kendalikan, atau yang kita anggap dapat memberikan keamanan dan kepuasan. Padahal, semua itu pada akhirnya sama tidak berdayanya seperti patung kayu yang digambarkan Yesaya. Mereka tidak bisa memberikan makna sejati atau keselamatan yang kekal.
Renungan ini mengajak kita untuk introspeksi: apakah kita sedang menyembah Sang Pencipta atau justru sibuk menciptakan allah-allah lain dalam hidup kita?
Komentar
Posting Komentar