Yesaya 9 Part 2 tentang Murka Tuhan terhadap Efraim - Seri Nabi Besar by Febrian

4 Juli 2025

Yesaya 9 Part 2 tentang Murka Tuhan terhadap Efraim - Seri Nabi Besar

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai Murka Tuhan terhadap orang Efraim yang meninggalkan Tuhan dan tidak mau ditegur. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut.

Yesaya 9:8-21

Murka TUHAN terhadap Efraim 

TUHAN telah melontarkan firman kepada Yakub, dan firman-Nya itu menimpa Israel. Seluruh bangsa itu, yakni Efraim dan penduduk Samaria, mengetahuinya, tetapi dengan congkak dan tinggi hatinya mereka berkata, "Tembok batu bata jatuh, kita dirikan kembali dari batu yang dipotong; pohon-pohon ara ditebang, kita ganti dengan pohon-pohon aras." 
Maka TUHAN membangkitkan para panglima Rezin melawan mereka, dan menggerakkan musuh-musuh mereka: 
Orang Aram dari timur dan orang Filistin dari barat, mereka menelan Israel dengan mulut yang lebar. Sekalipun semuanya ini terjadi, murka-Nya belum surut, dan tangan-Nya masih teracung. 
Tetapi bangsa itu tidak kembali kepada Dia yang menghajarnya, dan mereka tidak mencari TUHAN Semesta Alam. Maka TUHAN menebas dari Israel kepala dan ekor, batang dan ranting serentak pada hari yang sama. 
Tua-tua dan pemuka, itulah kepala, dan nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor. Sebab para pemimpin bangsa ini adalah penyesat, dan orang yang dipimpin menjadi kacau. Oleh sebab itu, Tuhan tidak mengasihani taruna mereka, dan tidak sayang kepada anak yatim dan janda mereka, sebab mereka sekalian  murtad dan berbuat jahat, dan setiap mulut berbicara bebal. 
Sekalipun semuanya ini terjadi, murka-Nya belum surut, dan tangan-Nya masih teracung. 
Sebab kefasikan itu menyala seperti api yang memakan habis onak dan duri, lalu membakar belukar di hutan sehingga gumpalan asap mengepul ke atas. 
Oleh karena murka TUHAN Semesta Alam, terbakarlah tanah itu, dan bangsa itu menjadi umpan api; seorangpun tidak mengasihani saudaranya. 
Mereka melahap ke sebelah kanan, tetapi masih lapar, mereka memakan ke sebelah kiri, tetapi tidak kenyang, setiap orang memakan daging kerabatnya sendiri: Manasye memakan Efraim, dan Efraim memakan Manasye, dan bersama-sama mereka melawan Yehuda. 
Sekalipun semuanya ini terjadi, murka-Nya belum surut, dan tangan-Nya masih teracung. 
Sungguh celaka mereka yang menentukan ketetapan-ketetapan yang tidak adil, dan mengarang keputusan-keputusan yang lalim, untuk memutarbalikkan keadilan dari orang lemah, merebut hak orang-orang sengsara di antara umat-Ku, supaya mereka dapat merampas milik janda-janda, dan menjarah anak-anak yatim! 
Apakah yang akan kamu lakukan pada hari penghukuman, dan pada waktu kebinasaan yang datang dari jauh? 
Kepada siapakah kamu hendak minta tolong, dan di manakah hendak kamu tinggalkan kekayaanmu? 
Tak dapat kamu lakukan apa-apa selain meringkuk di antara tawanan, atau tewas di antara orang yang terbunuh! 
Sekalipun semuanya ini terjadi, murka TUHAN belum surut, dan tangan-Nya masih teracung.

Nabi Yesaya menyampaikan suatu pesan keras dari Allah tentang Efraim dan seluruh Israel. Mereka telah menerima firman Tuhan, tetapi malah menanggapinya dengan kesombongan. Alih-alih bertobat, mereka bersikap seolah-olah mampu memperbaiki segalanya sendiri—membangun kembali dari batu pahat dan mengganti pohon-pohon ara dengan aras. Ini menggambarkan sikap manusia yang keras kepala, merasa kuat dan cerdas tanpa perlu bergantung pada Tuhan.

Namun Allah tidak diam. Ia membangkitkan musuh dari segala penjuru sebagai peringatan dan hajaran. Meski demikian, Israel tetap tidak kembali kepada Tuhan yang menghajar mereka. Dalam murka-Nya, Tuhan menebas para pemimpin, baik tua-tua maupun nabi-nabi palsu, karena mereka menyesatkan bangsa dan menciptakan kekacauan moral.

Api kefasikan membakar segalanya: keadilan dimanipulasi, hak-hak orang lemah direbut, dan masyarakat menjadi egois serta saling memangsa. Bangsa Israel digambarkan kelaparan secara rohani: mereka makan ke kanan dan kiri, tetapi tidak kenyang—simbol kegagalan mencari kepuasan di luar Tuhan. Bahkan sesama saudara pun saling memakan—Manasye terhadap Efraim, dan Efraim terhadap Manasye.

Kalimat yang terus diulang menjadi peringatan yang menggema:
“Sekalipun semuanya ini terjadi, murka-Nya belum surut, dan tangan-Nya masih teracung.”
Tangan Tuhan yang masih teracung adalah simbol bahwa hukuman belum selesai karena pertobatan belum terjadi.

Renungan ini mengajak kita untuk tidak menunda-nunda pertobatan. Jangan abaikan teguran Tuhan, sekecil apapun. Bangsa yang keras hati akan menerima teguran yang semakin keras. Tetapi bagi yang rendah hati dan kembali kepada-Nya, tersedia pengampunan dan pemulihan.
Pertanyaannya: Apakah kita masih menantang Tuhan dengan kebebalan, atau kita memilih kembali sebelum tangan-Nya benar-benar menghantam?

Sekalipun semuanya ini terjadi,
murka-Nya belum surut,
dan tangan-Nya masih teracung.
— Peringatan yang diulang tiga kali.

Yesaya 9:12b, 17b, 21b

Amin.

Komentar