Yesaya 29 Part 2 tentang "Kemunafikan manusia" Seri Nabi Besar by Febrian

28 Juli 2025

AI Image Generated by Freepik.com 

Yesaya 29 Part 2 tentang "Kemunafikan manusia" Seri Nabi Besar

Yesaya 29:9-13

Bangsa yang buta

Tercengang-cenganglah, penuh keheranan; biarlah matamu tertutup, buta semata-mata! 

Jadilah mabuk, tetapi bukan karena anggur, jadilah pusing, tetapi bukan karena arak! 

Sebab TUHAN telah membuat kamu tidur nyenyak; 

matamu 

        - yakni para nabi - 

telah dipejamkan-Nya dan mukamu 

        - yaitu para pelihat - 

telah ditudungi-Nya. 

Maka bagimu penglihatan dari semuanya itu seperti isi sebuah kitab yang termeterai; 

apabila itu diberikan kepada orang yang tahu membaca dengan mengatakan: 

        "Baiklah baca ini," 

maka ia akan menjawab: 

         "Aku tidak dapat, sebab kitab itu termeterai"; 

dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: 

         "Baiklah baca ini," 

maka ia akan menjawab: 

          "Aku tidak dapat membaca." 

Nabi Yesaya menggunakan gambaran "mata tertutup" dan "kepala yang pusing - seolah-olah mabuk tanpa anggur" - sebagai simbol ketidakmampuan rohani bangsa Israel untuk melihat dan memahami rencana Allah. 

Beberapa teolog terkemuka, seperti John Calvin dalam buku Commentary on Isaiah, bagian Volume 2, terbitan Calvin’s Translation Society / StudyLight, menekankan bahwa “mata tertutup” di sini, semata-mata bukan tindakan fisik, melainkan penghakiman ilahi atas kemauan bebas manusia yang menolak wahyu Tuhan. Dengan sengaja menutup hati, bangsa itu menjadi buta terhadap kebenaran, sehingga dikatakan “tidak mampu” membaca kitab yang terbuka.

Matthew Henry menyoroti metafora “mabuk tanpa anggur” sebagai gambaran kondisi heran dan bingung yang dipaksakan Tuhan—bukan karena minuman keras, melainkan sebagai akibat dari penolakan mereka sendiri terhadap firman. Allah membuat mereka “tertidur nyenyak,” artinya Dia membiarkan kealpaan rohani menimpa mereka hingga mereka tidak lagi peka terhadap suara-Nya. Nabi dan pelihat pun “dipejamkan-Nya” agar tidak ada yang dapat menyaksikan atau menyampaikan wahyu lebih lanjut.

Lebih jauh, penglihatan yang persis seperti “isi sebuah kitab yang termeterai” menggambarkan teks ilahi yang tertutup maknanya bagi orang yang hatinya tidak terbuka. Teolog bernama J. A. Alexander mencatat bahwa meterai pada kitab berarti bahwa hanya mereka yang Allah pilih yang dapat membacanya; sisanya, entah karena kebanggaan rohani atau karena kebodohan, akan menyerah dan berkata, “Aku tidak dapat membacanya.” Kedua-duanya—yang pintar membaca maupun yang buta huruf—sama-sama tak berdaya di hadapan misteri rencana keselamatan yang disingkapkan secara terbuka namun ditutupkan hati mereka.

Dalam lapisan terdalamnya, ayat-ayat ini memanggil setiap orang percaya untuk memeriksa kondisi hatinya: apakah kita telah bersikap rela dan rendah hati untuk “membuka mata rohani” atau justru menutupnya dengan alasan apa pun? Renungan Calvin mengajak kita untuk mengakui bahwa setiap pemahaman sejati tentang Allah adalah pemberian karunia—bukan hasil usaha intelektual semata. Karena itu, ayat-ayat ini tidak hanya menegur kekerasan hati Israel kuno, tetapi juga mengingatkan kita agar tidak membiarkan rutinitas ibadah mengeras menjadi kebutaan rohani. Kehendak kita yang semula menolak firman harus diremahkan, sehingga kita dapat melihat dan memahami kehendak Tuhan dalam hidup kita.

Yesaya 29:13-14

Dan Tuhan telah berfirman: 

"Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." 

Perhatikan di sini, ada banyak penyembahan kepada Tuhan yang dilakukan seperti ini, yaitu menyembah Tuhan bukan dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap roh, melainkan dengan hati yang menjauh dari Tuhan, bahkan ibadahnya itu merupakan "liturgis" yang dihafalkan. Manusia atau jemaat dalam ibadah diajarkan suatu tatanan ibadah "standar" yang tidak memungkinkan mereka untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, menyembah-Nya dengan khusuk, bahkan mereka tidak diajar untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan dengan hikmat yang secara langsung dari Tuhan sendiri. 

Orang-orang di akhir zaman ini, merasakan bahwa ada di antara kita yang tidak punya lagi keinginan untuk mendekat kepada Tuhan. Banyak orang yang pergi ke tempat ibadah, hanya untuk mencari keamanan, jika masuk Surga "syukur-syukur" akan masuk Surga, kalau rajin ibadah.

Saudara-saudara yang kekasih di dalam Tuhan, berkaitan dengan hal itu, mari kita renungkan ayat bacaan berikut ini:

Yesaya 29:15-16

Celakalah orang yang menyembunyikan dalam-dalam rancangannya terhadap TUHAN, yang pekerjaan-pekerjaannya terjadi dalam gelap sambil berkata: 

"Siapakah yang melihat kita dan siapakah yang mengenal kita?"

Betapa kamu memutarbalikkan segala sesuatu! Apakah tanah liat dapat dianggap sama seperti tukang periuk, sehingga apa yang dibuat dapat berkata tentang yang membuatnya: 

"Bukan dia yang membuat aku";

dan apa yang dibentuk berkata tentang yang membentuknya: 

"Ia tidak tahu apa-apa"?

Inilah gambaran orang yang dimaksudkan menganggap bahwa ibadah itu hanyalah suatu kegiatan untuk mencari keselamatan. Mereka menganggap, bahwa segala yang terjadi dalam pikirannya, dalam rancangan hatinya, Tuhan tidak tahu. Mereka sesungguhnya menganggap Tuhan itu tidak ada, inilah yang membuat Tuhan murka dan akan menghukum orang-orang yang seperti ini.

Tuhan Yesus sendiri pernah menegur banyak orang di zaman-Nya waktu itu, karena kemunafikan mereka:

Matius 15:7-11

Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: 

Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." 

Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: 

"Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." 

Tuhan Yesus sangat menentang sifat manusia yang munafik. Seolah beribadah atau bersikap seperti anak Tuhan yang taat, namun sesungguhnya di dalam hatinya mereka tidak ubahnya bagaikan anak iblis. Dihari Minggu di dalam gedung Gereja mereka seolah senyum dengan tulus, namun ternyata, pada hari lainnya, mereka menipu orang, korupsi, berzinah, dan lain sebagainya. 

Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.

Matius 15:14
Amin.

Komentar