Yesaya 29 Part 1 tentang Allah mendidik umat-Nya dengan ketegasan namun penuh kasih - Seri Nabi Besar by Febrian

27 Juli 2025

Jerusalem Photo by Yasir Gürbüz

Yesaya 29 Part 1 tentang Allah mendidik umat-Nya dengan ketegasan namun penuh kasih - Seri Nabi Besar 

Yesaya 29:1–8

Yerusalem terkepung tetapi diselamatkan

29:1 Celakalah Ariel, Ariel, kota tempat Daud berkemah! Biarlah tahun demi tahun perayaan-perayaan silih berganti! 29:2 Aku akan menyesakkan Ariel, sehingga orang mengerang dan mengaduh, dan kota itu akan seperti perapian bagi-Ku. 29:3 Aku akan berkemah di segala penjuru mengepung engkau, dan akan membuat tempat-tempat pengintaian untuk mengimpit engkau, dan akan mendirikan pagar-pagar pengepungan terhadap engkau. 29:4 Maka engkau akan merendahkan diri dan engkau bersuara dari dalam tanah, perkataanmu kedengaran samar-samar dari dalam debu; suaramu akan berbunyi seperti suara arwah dari dalam tanah, dan perkataanmu akan kedengaran seperti bisikan dari dalam debu. 29:5 Akan tetapi segala pasukan lawanmu akan hilang lenyap seperti abu halus, dan semua orang yang gagah sombong akan menjadi seperti sekam yang melintas terbang. Sebab dengan tiba-tiba, dalam sekejap mata, 29:6 engkau akan melihat kedatangan TUHAN semesta alam dalam guntur, gempa dan suara hebat, dalam puting beliung dan badai dan dalam nyala api yang memakan habis. 

29:7 Maka segala pasukan bangsa-bangsa yang berperang melawan Ariel, dan semua orang yang memerangi dia dan kubu pertahanannya dan orang-orang yang menyesakkan dia akan seperti mimpi dan seperti penglihatan malam-malam: 29:8 seumpama seorang yang lapar bermimpi ia sedang makan, pada waktu terjaga, perutnya masih kosong, atau seumpama seorang yang haus bermimpi ia sedang minum, pada waktu terjaga, sesungguhnya ia masih lelah, kerongkongannya masih dahaga, demikianlah halnya dengan segala pasukan bangsa-bangsa yang berperang melawan gunung Sion.

Yesaya pasal 29 dimulai dengan peringatan keras kepada "Ariel", sebutan simbolik bagi Yerusalem—kota suci tempat Daud dahulu berkemah dan membangun pusat penyembahan. Kata "Ariel" secara harfiah berarti “perapian Allah” atau “mezbah Allah”, menandakan kota ini akan menjadi tempat murka Tuhan dinyatakan, bukan sekadar tempat perayaan rohani seperti yang biasa mereka rayakan tahun demi tahun.

Dalam ayat-ayat ini, Nabi Yesaya menubuatkan pengepungan atas Yerusalem yang sangat menyesakkan. Kota akan dikepung dari segala penjuru (ayat 3), dan penduduknya akan menjadi begitu lemah, hingga suara mereka terdengar seperti dari dalam tanah (ayat 4), seolah-olah mereka sudah mati. Namun, di balik gambaran kehancuran ini, terdapat janji penyelamatan yang luar biasa dari TUHAN semesta alam.

John N. Oswalt dalam tulisannya "The Book of Isaiah" menyatakan bahwa pengepungan ini kemungkinan besar menunjuk kepada invasi Asyur pada masa pemerintahan Hizkia (sekitar 701 SM), namun maknanya melebihi kejadian dalam sejarah itu sendiri. John  menunjukkan pola pendidikan dari Allah, yaitu Ia mendisiplin keras umat-Nya, namun di kemudian hari Ia juga melakukan pemulihan ajaib dalam rangka menyatakan kemuliaan-Nya.

Alec Motyer menjelaskan bahwa penekanan utama nubuat ini, adalah bagaimana TUHAN merendahkan keangkuhan Yerusalem, namun bukan dengan niat membinasakan. Bahkan, dalam penderitaan terdalam ketika umat Israel seperti kehilangan suara, Tuhan menyatakan diri dengan kuasa-Nya yang dahsyat, yaitu guntur, gempa, dan api menyala (ayat 6). Musuh-musuhnya yang menyangka diri mereka akan menaklukkan Yerusalem, kemudian menjadi tersadar bahwa semua itu hanyalah “seperti mimpi” (ayat 7–8).

Matthew Henry melihat bagian pertama Yesaya 29 ini, adalah sebagai gambaran Allah Yang mempermalukan kekuatan bangsa-bangsa lain dan Yang menyatakan bahwa keselamatan hanya berasal dari Diri-Nya semata. Di saat umat-Nya tampak tak berdaya, di situlah kuasa-Nya menjadi sempurna dalam mukjizat-Nya.

Jadi kesimpulannya, Yerusalem yang adalah kota dari umat pilihan Allah, memang mengalami tekanan berat akibat dosa dan kesombongan mereka sendiri, namun Tuhan tetap mengingat janji-Nya dan tidak membiarkan musuh menang mutlak. Pengepungan dan tekanan yang mereka alami hanyalah sementara, karena TUHAN sendiri turun tangan menyelamatkan. 

Pesannya penting bagi kita hari ini, yaitu dalam tekanan hidup yang menyesakkan, bahkan di saat-saat di mana suara kita seperti bisikan tak terdengar, TUHAN tetap hadir dan berkenan mendengarkan. Ia tidak akan pernah membiarkan umat-Nya binasa, karena mereka buatan tangan-Nya sendiri. Bagaikan pasukan musuh yang “lenyap seperti abu halus” dan “sekam yang diterbangkan”, demikianlah Tuhan menghalau musuh demi melindungi umat-Nya.

Bila hidup terasa seperti dikepung dari segala arah—oleh kekhawatiran, masalah, atau tekanan batin—ingatlah bahwa di balik keheningan doa kita yang mungkin terdengar samar, Tuhan sedang menyatakan kuasa-Nya. Penyelamatan-Nya sering datang tiba-tiba, tak terduga, seperti badai yang membersihkan langit kelam. Mari tetap setia dan percaya, karena kemenangan dari TUHAN tidak pernah gagal datang tepat waktu.

TUHAN adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu kesesakan.

Mazmur 9:10

Amin.

Komentar