Yesaya 28 Part 3 tentang "Maksud Tuhan dalam kehidupan kita masing-masing" Seri Nabi Besar by Febrian

26 Juli 2025 


Yesaya 28 Part 3 tentang "Maksud Tuhan dalam kehidupan kita masing-masing" Seri Nabi Besar

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai Bagaimana TUHAN mengajar, mendidik, memperbaiki dan membimbing seseorang kembali ke jalan yang benar. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut. Kiranya Tuhan Yesus memberkati. 

Yesaya 28:23-24

Kebijaksanaan TUHAN

28:23 Pasanglah telinga dan dengarkanlah suaraku; perhatikanlah dan dengarkanlah perkataanku! 

28:24 Setiap harikah orang membajak, mencangkul dan menyisir tanahnya untuk menabur? 

Pasal 28 Nabi Yesaya ditulis sekitar abad ke-8 SM, saat Kerajaan Israel Utara (Efraim) mengalami kemerosotan moral dan keagamaan. Ayat 24–28 menggambarkan metafora pertanian sehari‑hari di wilayah Yudea/Israel—pemabangunan tanah, penaburan biji jintan hitam, jintan putih, gandum, jelai, dan penggunaan alat tradisional seperti galahjenggala, serta roda gerobak—yang sangat lazim pada masa itu. Sehubungan dengan perilaku buruk bangsa Israel Utara itu, Allah memperlakukan mereka dengan keras dan lembut sesuai  dengan kondisi mereka, bagaikan Petani memperlakukan ladang mereka. 

Ayat-ayat di atas, menggambarkan seseorang yang harus mengolah tanah ladang pertaniannya sebagai proses pematangan tanah, agar siap ditanami. Setelah itu ia akan meratakan tanah ladangnya agar memudahkan proses penaburan benih tanam. Lalu mengapa ada pertanyaan "setiap hari" ? Maksudnya, adalah bahwa proses persiapan ini ada batas waktunya, tidak akan seterusnya si Petani mempersiapkan tanahnya. Harus dilanjutkan dengan proses berikutnya.

Terhadap Bangsa Israel yang memberontak kepada-Nya, Allah mendidik, memukul terkadang menghancurkan, tetapi bukan membinasakan mereka. Ada saatnya mereka juga akan ditumbuhkan kembali. Bangsa Israel akan dipulihkan kembali menjadi bangsa kesayangan Allah.  

Yesaya 28:25-29

28:25 Bukankah setelah meratakan tanahnya, ia menyerakkan jintan hitam dan menebarkan jintan putih, menaruh gandum jawawut dan jelai kehitam-hitaman dan sekoi di pinggirnya? 28:26 Mengenai adat kebiasaan ia telah diajari, diberi petunjuk oleh Allahnya. 28:27 Sebab jintan hitam tidak diirik dengan eretan pengirik, dan roda gerobak tidak dipakai untuk menggiling jintan putih, tetapi jintan hitam diirik dengan memukul-mukulnya dengan galah, dan jintan putih dengan tongkat. 28:28 Apakah orang waktu mengirik memukul gandum sampai hancur? sungguh tidak, orang tidak terus-menerus memukulnya sampai hancur! Dan sekalipun orang menjalankan di atas gandum itu jentera gerobak dengan kudanya, namun orang tidak akan menggilingnya sampai hancur. 28:29 Dan inipun datangnya dari TUHAN semesta alam; Ia ajaib dalam keputusan dan agung dalam kebijaksanaan.

Dalam Yesaya 28:25 tertulis, "Bukankah setelah meratakan tanahnya, ia menyerakkan jintan hitam dan menebarkan jintan putih?" Ayat ini menunjukkan bahwa jintan ditabur setelah tanah disiapkan dengan baik. Allah memberikan petunjuk kepada para petani agar menanam dan memperlakukan setiap tanaman dengan cara yang tepat.

Jintan hitam, atau Nigella sativa, adalah tanaman kecil dengan daun berbentuk halus dan biji yang wangi. Biji jintan hitam biasa digunakan sebagai bumbu dan juga memiliki khasiat obat. Dalam Yesaya 28:27 dijelaskan bahwa jintan tidak dipukul dengan alat berat seperti roda gerobak, tetapi cukup dengan tongkat atau galah. Hal ini menekankan bahwa setiap tanaman memiliki perlakuan yang berbeda sesuai dengan sifatnya.

Jadi pesan utama dari bagian ini adalah bahwa Allah memberikan hikmat kepada petani untuk tahu cara yang tepat dalam mengolah tanaman. Ini juga menjadi gambaran bahwa Allah memperlakukan umat-Nya dengan cara yang sesuai bagi masing-masing orang. Seperti biji yang kecil dan rapuh dipukul dengan lembut, demikian pula Tuhan tidak memperlakukan semua orang dengan cara yang sama, tetapi dengan kebijaksanaan dan kasih yang penuh perhatian.

Refleksi bagi kita saat ini, adalah bahwa mungkin kita suka membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. Bisa jadi kita dalam kondisi yang tidak menyenangkan atau bahkan dalam keadaan yang terpuruk. Kita mungkin merasa diperlakukan tidak adil, tidak ada pertolongan, tidak tahu berbuat apa. Padahal menurut standar kita tidak berbuat hal yang jahat. Lalu kita melihat ada orang yang memang nyata-Nyata berbuat  kejahatan, namun kehidupannya "sukses dan makmur", berlimpah hartanya, keluarganya baik, mengapa ini terjadi? Di sinilah firman TUHAN dalam Yesaya 28 tersebut menjelaskan, bahwa Allah memperlakukan setiap umat-Nya spesifik, berbeda-beda setiap orang. 

Perlakukan Allah berbeda-beda, disesuaikan dengan standar-Nya, tidak berdasarkan pikiran kita. Allah bisa saja memperlakukan seseorang dengan lembut, namun ada yang  diperlakukan secara keras. Akan tetapi secara keseluruhan, tujuan utama Allah adalah untuk menjadikan umat-Nya kembali ke jalan yang benar dan semakin baik. Jadi jika kita mengalami hal seperti itu, wajib kita berdiam diri dan bertanya kepada Allah, apa maksud kondisi yang kita alami ini. Jangan protes atau banyak  berkata-kata. itu malahan membawa kita ke dalam masalah lainnya. 

Mari kita bersama duduk diam introspeksi dan menyerahkan semuanya dalam proses ilahi Allah yang sedang bekerja dalam kehidupan kita.

Roma 8:26-30

8:26 In the same way, the Spirit helps us in our weakness, for we do not know how we should pray, but the Spirit himself intercedes for us with inexpressible groanings. 8:27 And he who searches our hearts knows the mind of the Spirit, because the Spirit intercedes on behalf of the saints according to God’s will. 8:28 And we know that all things work together for good for those who love God, who are called according to his purpose, 8:29 because those whom he foreknew he also predestined to be conformed to the image of his Son, that his Son would be the firstborn among many brothers and sisters. 8:30 And those he predestined, he also called; and those he called, he also justified; and those he justified, he also glorified.

Amin.

Komentar