Yesaya 28 Part 2 tentang "Nubuat terhadap pemimpin-pemimpin Yerusalem" Seri Nabi Besar by Febrian

25 Juli 2025

Yesaya 28 Part 2 tentang "Nubuat terhadap pemimpin-pemimpin Yerusalem" Seri Nabi Besar

Yesaya 28 <-- Klik di sini untuk membaca seluruh pasal 

Nubuat terhadap pemimpin-pemimpin Yerusalem

28:7 Namun, orang-orang di sini pun pening karena anggur dan pusing karena arak. Baik imam maupun nabi pening karena arak, kacau oleh anggur; mereka pusing oleh arak, pening dalam penglihatan, oleng dalam keputusan. 28:8 Sungguh, semua meja penuh muntah, tidak ada tempat tanpa kotoran. 

28:9 Kata mereka, "Kepada siapakah dia ini mau mengajarkan pengetahuannya dan kepada siapakah ia mau menjelaskan nubuat-nubuatnya? Seolah-olah kepada anak yang baru disapih, yang baru cerai susu! 28:10 Sebab, harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini, tambah itu!

28:11 Sungguh, melalui orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini 28:12 Dia yang telah berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah perhentian kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi mereka tidak mau mendengarkan. 28:13 Maka mereka akan mendengarkan firman TUHAN yang begini: "Harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!" supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, sehingga luka, tertangkap dan tertawan. 28:14 Sebab itu dengarlah firman TUHAN, hai orang-orang pencemooh, hai orang-orang yang memerintah rakyat yang ada di Yerusalem ini! 28:15 Karena kamu telah berkata: "Kami telah mengikat perjanjian dengan maut, dan dengan dunia maut kami telah mengadakan persetujuan; biarpun cemeti berdesik-desik dengan kerasnya, kami tidak akan kena; sebab kami telah membuat bohong sebagai perlindungan kami, dan dalam dusta kami menyembunyikan diri," 28:16 sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: "Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah! 28:17 Dan Aku akan membuat keadilan menjadi tali pengukur, dan kebenaran menjadi tali sipat; hujan batu akan menyapu bersih perlindungan bohong, dan air lebat akan menghanyutkan persembunyian." 28:18 Perjanjianmu dengan maut itu akan ditiadakan, dan persetujuanmu dengan dunia orang mati itu tidak akan tetap berlaku; apabila cemeti berdesik-desik dengan kerasnya, kamu akan hancur diinjak-injak. 28:19 Seberapa kali ia datang, ia akan menyeret kamu, sebab pagi demi pagi ia akan datang, pada waktu siang dan pada waktu malam; maka adalah semata-mata kengerian untuk mengerti firman yang didengar itu. 28:20 Sebab tempat tidur akan kurang panjang untuk dipakai membujurkan diri dan selimut akan kurang lebar untuk dipakai menyelubungi diri. 28:21 Sebab TUHAN akan bangkit seperti di gunung Perasim, Ia akan mengamuk seperti di lembah dekat Gibeon, untuk melakukan perbuatan-Nya--ganjil perbuatan-Nya itu; dan untuk mengerjakan pekerjaan-Nya--ajaib pekerjaan-Nya itu! 28:22 Oleh sebab itu, janganlah kamu mencemooh, supaya tali belenggumu jangan semakin keras, sebab kudengar tentang kebinasaan yang sudah pasti yang datang dari Tuhan ALLAH semesta alam atas seluruh negeri itu.

Nubuat dalam Yesaya 28:7–22 menyampaikan teguran keras terhadap para pemimpin rohani dan politik di Yerusalem yang telah menyimpang dari panggilan mereka. Imam dan nabi, yang seharusnya menjadi penuntun dalam kebenaran, digambarkan dalam keadaan mabuk—secara harfiah dan simbolis—tidak mampu membuat keputusan rohani yang benar karena mereka telah kehilangan kepekaan terhadap kehendak TUHAN. Gambaran meja penuh muntah dan kotoran menyiratkan kemerosotan moral dan spiritual yang menjijikkan di hadapan Allah.

Ayat 9–10 menampilkan ejekan dari para pemimpin terhadap nabi Yesaya, seakan-akan ia sedang mengajar anak-anak kecil dengan pelajaran berulang-ulang yang membosankan dan tidak relevan. Ini menunjukkan penolakan terhadap nubuat yang dianggap terlalu sederhana atau terlalu keras. Dalam respons terhadap penolakan ini, TUHAN menyatakan akan berbicara kepada mereka melalui bangsa asing yang berbahasa ganjil—sebuah nubuat akan datangnya bangsa asing (seperti Asyur atau Babel) yang menjadi alat penghukuman.

Meski TUHAN menawarkan tempat perhentian dan ketenangan bagi yang lelah, bangsa ini menolak untuk mendengarkan. Maka akibat dari penolakan tersebut adalah bahwa firman TUHAN sendiri akan menjadi batu sandungan yang menjatuhkan mereka. Mereka akan tertangkap, tertawan, dan hancur.

Puncaknya, TUHAN mencela para pemimpin karena mereka merasa aman dalam kebohongan dan perjanjian dengan maut. Mereka berpikir bahwa dengan tipu daya dan aliansi politis mereka bisa terhindar dari malapetaka. Namun TUHAN menyatakan bahwa segala bentuk perlindungan yang bukan berasal dari kebenaran akan dihancurkan. Satu-satunya dasar yang teguh hanyalah batu penjuru yang telah diletakkan di Sion—sebuah bayangan mesianis yang oleh para teolog Perjanjian Baru diterapkan pada Kristus sendiri.

Teguran ini ditutup dengan peringatan keras agar tidak terus mencemooh firman TUHAN, karena semakin besar penghinaan terhadap kebenaran, semakin keras hukuman yang akan menimpa.

Pokok-pokok pikiran utama dalam perikop ini:

  1. Para pemimpin rohani Yerusalem kehilangan arah karena dosa dan kompromi moral.
  2. Penolakan terhadap firman TUHAN digambarkan dengan sikap mengejek dan menganggapnya kekanak-kanakan.
  3. Hukuman TUHAN akan datang melalui bangsa asing dan tidak dapat dihindari oleh akal atau politik manusia.
  4. Satu-satunya dasar keselamatan adalah “batu penjuru” yang ditetapkan TUHAN sendiri—simbol keselamatan sejati.
  5. Firman TUHAN adalah pedang kebenaran yang menegakkan keadilan; menolaknya berarti menolak keselamatan.

Renungan singkat dan refleksi kehidupan: Di tengah dunia yang makin terbiasa dengan kebohongan yang dilapisi kata-kata indah, teguran dalam Yesaya ini berbicara dengan suara profetik. Kerap kali manusia mencari rasa aman dalam perjanjian palsu—entah itu dengan kekuatan dunia, kekuasaan, atau kekayaan. Namun, TUHAN menyatakan bahwa satu-satunya landasan sejati adalah kebenaran-Nya. Bahkan jika firman-Nya terdengar sederhana atau berulang, di situlah letak kekuatan dan hidup. Kita perlu kerendahan hati untuk mendengar, dan keberanian untuk bertobat ketika ditegur. Janganlah kita menjadi seperti para pemimpin Yerusalem yang menolak suara TUHAN dan akhirnya binasa oleh keangkuhan sendiri.

Karena itu, ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah,
supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.
Berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran...

Efesus 6:13–14a

Amin.

Komentar