Yesaya 21 tentang "Hukuman ilahi terhadap Babel" Seri Nabi Besar by Febrian

16 Juli 2025

Yesaya 21 tentang "Hukuman ilahi terhadap Babel" Seri Nabi Besar

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan mempelajari betapa Allah berfirman untuk menghukum bangsa-bangsa yang mengkhianati-Nya. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut. Kiranya Tuhan Yesus memberkati.

Yesaya 21:1-17 [TB2-LAI]

Hukuman Ilahi terhadap Babel
1 Ucapan Ilahi terhadap "Padang Gurun di Tepi Laut".
Seperti puting beliung menerjang Tanah Negeb, demikianlah kedatangannya dari padang gurun, dari negeri yang menakutkan.
Suatu penglihatan yang mengerikan diberitakan kepadaku, "Pengkhianat berkhianat, perusak merusak! Majulah, hai Elam, kepunglah, hai Madai! Semua keluh kesah yang ditimbulkannya akan kuhentikan."
Sebab itu, pinggangku amat sakit; mulas menimpa aku seperti sakit mulas perempuan yang melahirkan; aku terbungkuk-bungkuk karena apa yang kudengar, aku terkejut karena apa yang kulihat.
Hatiku terguncang, kegentaran meliputi aku; senja yang kurindukan diubahnya menjadi sesuatu yang menakutkan.

Ayat-ayat di atas, berbicara tentang penglihatan nabi Yesaya, di mana ia melihat bahwa ada sekelompok orang yang mengeluh dalam doa kepada TUHAN, Allah Semesta Alam. Inilah saatnya Allah bertindak, hendak membebaskan mereka. 

Allah memerintahkan bangsa Elam dan Madai, untuk mengakhiri teror yang mengerikan yang menimpa bangsa yang lemah. Nabi sangat terguncang dan gentar, melihat kengerian yang akan datang menimpa mereka.

Meja disiapkan, tempat duduk diatur; orang makan dan minum. “Hai panglima-panglima, bersiaplah! Minyakilah perisai!”
Beginilah firman Tuhan kepadaku: “Pergilah, tempatkanlah seorang pemantau, dan apa yang dilihatnya haruslah diberitahukannya.
Apabila ia melihat pasukan, pasangan-pasangan tentara berkuda, pasukan keledai, pasukan unta, ia harus memperhatikannya dengan sungguh-sungguh, dengan sangat saksama.”
Kemudian berserulah orang yang melihat itu, “Di tempat pemantauan, ya Tuanku, aku berdiri sehari penuh, dan di tempat penjagaan aku bersiaga semalam suntuk.”
Lihat sudah datang sepasukan orang, pasangan-pasangan tentara berkuda! Lalu berserulah ia, "Sudah jatuh, sudah jatuh Babel, dan segala patung berhalanya berserakan di tanah.”
10 Hai bangsaku yang telah ditebah dan diirik! Apa yang kudengar dari Tuhan Semesta Alam, Allah Israel, telah kuberitahukan kepadamu.

Nabi Yesaya melihat ada perintah untuk menempatkan pengawas, yang melihat dari menara jaga, untuk melihat apakah ada kereta-kereta kuda, orang berkuda, penunggang keledai dan penunggang unta, mereka wajib sangat waspada mengawasinya. Dan, tibalah juga akhirnya datang orang yang ditunggu-tunggu, mereka memberitakan, bahwa Babel telah jatuh, telah dikalahkan. Berita ini diberitahukan bagi bangsa Israel yang tertindas, bagaikan ranting pohon yang dipatahkan di lantai pengirikan. Bagkitlah TUHAN telah memerintahkan tentara-tentara untuk membebaskan mereka.  

Ucapan Ilahi terhadap Duma 

11 Ucapan Ilahi terhadap Duma 
Seseorang berseru kepadaku dari Seir, "Hai penjaga, masih lamakah malam ini? Hai penjaga, masih lamakah malam ini?"
Penjaga itu menjawab, "Pagi akan datang, tetapi malam juga. Jika kamu mau bertanya, datanglah lagi dan bertanyalah!"

Tulisan di atas mengenai Duma atau dugaannya adalah Edom, terkait dengan daerah Seir. Di sini digambarkan Nabi Yesaya sebagai penjaga yang menjawab pertanyaan orang dari Seir, tentang kegelisahan dan kerinduan kapan berakhirnya penderitaan. Namun, jawaban dari Nabi, bahwa pagi (kelegaan) akan datang, tetapi malam (kesulitan dan kemalangan) akan kembali datang. Pada akhirnya, jika mau bertanya, mereka dipersilakan bertanya, ini dapat saja sebagai simbol, bahwa jika mereka ingin bertanya tentang alasan semua ini terjadi, bertanyalah. Mungkin mereka melakukan kesalahan dan dosa di hadapan Allah, mereka wajib mengakuinya di hadapan Allah dan bertobat. Ini sesungguhnya grace period dari Allah. 

Ucapan ilahi terhadap Arabia.

Di belukar, di padang belantara kamu bermalam, hai kafilah-kafilah orang Dedan!
Hai penduduk tanah Tema, keluarlah, bawalah air kepada orang yang haus, pergilah, sambutlah orang pelarian dengan roti!
Sebab, mereka melarikan diri dari pedang, dari pedang yang terhunus, dari busur yang dilentur, dan dari kedahsyatan peperangan.
Sebab, beginilah firman Tuhan kepadaku, "Dalam waktu setahun lagi, sama seperti hari-hari prajurit upahan, segala kemuliaan Kedar akan habis.
Dari antara pemanah-pemanah yang gagah perkasa dari bani Kedar akan tersisa sejumlah kecil saja, sebab TUHAN, Allah Israel, telah mengatakannya."

Di sini digambarkan para kafilah pedagang dari Dedan Arabia Utara, yang biasanya bergerak bebas mencari tempat di mana saja untuk berdagang dan bermalam, sekarang terpaksa tinggal di tempat tersembunyi di padang belantara, karena ada ancaman. Perjalanan mereka menjadi tidak aman. Sementara penduduk tanah Tema diajak untuk turut membantu orang-orang yang berada dalam keadaan darurat. Ini bukan keramahan sehari-hari, namun membantu orang yang sedang kesulitan. Orang-orang itu melarikan diri, menyelamatkan nyawa mereka dari pedang dan busur yang siap membinasakan mereka. Ada pendapat yang menggambarkan inilah penyerangan dari bangsa Asyur atas negeri-negeri di Arab.

Dinubuatkan bahwa setahun lagi, kemuliaan bangsa Kedar (konfederasi bangsa-bangsa Arabia) tidak akan ada lagi. Mereka yang sebelumnya terkenal sangat kuat dengan militer yang kuat dan kaya karena perdagangan mereka yang hebat, akan dihancurkan dan berakhir dalam waktu singkat. Para tentara yang gagah perkasa itu nantinya hanya akan tersisa sedikit saja jumlahnya. Demikianlah firman TUHAN Semesta Alam, Allah Israel.


Kitab Yesaya 21 adalah kumpulan "beban" atau nubuat ilahi yang singkat namun padat, ditujukan kepada tiga entitas utama: Babel, Edom (Duma), dan Arabia (Dedan, Tema, Kedar). Meski berabad-abad telah berlalu sejak nubuatan ini ditulis, gema pesannya tetap relevan dan menawarkan refleksi mendalam bagi kita hari ini.

Refleksi Renungan dari Keseluruhan Yesaya 21

Kitab Yesaya 21 adalah kumpulan "beban" atau nubuat ilahi yang singkat namun padat, ditujukan kepada tiga entitas utama: Babel, Edom (Duma), dan Arabia (Dedan, Tema, Kedar). Meski berabad-abad telah berlalu sejak nubuatan ini ditulis, gema pesannya tetap relevan dan menawarkan refleksi mendalam bagi kita hari ini.

1. Kerentanan Kekuasaan Duniawi

Nubuat tentang Babel menunjukkan bagaimana bahkan kerajaan yang paling perkasa dan sombong pun dapat runtuh dalam sekejap. "Babel sudah jatuh, sudah jatuh!" (ay. 9) adalah seruan kemenangan yang menggantikan gemuruh kemewahan dan dominasinya. Ini mengingatkan kita bahwa segala bentuk kekuasaan, kekayaan, dan kemegahan duniawi—baik itu imperium, perusahaan, atau bahkan kekuatan pribadi—pada akhirnya bersifat sementara dan fana. Kita mungkin merasa aman dalam kemapanan kita, namun Yesaya mengingatkan bahwa angin perubahan atau penghakiman dapat datang kapan saja. Ini adalah panggilan untuk tidak menaruh harapan penuh pada hal-hal yang bersifat duniawi.

2. Kesenjangan antara Harapan dan Realitas Pahit

Pesan kepada Edom (Duma) dengan pertanyaan berulang, "Penjaga, apa yang tersisa dari malam?" dan jawaban menakutkan, "Pagi akan datang, tapi kemudian malam" (ay. 11-12), adalah cerminan kondisi manusia yang seringkali terjebak dalam siklus kesulitan. Edom merindukan akhir dari kegelapan mereka, tetapi yang ditawarkan hanyalah jeda singkat sebelum kegelapan kembali. Ini berbicara tentang frustrasi dan keputusasaan ketika masalah tampaknya tidak pernah benar-benar berakhir, atau ketika solusi yang ada hanyalah penundaan sementara dari kesulitan yang lebih besar. Bagi kita, ini bisa menjadi refleksi tentang ekspektasi kita akan kehidupan yang mudah versus realitas tantangan yang terus berulang. Namun, ada undangan yang tersirat: "Jika kamu ingin bertanya, tanyalah; datang lagi." Ini bisa menjadi seruan untuk mencari jawaban yang lebih dalam dan tulus dari Sumber hikmat sejati, yaitu Tuhan, daripada hanya mencari solusi instan.

3. Dampak Peperangan dan Krisis Kemanusiaan

Nubuat terhadap Arabia melukiskan gambaran mengerikan tentang kafilah-kafilah yang bersembunyi di belantara dan pengungsi yang kelaparan dan kehausan (ay. 13-15). Ini adalah cerminan abadi dari penderitaan yang disebabkan oleh konflik dan perang. Kemuliaan dan kekuatan Kedar yang terkenal pun akan lenyap dalam waktu singkat (ay. 16-17). Dalam dunia kita yang terus-menerus diguncang oleh konflik regional, krisis pengungsi, dan ketidakamanan, bagian ini adalah pengingat tajam akan harga kemanusiaan dari ambisi kekuasaan dan kekerasan. Ini juga memanggil kita untuk melihat mereka yang terpinggirkan dan menderita, serta mempertimbangkan peran kita dalam menawarkan bantuan dan belas kasih, sebagaimana Tema dipanggil untuk melayani para pengungsi.

4. Kedaulatan Ilahi di Atas Segalanya

Di balik setiap nubuat kehancuran ini, ada satu benang merah yang sangat penting: kedaulatan dan kepastian firman TUHAN. Baik itu kejatuhan Babel, siklus penderitaan Edom, maupun keruntuhan Kedar, semuanya terjadi "sebab TUHAN, Allah Israel, telah mengatakannya" (ay. 17). Ini adalah pengingat yang kuat bahwa ada rencana dan tujuan ilahi yang bekerja di balik setiap peristiwa di dunia, baik yang kita pahami maupun yang tidak. Di tengah ketidakpastian dan kekacauan dunia, kita diajak untuk menaruh kepercayaan pada Allah yang memegang kendali atas sejarah dan nasib bangsa-bangsa.

Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga musnahlah maksud-maksudnya. Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya.

Mazmur 146:3-5

Amin.

Komentar