Yesaya 17 tentang Hukuman Allah atas Damsyik dan Efraim - Seri Nabi Besar by Febrian

12 Juli 2025

Yesaya 17 tentang Hukuman Allah atas Damsyik dan Efraim - Seri Nabi Besar 

Hukuman ilahi atas Damsyik dan Efraim 

Ucapan ilahi terhadap Damsyik. 

Sesungguhnya, Damsyik tidak akan tetap sebagai kota, 
tetapi akan menjadi timbunan reruntuhan; 
kota-kota kecilnya akan ditinggalkan selama-lamanya 
dan menjadi tempat bagi kawanan ternak, 
yang berbaring tanpa diganggu siapa pun. 
Kubu-kubu akan hilang dari Efraim 
dan kuasa kerajaan akan lenyap dari Damsyik, 
sisa-sisa Aram, semuanya akan lenyap 
sama seperti kemuliaan orang Israel, 
demikianlah firman TUHAN Semesta Alam.

Pada waktu itu, 
kemuliaan Yakub akan berkurang, 
dan kemakmurannya akan susut. 
Keadaannya seperti ketika penuai 
menggenggam batang-batang gandum 
dan dengan tangannya memetik bulir-bulirnya, 
seperti bulir-bulir yang dipungut orang 
di lembah orang Refaim. 
Tetapi, akan ada yang tersisa untuk 
pemetikan susulan 
seperti pada waktu orang 
menjolok buah zaitun, 
hanya dua tiga buah yang tertinggal 
pada tajuknya dan empat lima pada dahan- 
dahannya yang berbuah, 
demikianlah firman TUHAN, Allah Israel. 

Pada hari itu, manusia akan memandang kepada Dia yang menjadikannya, dan matanya akan melihat kepada Yang Maha Kudus Allah Israel, Ia tidak akan lagi memandang kepada mezbah-mezbah buatan tangannya sendiri, dan tidak akan lagi melihat kepada yang dikerjakan jari tangannya, kepada tiang-tiang berhala dan pedupaan-pedupaan. 

Pada waktu itu, kota-kotamu akan ditinggalkan menjadi sunyi sepi, seperti dahulu kota-kota orang Hewi dan orang Amori ditinggalkan karena orang Israel. 

Sebab, engkau telah melupakan Allah 
yang menyelamatkan engkau,
 dan tidak mengingat gunung batu kekuatanmu. 
Sebab itu, sekalipun engkau membuat kebun yang indah 
dan menanaminya dengan cangkokan asing, 
sekalipun engkau memagarinya dengan saksama 
pada hari engkau menanaminya, 
dan keesokan harinya sudah dapat membuatnya berbunga, 
namun panen akan segera lenyap pada hari kesusahan, 
ketika penderitaanmu tak terpulihkan. 

Wahai, gemuruhnya banyak bangsa 
bergemuruh seperti geruruhnya ombak laut! 
Derunya suku-suku bangsa 
menderu seperti derunya air yang dahsyat! 
Mereka menderu seperti derunya air yang besar, tetapi Ia akan menghardik mereka sehingga mereka melarikan diri jauh-jauh, dikejar seperti sekam di gunung dikejar embusan angin dan seperti dedak dikejar puting beliung. 
Menjelang senja, terjadilah hal yang mengerikan! 
Sebelum pagi, mereka sudah tidak ada lagi! 
Itulah bagian orang-orang yang merampok kita, 
dan itulah yang ditentukan bagi orang-orang yang merampasi kita.

Nabi Yesaya memberikan gambaran yang tajam tentang kehancuran Damsyik dan Efraim sebagai bagian dari hukuman Allah atas umat dan bangsa-bangsa yang berpaling dari-Nya. Kota yang dulunya penuh kekuatan, kemegahan, dan kehidupan, kini digambarkan menjadi reruntuhan, sunyi, dan ditinggalkan. Ini bukan hanya peringatan terhadap Damsyik dan Efraim secara historis, tetapi juga mengandung peringatan Allah, bagi siapa saja yang mengandalkan kekuatan manusia dan tidak memandang Allah dalam hidupnya.

Ketika kekuasaan dan kemakmuran menjadi pusat kehidupan, manusia cenderung melupakan sumber sejati dari segala berkat, yaitu Allah sendiri. Itulah yang terjadi pada bangsa-bangsa yang disebutkan dalam pasal ini. Mereka membangun mezbah-mezbah buatan tangan mereka, menanam kebun-kebun yang indah, memagarinya dengan penuh perhitungan, bahkan melihat hasilnya begitu cepat. Namun, semua yang tampaknya berhasil itu berakhir sia-sia ketika Tuhan menarik tangan-Nya.

Ada peringatan yang mendalam bahwa tanpa pengakuan bahwa Allah adalah sumber kehidupan, segala sesuatu yang dibangun oleh manusia hanya akan menjadi debu yang ditiup angin. Simbol-simbol seperti sekam yang tertiup, dedak yang dihamburkan puting beliung, serta kedahsyatan yang terjadi saat senja namun lenyap sebelum pagi, menggambarkan bahwa kehancuran itu akan datang begitu cepat dan tanpa diduga.

Namun, di tengah kehancuran itu, ada satu pengharapan, yaitu di kala semua yang dibanggakannya runtuh, maka manusia akan kembali memandang kepada Sang Pencipta. Di saat tidak ada lagi yang dapat diandalkan, barulah hati berpaling kepada Allah. Ini adalah momen pemulihan rohani, ketika manusia menyadari bahwa hanya kepada Allah-lah seharusnya mereka bersandar sejak semula.

Renungan dari Yesaya 17 bukan sekadar kisah kehancuran bangsa, melainkan cermin bagi setiap pribadi yang kadang lebih percaya pada pekerjaan tangan sendiri daripada kuasa Allah. Kita diingatkan untuk tidak menunda pertobatan dan pengakuan akan kebergantungan kita kepada Tuhan. Jangan menunggu hingga semua runtuh baru berseru kepada-Nya. Dalam keseharian, kita dipanggil untuk senantiasa memandang kepada Yang Mahakudus dan berjalan dalam takut akan Tuhan, karena hanya dengan itulah hidup kita akan dijaga dari kebinasaan yang tiba-tiba.

Tanamlah bagimu sesuai dengan keadilan,
menuailah sesuai dengan kasih setia!
Bukalah bagimu tanah baru, sebab sudah waktunya
untuk mencari TUHAN, supaya Ia datang dan menghujani kamu dengan keadilan.

Hosea 10:12 (TB)

Amin.

Komentar