Yesaya 11 tentang Kedatangan Sang Juru Selamat Seri Nabi Besar by Febrian
06 Juli 2025
Yesaya 11 tentang Kedatangan Sang Juru Selamat Seri Nabi Besar
Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai Kedatangan Sang Juru Selamat umat manusia, yaitu Tuhan Yesus Kristus di dunia ini, sebagaimana dinubuatkan oleh Nabi Yesaya. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut. Kiranya Tuhan Yesus memberkati.
Yesaya 11
Raja Damai yang akan datang
Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan suatu taruk akan tumbuh dari pangkalnya. Roh TUHAN akan tinggal padanya, roh hikmat dan pengertian, roh perencanaan dan keperkasaan, roh untuk mengenal dan takut akan TUHAN; ya, kesukaannya ialah takut akan TUHAN.
Ia tidak akan menghakimi menurut penglihatan mata atau menjatuhkan keputusan menurut pendengaran telinga. Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan adil, dan akan menjatuhkan keputusan dengan jujur terhadap orang yang tertindas di negeri; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dengan tembusan dari mulutnya ia akan membunuh orang fasik. Keadilan akan menjadi ikat pinggangnya, dan Kesetiaan akan tetap terikat pada pinggangnya.
Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput, anak-anaknya akan berbaring bersama-sama, dan singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang disapih akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut menutupi lautan. Pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.
Sisa Israel akan kembali
Pada waktu itu, Tuhan akan mengangkat tangan-Nya lagi untuk menebus sisa umat-Nya yang tertinggal di Asyur dan di Mesir, di Patros, Etiopia dan Elam, di Sinear, Hamat Dan pulau-pulau di Laut Tengah. Ia akan menaikkan suatu panji bagi bangsa-bangsa, akan mengumpulkan orang Israel yang terbuang, dan akan menghimpun orang Yehuda yang terserak dari keempat penjuru bumi. Kecemburuan Efraim akan berlalu, mereka yang mengimpit Yehuda akan lenyap. Efraim tidak akan cemburu lagi kepada Yehuda, dan Yehuda tidak akan mengimpit Efraim lagi. Tetapi mereka akan menukik ke barat, melewati bahu gunung Filistin, bersama-sama mereka akan menjarah bangsa-bangsa di Timur; Edom dan Moab mereka akan menjadi rampasan tangan mereka, dan orang Amon akan patuh kepada mereka. TUHAN akan mengeringkan teluk Mesir dan mengacungkan tangan-Nya terhadap sungai Efrat dengan nafas-Nya yang menghanguskan. Ia memukulnya pecah menjadi tujuh wadi, sehingga orang dapat melaluinya dengan berkasut. Kelak akan ada jalan raya bagi sisa umat-Nya yang tertinggal di Asyur, seperti yang telah ada untuk Israel dahulu, pada waktu mereka keluar dari tanah Mesir.
Isi dari perikop ini adalah mengenai janji Tuhan untuk mendatangkan seorang Raja Damai yang akan memerintah dengan keadilan dan kebenaran, membawa damai universal ke seluruh ciptaan, serta mengumpulkan kembali sisa-sisa umat-Nya yang terserak dari pembuangan. Ini adalah nubuatan tentang kedatangan Mesias.
Nubuat tentang Raja Damai yang akan datang ini, sebagaimana tertulis dalam Yesaya pasal 11, adalah salah satu penglihatan profetik paling agung dalam seluruh Alkitab. Gambaran ini tidak hanya menunjuk pada masa depan Israel, tetapi juga mengandung janji eskatologis yang menyeluruh tentang kedatangan Mesias dan pemulihan kosmis yang dibawanya.
1. Kedatangan Raja Damai
Dimulai dari sebuah tunas kecil yang tumbuh dari tunggul Isai—bukan dari Daud yang besar, tetapi dari akar yang hampir terlupakan—menandakan bahwa Mesias akan datang bukan dari kemegahan politik, tetapi dari tempat yang sederhana dan tak terduga. Ini senada dengan Mikha 5:1 yang berkata bahwa dari Betlehem Efrata, yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, akan muncul seorang penguasa atas Israel. Kesederhanaan asalnya menjadi simbol bahwa kuasa Allah dinyatakan dalam kelemahan. Ini adalah gambaran tentang Yesus Kristus, yang silsilah-Nya (Matius 1:1-17, Lukas 3:23-38) menegaskan bahwa Dia memang keturunan Daud, dan dengan demikian juga Isai. Dia adalah "tunas" dan "taruk" yang dijanjikan, yang akan tumbuh dari akar yang tampaknya sudah mati (yaitu, wangsa Daud yang telah kehilangan kekuasaannya). Contoh sederhana, bayangkan sebuah pohon besar yang ditebang habis, hanya menyisakan tunggulnya. Dari tunggul yang kelihatannya tidak lagi hidup itu, tiba-tiba muncul tunas baru yang kuat dan berbuah. Itulah gambaran Yesus yang lahir dari garis keturunan Daud yang sudah tidak berkuasa lagi.
2. Raja Damai yang sesungguhnya sudah hadir dan berkuasa
Pokok pikiran selanjutnya ada pada ayat 2, yang menjelaskan tentang karakteristik Raja Damai ini. Roh TUHAN yang tinggal pada-Nya—roh hikmat, pengertian, perencanaan, keperkasaan, pengenalan dan takut akan TUHAN—mencerminkan ketujuh aspek Roh Kudus seperti yang juga dinyatakan dalam Wahyu 1:4 dan 4:5. Hal ini menunjukkan bahwa Mesias akan memerintah bukan dengan kekuatan militer atau daya tarik politik, melainkan dengan hikmat surgawi dan kedekatan mutlak kepada Allah. Ini sangat berbeda dari model kepemimpinan duniawi. Ayat ini selaras dengan Yohanes 3:34 yang mengatakan, "Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas." Ini menunjukkan bahwa Yesus, sebagai Mesias, memiliki Roh Kudus dalam kepenuhan-Nya, memampukan-Nya untuk memerintah dengan sempurna.
Kemudian pada ayat 3-4, digambarkan cara Raja Damai ini memerintah. Ia tidak akan menghakimi menurut apa yang tampak, melainkan berdasarkan kebenaran dan keadilan. Ini senada dengan Yohanes 7:24 yang menegaskan, “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.” Ia tidak menghakimi berdasarkan penampilan luar atau rumor, melainkan dengan adil dan jujur, membela orang lemah dan tertindas. Ia akan menghukum orang fasik dengan perkataan-Nya. Ini mengingatkan kita pada bagaimana Yesus di bumi membela orang-orang yang terpinggirkan (misalnya, perempuan yang kedapatan berzinah dalam Yohanes 8:1-11) dan bagaimana Dia akan datang kembali untuk menghakimi dunia dengan kebenaran (Wahyu 19:11). Keadilan dan kesetiaan menjadi pakaian-Nya, ini menunjuk pada karakter moral-Nya yang sempurna. Dalam Wahyu 19:11, Yesus digambarkan sebagai Penunggang Kuda Putih yang disebut “Setia dan Benar” dan menghakimi dengan adil. Dengan perkataan-Nya Ia menghajar bumi, persis seperti yang digambarkan dalam 2 Tesalonika 2:8: “Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya pada waktu kedatangan-Nya.”
3. Damai yang sesungguhnya terwujud di dunia
Ayat 6-9 menunjukkan hasil dari pemerintahan Raja Damai ini: damai yang menyeluruh di antara seluruh ciptaan Allah, bahkan di antara hewan yang secara alami adalah pemangsa dan mangsa. Gambaran tentang rekonsiliasi alam, ketika serigala tinggal bersama domba dan anak kecil menggiring binatang liar, adalah gambaran simbolik atas perdamaian universal dan pemulihan ciptaan. Ini bukan sekadar fantasi ekologis, tetapi menunjuk pada pembalikan kutuk Kejadian 3. Dalam Roma 8:19–22, Paulus menulis bahwa seluruh ciptaan merindukan saat anak-anak Allah dinyatakan dan pembebasan dari perbudakan kebinasaan.
Perdamaian antara predator dan mangsa ini menjadi tanda bahwa dosa yang mencemari tatanan alam telah disingkirkan. Ini adalah gambaran eskatologis tentang Kerajaan Seribu Tahun (Milenium) atau Kerajaan Allah yang penuh damai, di mana dosa dan akibatnya akan dihapuskan. Ini adalah penggenapan dari janji yang lebih luas tentang langit baru dan bumi baru di Wahyu 21:4, di mana "Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau duka cita, sebab segala sesuatu yang lama telah berlalu."
Seluruh bumi akan dipenuhi dengan pengenalan akan Tuhan. Pengenalan akan TUHAN yang memenuhi bumi seperti air menutupi laut adalah penggenapan dari Habakuk 2:14. Ini bukan sekadar pengetahuan intelektual, tetapi pengalaman akan kehadiran Allah yang menyeluruh. Ini juga menunjukkan bahwa pemerintahan Sang Mesias bukan bersifat nasionalistik semata, melainkan bersifat global dan transenden. Taruk dari Isai akan menjadi panji-panji bagi bangsa-bangsa, menggambarkan daya tarik universal Yesus Kristus bagi segala bangsa, seperti ditegaskan dalam Yohanes 12:32: “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, akan menarik semua orang datang kepada-Ku.”
4. Israel dipulihkan kembali
Bagian kedua nubuat ini, dari ayat 10-16, mengungkap janji pemulihan bagi Israel. Pada waktu itu, keturunan Isai (yaitu Mesias) akan menjadi panji-panji bagi bangsa-bangsa, dan orang-orang akan mencari Dia. Tuhan akan mengangkat tangan-Nya sekali lagi—ungkapan ini mengingatkan pada peristiwa Eksodus—untuk menebus sisa umat-Nya dari berbagai penjuru dunia. Ini adalah gambaran pengumpulan rohani, yang secara harfiah terjadi ketika bangsa Yahudi kembali ke tanah perjanjian, tetapi juga memiliki makna rohani yang lebih dalam. Yesus sendiri menyatakan dalam Matius 24:31 bahwa pada akhir zaman, Ia akan mengutus malaikat-malaikat-Nya untuk mengumpulkan umat pilihan-Nya dari seluruh dunia. Sisa Israel melambangkan umat percaya yang tetap setia dalam masa kesesakan dan akan diselamatkan oleh anugerah. Tuhan akan mengumpulkan kembali sisa umat-Nya dari berbagai penjuru bumi di mana mereka telah tersebar akibat pembuangan (seperti yang terjadi pada Israel setelah penyerbuan Asyur pada 722 SM dan pembuangan Babel pada 586 SM). Penggenapan sebagian dari nubuatan ini terlihat dalam kembalinya orang Yahudi ke tanah Israel setelah pembuangan Babel, dan secara lebih luas, melalui pembentukan negara Israel modern pada tahun 1948, meskipun pemulihan rohani dan jasmani sepenuhnya masih menantikan kedatangan Mesias kedua kali. Ini mencerminkan janji dalam Yeremia 23:3, "Maka Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku telah menghalau mereka dan akan membawa mereka kembali ke padang mereka; mereka akan beranak cucu dan bertambah banyak."
Perdamaian antara Efraim dan Yehuda mencerminkan pemulihan persaudaraan dan persatuan umat Allah yang pernah terpecah. Ini menjadi gambaran dari gereja yang dipersatukan dalam Kristus, seperti yang diajarkan dalam Efesus 2:14-16: bahwa Yesus telah meruntuhkan tembok pemisah dan menjadikan keduanya satu tubuh.
Tindakan Tuhan mengeringkan teluk Mesir dan membelah sungai Efrat menjadi tujuh jalan mengingatkan kembali pada mujizat Laut Teberau dalam Keluaran. Namun kini konteksnya bukan sekadar keluar dari Mesir, melainkan keluar dari perhambaan dunia menuju Kerajaan Allah. Jalan raya bagi sisa umat-Nya menggambarkan akses ilahi yang disediakan agar umat-Nya kembali kepada-Nya tanpa rintangan. Ini digenapi dalam Yesus Kristus yang berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” (Yohanes 14:6).
Seluruh bagian ini menunjuk kepada pemerintahan Mesias yang adil, damai, dan kudus—suatu tatanan ilahi yang akan digenapi sepenuhnya dalam Kerajaan Seribu Tahun dan kemudian dalam langit dan bumi yang baru (Wahyu 20–21). Keseluruhan nubuat ini mengajarkan kepada kita bahwa pengharapan umat Allah bukan terletak pada kekuasaan duniawi, melainkan pada pengenalan akan Dia yang akan datang sebagai Raja Damai, membawa keadilan bagi yang tertindas, damai bagi yang terpecah, dan pemulihan bagi yang tercerai-berai. Dialah harapan Israel, terang bangsa-bangsa, dan penggenapan dari semua janji Allah. Amin.
Komentar
Posting Komentar