Yesaya 1:2-31 - Murka Tuhan Atas Yehuda dan Yerusalem - seri Nabi Besar by Febrian
24 Juni 2025
Yesaya 1:2-31 - Murka Tuhan Atas Yehuda dan Yerusalem - seri Nabi Besar
Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus, hari ini kita akan mempelajari mengenai Murka TUHAN yang ditujukan-Nya kepada bangsa kesayangan yaitu Yehuda yang telah berkhianat kepada-Nya.
Kiranya kita diberi hikmat dan pengertian oleh TUHAN, Allah kita dalam
memahami pembacaan firman-Nya kali ini. Tuhan Yesus memberkati.
Dakwaan terhadap Israel
Mari kita pahami dulu seperti apa perbuatan dari Raja-raja yang disebut dalam Yesaya 1:1, yaitu:
1. Uzia
Uzia menjadi raja pada usia 16 tahun dan memerintah selama 52 tahun di Yerusalem. Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, terutama pada masa hidup Imam Zakharia yang mengajarinya takut akan Allah.
Selama ia mencari TUHAN, Allah membuatnya berhasil. Namun, di masa tuanya, hatinya menjadi sombong dan kelewat batas. Ia melanggar hukum TUHAN dengan memasuki Bait Suci dan membakar cukupan — tugas yang hanya boleh dilakukan oleh imam.
Karena kesombongannya, TUHAN menghukumnya dengan penyakit kusta sampai hari kematiannya. Uzia setia di awal, tetapi jatuh karena kesombongan di akhir hidupnya.
2. Yotam
Yotam naik takhta pada usia 25 tahun dan memerintah selama 16 tahun di Yerusalem. Ia “melakukan apa yang benar di mata TUHAN, sesuai dengan apa yang telah dilakukan ayahnya Uzia” (2 Raja 15:34). Sepanjang hidupnya, Yotam setia membangun pertahanan kota—termasuk merekonstruksi Pintu Tinggi Bait TUHAN—dan tidak memasuki ruang ibadah imam, sehingga ia tidak jatuh pada pelanggaran yang dilakukan Uzia.
Namun, terdapat satu kelemahan penting: “mezbah-mezbah di dataran tinggi itu tidak dihapuskan; rakyat masih mempersembahkan korban dan membakar dupa di sana” (2 Raja 15:35). Dengan kata lain, meski Yotam pribadi tidak ikut menyembah di mezbah tinggi, ia tidak memiliki otoritas atau kemauan untuk meniadakannya, sehingga praktik penyembahan di luar Bait Suci tetap berlanjut.
Catatan ini menunjukkan bahwa kesalahan Yotam bukan berupa penyembahan berhala langsung, melainkan kegagalannya dalam reformasi ibadah secara menyeluruh—sebuah dosa kelalaian yang berdampak pada kerohanian rakyatnya. Penyebutan namanya dalam Yesaya 1:1 lebih bersifat kronologis, menandai periode nabi Yesaya, bukan penilaian moral bahwa Yotam sama jahatnya dengan raja-raja yang aktif berbuat dosa.
Ahas adalah anak Yotam, tetapi sangat berbeda dari ayahnya. Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, bahkan mempersembahkan anak-anaknya dalam api kepada dewa-dewa kafir. Ia membangun mezbah asing dan merusak ibadah di Bait Allah. Dalam ketakutan menghadapi musuh, ia mencari pertolongan dari Asyur dan bukan dari TUHAN. Ia tidak bertobat sampai akhir hidupnya. Ahas adalah raja yang jahat sejak awal dan tidak pernah kembali kepada TUHAN.
4. Hizkia
Hizkia naik takhta pada usia 25 tahun dan memerintah 29 tahun di Yerusalem. Ia adalah salah satu raja terbesar dalam sejarah Yehuda karena kesetiaannya kepada TUHAN. Ia melakukan pembaruan keagamaan besar-besaran: menghancurkan mezbah-mezbah berhala, memusnahkan tiang-tiang berhala, bahkan menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa karena bangsa Israel telah menyembahnya. Alkitab mencatat, “Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel; sesudah dia tidak ada lagi orang seperti dia di antara semua raja Yehuda” (2 Raja 18:5).
Dalam menghadapi ancaman dari Asyur, Hizkia tidak bersandar pada kekuatan militer atau persekutuan asing, melainkan mencari pertolongan TUHAN dengan doa dan kepercayaan penuh. TUHAN membela Yerusalem dengan cara yang ajaib—mengutus malaikat-Nya membinasakan 185.000 tentara Asyur dalam semalam (2 Raja 19:35).
Ketika Hizkia jatuh sakit dan hampir mati, ia berdoa dengan sungguh-sungguh. TUHAN mendengar doanya dan memperpanjang hidupnya 15 tahun, disertai tanda ajaib: bayangan matahari mundur sepuluh langkah di tangga Ahas (Yesaya 38). Namun dalam masa tambahan itu, Hizkia menunjukkan kelemahannya. Ia menyambut utusan dari Babel dan memamerkan seluruh harta bendaraannya. Nabi Yesaya menegur tindakannya itu sebagai tindakan bodoh dan sombong, karena akan menyebabkan semuanya dirampas di masa depan oleh Babel (Yesaya 39:5–7).
Masa tambahan hidup Hizkia itu juga melahirkan anaknya, Manasye. Sayangnya, tidak ada catatan bahwa Hizkia mendidik Manasye dalam takut akan TUHAN. Ketika Hizkia wafat dan Manasye menggantikannya, anak ini menjadi salah satu raja paling jahat dalam sejarah Yehuda. Ia mendirikan kembali mezbah-mezbah berhala yang telah dihancurkan ayahnya dan bahkan mempersembahkan anaknya sendiri dalam api. Ini menunjukkan bahwa meskipun Hizkia setia secara pribadi, ia mungkin gagal mempersiapkan generasi selanjutnya untuk berjalan dalam kesetiaan yang sama.
Dengan demikian, Hizkia adalah contoh pemimpin yang saleh dan penuh iman, namun juga manusia biasa yang memiliki kelemahan dalam hal kesombongan dan tanggung jawab pengasuhan rohani. Kisahnya mengajarkan pentingnya bukan hanya memulai dan berjalan dengan baik dalam iman, tetapi juga mengakhiri dengan bijaksana dan mewariskan iman kepada generasi berikutnya.
Komentar
Posting Komentar