Mazmur 137 tentang Mengingat Sion di masa pembuangan di Babel - Seri Mazmur by Febrian
07 Juni 2025
Mazmur 137 tentang Mengingat Sion di masa pembuangan di Babel - Seri Mazmur
Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan membayangkan betapa besar penderitaan bangsa Israel pada waktu masa pembuangan ke Babel, serta doa mereka untuk menghukum musuh-musuh mereka. Kita adalah orang Israel rohani yang merindukan juga pertolongan Tuhan bagi kita.
Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut. Tuhan Yesus memberkati.
Mazmur 137:1-9 [TB2-LAI]
Mazmur di atas adalah sebuah ratapan yang mendalam dari bangsa Israel yang sedang dalam pembuangan di Babel (Yeremia 39-52). Mazmur ini menggambarkan kesedihan, kerinduan, dan bahkan kemarahan mereka di tengah penderitaan.
1. Kesedihan dan Kerinduan akan Sion (Ayat 1-4)
Pokok pikiran pertama yang sangat terasa adalah kesedihan dan kerinduan yang mendalam akan Yerusalem (Sion). Mereka duduk di tepi sungai-sungai Babel, menangis saat mengingat Sion. Di sana, mereka menggantungkan kecapi mereka, tidak sanggup bernyanyi. Para penawan mereka bahkan meminta nyanyian sukacita, "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!" Namun, mereka menjawab, "Bagaimana mungkin kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?"
Ilustrasi: Bayangkan seorang perantau yang jauh dari kampung halamannya. Ketika ia mendengar lagu daerahnya, ia mungkin saja meneteskan air mata karena teringat rumah, keluarga, dan semua kenangan indah di sana. Ada kerinduan yang sangat kuat, bahkan mungkin rasa sakit, karena ketidakmampuan untuk kembali.
2. Kesetiaan yang Tak Tergoyahkan (Ayat 5-6)
Meskipun dalam penderitaan, ada kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Yerusalem. Pemazmur berseru, "Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah lumpuh tangan kananku! Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak mengutamakan Yerusalem lebih daripada segala sukacitaku." Ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk tidak pernah melupakan identitas dan janji Tuhan.
Ilustrasi: Ini seperti seorang anak yang berjanji tidak akan pernah melupakan orang tuanya, sekalipun ia sudah dewasa dan memiliki kehidupannya sendiri. Janji ini bukan sekadar kata-kata, tetapi terukir di dalam hati dan memengaruhi setiap keputusan.
3. Permohonan Keadilan dan Kemarahan yang Jujur (Ayat 7-9)
Terakhir, mazmur ini juga mengungkapkan permohonan keadilan dan kemarahan yang jujur terhadap mereka yang menyebabkan penderitaan. Pemazmur meminta Tuhan untuk mengingat perbuatan keturunan Edom yang ikut bersukacita atas kehancuran Yerusalem, dan kepada Putri Babel yang suka melakukan kekerasan. Ada keinginan agar kejahatan dibalas setimpal.
Ilustrasi: Ketika seseorang melihat ketidakadilan yang dilakukan kepada orang yang dicintainya, adalah wajar jika ia merasa marah dan ingin keadilan ditegakkan. Meskipun bagian ini terasa keras, ini mencerminkan kejujuran hati manusia di hadapan Tuhan yang sedang terluka parah.
Mazmur 137 mengajarkan kita bahwa dalam masa penderitaan, kesedihan, kerinduan, dan bahkan kemarahan adalah respons yang jujur di hadapan Tuhan. Namun di atas semua itu, tetap ada kesetiaan dan harapan akan keadilan-Nya.
Komentar
Posting Komentar