Mazmur 131 tentang berserah kepada TUHAN Seri Mazmur by Febrian

01 Juni 2025

Image by Freepik.com

Mazmur 131 tentang berserah kepada TUHAN Seri Mazmur

Mazmur 131:1-3 

Berserah kepada TUHAN  

Nyanyian ziarah Daud, 

TUHAN, aku tidak tinggi hati, 
dan tidak memandang dengan sombong; 
aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar 
atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. 
Sesungguhnya, aku telah menenangkan 
dan menenteramkan jiwaku 
seperti anak yang disapih dekat ibunya, 
ya, seperti anak yang disapih 
demikianlah jiwaku dalam diriku. 
Berharaplah pada TUHAN, hai Israel, 
dari sekarang sampai selama lamanya!

Rangkaian ziarah Daud menuju Yerusalem, ia menyanyikan Mazmur doa kepada TUHAN. Isinya adalah, bahwa Daud:

1. Tidak tinggi hati

Memang penting sekali, merendahkan diri di hadapan Allah, sebelum kita menaikkan permohonan kita dalam doa. Daud mengajar kita untuk sadar diri, bahwa kita hanya debu tanah yang bukan apa-apa di hadapan Allah. Bahwa Allah berkenan mendengarkan doa kita, itu adalah suatu anugerah terbesar, karena belas kasihan-Nya bagi kita.

2. Tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar

Sebagai seorang raja, sebetulnya wajar ia memiliki ambisi untuk menjadi penguasa atau memiliki kekayaan yang besar. Namun, pada kenyataannya Daud menyatakan pada Allah bahwa ia tidak mengejar semuanya itu. 

Kita tahu bersama, bahwa sekalipun ia mendirikan Istana yang megah, itu juga bukan untuk kemewahan. Dalam 1 Tawarikh 15, dapat kita lihat, bahwa Ia mendirikan bangunan-bangunan di kota Yerusalem, untuk mempersiapkan Tempat bagi Tabut Allah di dalamnya. Betul juga ia mengumpulkan banyak harta, namun tujuannya itu untuk dana pembangunan Bait Allah, yang kemudian pada akhirnya ditentukan TUHAN, bahwa Salomo anaknya lah yang layak membangunnya bagi-Nya.

Dalam keseharian kita, mungkin kita sering tidak puas akan berbagai hal atau keadaan. Itu sesungguhnya, karena keinginan kita yang melampaui apa yang ada tertulis dalam kehendak Allah. Tuhan mau kita bersyukur atas apa yang kita terima dari Allah. Segala sesuatu diciptakan dan diberikan Allah bagi kita, memiliki maksud dan tujuan untuk kemuliaan Nama-Nya, bukan kemuliaan kita.

Jadi hidup dan berfikirlah secara sederhana, yaitu menyenangkan hati TUHAN, maka semuanya nanti akan ditambahkan kepada kita. 

3. Tidak mengejar hal-hal yang terlalu ajaib

Daud menyatakan sikapnya, bahwa Ia tidak mengejar hal-hal yang terlalu ajaib. Pernyataan ini memiliki dasar kuat dalam sejarah hidupnya yang kontras dengan raja-raja lain di zamannya. 

Saul, raja pertama Israel, justru menunjukkan ketergantungan pada hal-hal ajaib ketika dalam keadaan terdesak. Saat Tuhan tidak menjawab permohonannya, Saul menyamar dan pergi ke En-Dor untuk memanggil arwah Samuel melalui seorang medium, padahal sebelumnya ia sendiri yang telah melarang praktik-praktik okultisme di Israel. Penyimpangan inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan penolakan Tuhan terhadap Saul.

Salomo, putra Daud sendiri, meski dikenal sebagai raja paling bijaksana, pada akhir hidupnya terjerat dalam pencarian hal-hal ajaib melalui istri-istrinya yang asing. Ia tidak hanya membiarkan penyembahan berhala tetapi bahkan turut serta dalam penyembahan dewa Molokh. Selain itu, obsesinya terhadap kekayaan dan kemegahan yang spektakuler membuatnya melanggar batasan-batasan yang telah Tuhan tetapkan bagi raja-raja Israel. Raja Ahab dan Izebel bahkan lebih ekstrem lagi, dengan terang-terangan mempromosikan penyembahan Baal dan berbagai praktik okultisme Kanaan di Israel.

Daud menunjukkan pola yang sama sekali berbeda. Ketika menghadapi Goliat, ia menolak menggunakan baju zirah Saul yang mewah dan memilih senjata sederhana yang biasa digunakannya. Dalam kesempatan untuk membunuh Saul yang sedang memburunya, Daud memilih untuk tidak melakukannya meski memiliki alasan yang seolah-olah bisa dibenarkan. 

Peristiwa Uza yang mati karena menyentuh Tabut Perjanjian menjadi pelajaran berharga bagi Daud bahwa ketaatan pada prinsip-prinsip Tuhan jauh lebih penting daripada mengejar pengalaman-pengalaman spiritual yang spektakuler.

Konteks budaya Timur Dekat kuno memperjelas keunikan sikap Daud. Prasasti-prasasti dari Mesir dan Babel menunjukkan bagaimana raja-raja di zaman itu biasa mengandalkan praktik-praktik ramal, mengklaim status ketuhanan bagi diri mereka sendiri, dan membanggakan kemampuan-kemampuan magis. 

Daud justru menekankan sikap ketergantungan seperti anak kecil dalam Mazmur 131, menunjukkan preferensinya untuk hidup dalam ketergantungan penuh kepada Tuhan daripada mengejar hal-hal yang luar biasa dan ajaib. Sikap inilah yang membuat Daud disebut sebagai raja menurut hati Tuhan.

4. Menenangkan dan menenteramkan jiwanya

Daud menggambarkan jiwanya tenang dan tenteram, bagaikan anak yang disapih dekat ibunya. Seorang bayi yang sudah mulai berumur 2-3 tahun, tidak boleh lagi minum ASI, melainkan makan-makanan padat. 

Ia diharuskan mengunyah makanannya sendiri. Memang awalnya pasti ia akan protes, ia akan menangis mungkin. Tetapi tuntutan fisik itu akan tergantikan dengan kedekatannya dengan ibunya. Ia mungkin secara fisik ada yang berubah, tetapi secara hati, ia tetap merasa tenang, karena akhirnya sadar, kebutuhan fisiknya pun dijamin oleh Ibunya, walaupun dalam bentuk yang berbeda, yaitu makanan padat. 

Hal Itu seiring dengan waktu mengajar seorang anak, untuk belajar mencari makanannya sendiri, namun di sisi lain ia sadar ada orang yang senantiasa memenuhi segala kebutuhannya. Demikianlah Daud merasakan bahwa hidupnya seperti bayi yang sedang disapih. Mungkin hidupnya tidak enak, tidak nyaman, tetapi ia sadar bahwa jiwanya tenang dan tenteram, karena Allah menjamin hidupnya.

Inilah sikap yang harus kita juga miliki dalam hidup kita. Mungkin Allah sedang mengajari kita cara untuk 'makan makanan padat', yaitu diperkenalkan pada masalah, pada kesulitan pekerjaan, mungkin studi yang terhambat, mungkin juga tantangan-tantangan lainnya. Namun, sadarilah bahwa Allah tidak pernah jauh dari kita. Ia hanya sejauh doa. 

5. Daud mengajak berharap pada TUHAN saja

Kolose 4:2

Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.

Dalam doa kita harus bertekun, tidak boleh sambil lalu atau tanpa perasaan. Kita harus bersungguh-sungguh dan penuh harap kepada Allah.

Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH.

Mazmur 71:5

Amin.

Komentar

Postingan Populer