Mazmur 123 tentang "Mohon belas kasihan TUHAN" Seri Mazmur by Febrian
21 Mei 2025
Jesus photo created by wirestock - www.freepik.comMazmur 123 tentang "Mohon belas kasihan TUHAN" Seri Mazmur
Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai sukacita dan kerinduan raja Daud mengenai Kota Yerusalem, Rumah TUHAN. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut.
Tuhan Yesus memberkati.
Mazmur 123:1-4 [TB2-LAI]
Doa mohon belas kasihan TUHAN 123 Nyanyian ziarah.
Mazmur 123:1
"Kepada-Mu aku melayangkah mataku, ya Engkau yang bersemayam di surga."
Pokok pikiran pertama dalam Mazmur ini adalah arah pandangan hati dan jiwa kita: tertuju kepada Tuhan yang bersemayam di surga. Ketika kita menghadapi masalah, seringkali mata kita tertuju pada masalah itu sendiri, pada orang lain, atau bahkan pada diri sendiri. Namun, pemazmur mengarahkan pandangannya ke atas, kepada Sang Pencipta yang berdaulat atas segalanya. Ini adalah tindakan iman, mengakui bahwa pertolongan sejati hanya datang dari Dia.
Contoh: Bayangkan Anda sedang mendaki gunung yang terjal dan merasa lelah. Daripada terus melihat ke bawah ke bebatuan licin atau ke samping ke jurang yang curam, Anda mengangkat kepala dan melihat puncak yang ingin dicapai. Mata yang tertuju pada puncak itu memberi Anda kekuatan dan tujuan. Demikianlah, mata yang tertuju pada Tuhan memberikan kita pengharapan dan arah di tengah kesulitan.
Mazmur 123:2
"Lihat, seperti mata para hamba laki-laki tertuju kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan tertuju kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita tertuju kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita."
Ayat ini memperkuat pokok pikiran tentang ketergantungan mutlak kepada Tuhan. Pemazmur menggunakan perumpamaan hamba yang matanya terus-menerus tertuju pada tangan tuannya atau nyonyanya. Mengapa demikian? Karena hamba bergantung sepenuhnya pada isyarat, perintah, dan belas kasihan tuannya. Hidup dan kebutuhannya dipenuhi oleh tuannya. Demikian pula, kita harus memiliki ketergantungan yang sama kepada Tuhan, menantikan anugerah dan belas kasihan-Nya. Ketergantungan ini bukan karena kelemahan, melainkan pengakuan akan kedaulatan dan kebaikan Tuhan.
Contoh: Seorang anak kecil yang lapar akan terus menatap ibunya, menantikan kapan ibunya akan memberinya makan. Ia tidak mencoba mencari makan sendiri, tetapi percaya sepenuhnya bahwa ibunya akan memenuhi kebutuhannya. Ketergantungan yang polos dan total ini adalah cerminan dari bagaimana kita seharusnya menantikan belas kasihan Tuhan.
Mazmur 123:3-4
"Kasihanilah kami, ya TUHAN, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan; jiwa kami sudah cukup kenyang dengan olok-olok orang-orang yang merasa aman dengan penghinaan orang-orang yang angkuh."
Pokok pikiran terakhir di sini adalah seruan yang tulus dan jujur akan belas kasihan Tuhan di tengah penderitaan akibat penghinaan dan olok-olok. Pemazmur mengakui bahwa mereka telah "kenyang" dengan penghinaan, yang berarti mereka telah mengalami penderitaan emosional yang sangat dalam. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka menantikan Tuhan, mereka tidak menyangkal rasa sakit yang mereka alami. Mereka berani mengungkapkan kepedihan hati mereka kepada Tuhan, memohon agar Dia mengasihani mereka.
Contoh: Seseorang yang terus-menerus diejek dan direndahkan di tempat kerjanya akhirnya merasa jiwanya lelah dan terluka. Ia tidak dapat lagi menanggungnya sendirian. Seruannya kepada Tuhan, "Kasihanilah kami," adalah jeritan hati yang memohon kelegaan dan pemulihan dari rasa sakit yang begitu mendalam. Ini menunjukkan bahwa Tuhan peduli dengan penderitaan kita dan kita boleh datang kepada-Nya dengan segala kerapuhan kita.
Apakah saat ini ada hal yang membuat mata Anda berpaling dari Tuhan?
"Marilah kita melakukannya dengan mata yang Tertuju kepada Yesus, Perintis iman dan yang membawa iman itu kepada ksempunaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib demi sukacita yang ada di depan Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah."
Amin.
Komentar
Posting Komentar