Mazmur 122 tentang "Kerinduan akan Yerusalem Rumah TUHAN" Seri Mazmur by Febrian

20 Mei 2025

Mazmur 122 tentang "Kerinduan akan Yerusalem Rumah TUHAN" Seri Mazmur 

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai sukacita dan kerinduan raja Daud mengenai Kota Yerusalem, Rumah TUHAN. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut. 

Tuhan Yesus memberkati.

Mazmur 122:1-9 [TB2-LAI]

Doa sejahtera untuk Yerusalem 

Nyanyian ziarah Daud. 

1 Aku bersukacita, ketika dikatakan kepadaku, 
"Mari kita pergi ke Rumah TUHAN."
2 Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem, 
3 Yerusalem, yang dibangun sebagai kota, 
sebagai kota yang erat terpadu. 
4 Ke sana suku-suku berziarah, suku-suku TUHAN, 
untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel, 
5 Sebab, di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, 
kursi-kursi keluarga Daud. 
6 Berdoalah untuk damai sejahtera Yerusalem, 
"Kiranya orang-orang yang mencintaimu hidup sentosa. 
7 Kiranya damai sejahtera ada di lingkungan tembokmu, 
dan kesentosaan di dalam puri- purimu!" 
8 Oleh karena saudara-saudaraku dan teman-temanku 
aku hendak mengucapkan, 
"Kiranya damai sejahtera ada di dalammul" 
9 Oleh karena Rumah TUHAN, Allah kita, 
aku akan mengusahakan yang terbaik bagimu.

Nyanyian Ziarah atau bahasa Ibrani nya adalah "Shir HaMa'alot", diterjemahkan menjadi "Nyanyian Pendakian" atau "Lagu-lagu Pendakian" dalam bahasa Inggris. 

Merujuk kepada kumpulan lima belas mazmur (120-134 dalam Alkitab Ibrani) yang secara tradisional dinyanyikan oleh para peziarah yang naik ke Yerusalem untuk beribadah. 

Mazmur ini mengungkapkan tema harapan, kerinduan untuk kembali ke Sion, dan pentingnya mencari bimbingan dan perlindungan Tuhan. 

Raja Daud mengajak para pendengar Mazmurnya, untuk merenungkan kerinduan seorang penyembah akan Rumah TUHAN, serta menikmati damai sejahtera di Yerusalem. Sebetulnya arti di balik nyanyian ziarah ini bukan sekadar perjalanan fisik menuju kota kudus saja, tetapi juga perjalanan batin menuju masuk ke dalam hadirat Allah. Ketika raja Daud menulis, “Aku bersukacita, ketika dikatakan kepadaku: Mari kita pergi ke Rumah TUHAN,” ia mengungkapkan sukacita yang sejati yang berasal dari perjumpaan dengan Allah dalam persekutuan umat-Nya.

Yerusalem dilukiskan sebagai kota yang erat terpadu — sebuah simbol kesatuan, kekokohan, dan pusat ibadah. Kota ini menjadi tempat berkumpulnya suku-suku Israel, bukan hanya untuk tradisi, tetapi untuk mengucap syukur kepada nama TUHAN. Ini menegaskan bahwa ibadah sejati bersumber dari rasa syukur dan keterikatan kepada Allah yang hidup.

Doa untuk damai bagi Yerusalem dalam ayat-ayat terakhir, bukan sebuah pesan berbau politis atau sosial, tetapi merupakan suatu kerinduan spiritual akan kesejahteraan yang meliputi seluruh aspek kehidupan di Yerusalem Kota Allah. “Kiranya damai sejahtera ada di lingkungan tembokmu” bukan hanya bagi kota secara fisik, tetapi juga untuk umat yang tinggal di dalamnya dan yang datang berziarah.

Refleksi nya dalam kehidupan kita pada zaman ini, Yerusalem bisa dimaknai sebagai gambaran gereja, komunitas rohani, atau bahkan hati kita sendiri yang menjadi tempat tinggal Roh Kudus. Ketika kita mengarahkan hati untuk “naik” kepada TUHAN — melalui doa, pujian, dan renungan firman TUHAN — sesungguhnya kita sedang menapaki tangga spiritual menuju persekutuan yang lebih dalam lagi menuju hadirat-Nya.

"Berdoalah untuk damai sejahtera Yerusalem: 'Kiranya orang-orang yang mencintaimu hidup sentosa.'"

Mazmur 122:6 [TB2-LAI]

Amin.


Komentar

Postingan Populer