Mazmur 119 Part 5 "Menyadari pentingnya firman TUHAN bagi manusia" Seri Mazmur by Febrian

27 April 2025


Sunday school photo created by freepik - www.freepik.com

Mazmur 119 Part 5 "Menyadari pentingnya firman TUHAN bagi manusia" Seri Mazmur

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Mazmur 119 ini terdiri dari 176 ayat. Kumpulan ayat firman Tuhan yang luar biasa luas, dikelompokkan menjadi satu. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai firman Tuhan yang menjadi sumber terang hidup, sehingga memberikan kebahagiaan kehidupan kita. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut.

Tuhan Yesus memberkati.

Mazmur 119:1-176 <-- Klik untuk membaca keseluruhan ayat

5. Menyadari pentingnya firman TUHAN bagi manusia

Mazmur 119:33-40 [PLTB2-LAI]

Ajarilah aku arahan ketetapan-ketetapan-Mu, ya TUHAN,
aku hendak memegangnya sampai saat terakhir
Buatlah aku mengerti, maka aku akan berpegang pada Taurat-Mu;
aku hendak memeliharanya dengan segenap hati.
Bimbinglah aku di jalan perintah-perintah-Mu, 
sebab aku menyukainya.
Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu,
dan jangan pada ketamakan.
Palingkanlah mataku dari hal yang sia-sia,
buatlah aku hidup di jalan-Mu!
Penuhilah bagi hamba-Mu janji-Mu
yang Kauberikan kepada orang
yang takut akan Engkau.
Singkirkanlah cela yang kutakuti,
karena hukum-hukum-Mu itu baik,
Sungguh aku merindukan titah-titah-Mu, 
buatlah aku hidup dalam keadilan-Mu.

Permohonan doa yang dapat kita teladan dari pemazmur:

  1. Mohon diajar segala ketetapan-ketetapan TUHAN - hendak dipegangnya hingga akhir.
  2. Mohon diberi pengertian - akan berpegang pada Taurat TUHAN, memegang nya dengan segenap hati.
  3. Mohon bimbingan di jalan perintah-perintah-Mu TUHAN - sebab perintah-perintah itu adalah kesukaannya.
  4. Mohon hatinya diajar untuk condong kepada peringatan-peringatan-Mu TUHAN - berjanji akan menghindari ketamakan.
  5. Mohon agar matanya dihindarkan dari hal yang sia-sia - akan selalu hidup di jalan TUHAN.
  6. Mohon dipenuhi dengan janji TUHAN - selalu akan hidup takut akan Dia.
  7. Mohon disingkirkan dari cela yang ditakutinya - menganggap baik segala hukum-hukum TUHAN.
  8. Mohon agar diberi hidup dalam keadilan TUHAN - sungguh rindu akan titah-titah-Nya.

Dari doa yang dipanjatkan pemazmur kepada TUHAN di atas, dapat kita jadikan renungan bagi kita, bahwa segala ketetapan, perintah, peringatan TUHAN, seharusnya menjadi suatu pegangan dan pedoman bagi kehidupan kita, bukanlah suatu hal yang harus dihindarkan atau menjadi beban.

Mari kita ambil contoh salah satu perintah TUHAN, Allah kita:

Imamat 20:7

Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu.

Sepanjang Imamat 20, diajarkan mengenai bagaimana Allah menghendaki kekudusan dari umat-Nya menjadi suatu yang sangat mutlak dalam hubungan kita dengan Allah kita. Namun, ayat-ayat tersebut dianggap sudah kuno atau usang, dianggap tidak mengikuti keadaan zaman sekarang. 

Para pemuda-pemudi zaman sekarang dalam kaitan hubungan antara pria dan wanita, beberapa ada yang menganggap, bahwa menjaga kekudusan dalam pernikahan adalah suatu yang mustahil dan ketinggalan zaman. Semakin banyak orang yang menganggap bahwa firman TUHAN, hanya membebani mereka dan menghilangkan kesenangan mereka. Akhirnya timbullah gerakan agnostik, yaitu gerakan tidak peduli, atau tidak mau mengikatkan diri pada ajaran apapun, yang penting mereka suka melakukan apa, itulah yang mereka lakukan.

Saat ini, paham agnostik—yaitu keyakinan bahwa keberadaan Tuhan tidak bisa dibuktikan ataupun disangkal—semakin banyak dianut, terutama di kalangan anak muda. Menurut survei Pew Research Center tahun 2021, sekitar 17% orang dewasa di Amerika Serikat mengidentifikasi diri sebagai "agnostik", "tidak beragama", atau "skeptis". Di negara-negara seperti Swedia, Jepang, dan Inggris, jumlah orang yang mengaku agnostik atau tidak beragama bahkan melebihi 40% dari total populasi.

Di kawasan Asia, kecenderungan ini juga terlihat jelas. Di Jepang, data dari NHK Broadcasting Culture Research Institute tahun 2018 menunjukkan bahwa hanya sekitar 20–30% penduduk yang merasa terikat pada agama tertentu, sementara sisanya mengaku tidak beragama atau bersikap agnostik. Di Korea Selatan, menurut Gallup Korea 2021, sekitar 60% generasi muda (usia 20–39 tahun) menyatakan tidak memiliki afiliasi agama. Di China, angka lebih tinggi lagi—survei WIN-Gallup International 2017 mencatat sekitar 90% orang dewasa di China mengaku sebagai "ateis" atau "non-religius/agnostik".

Di Indonesia, fenomena ini lebih kecil karena latar belakang budaya dan hukum negara yang lebih menekankan pentingnya identitas agama. Meski begitu, ada gejala awal. Survei Alvara Research Center tahun 2019 menunjukkan bahwa terdapat sekitar 10% dari kaum milenial di Indonesia (usia 20–35 tahun) merasa agama "kurang relevan" dalam kehidupan sehari-hari, dan ada kecenderungan sebagian kecil memilih bersikap "spiritual tapi tidak beragama secara formal". Meskipun mereka tetap mencantumkan agama di KTP, dalam praktiknya banyak yang lebih memilih menjalani nilai-nilai moral tanpa keterikatan kuat pada ajaran agama tertent u.

Salah satu penyebabnya adalah kritik terhadap institusi keagamaan. Kasus-kasus skandal yang melibatkan pemimpin agama, seperti skandal pelecehan seksual di Gereja Katolik, membuat banyak orang merasa kecewa dan mempertanyakan keaslian nilai-nilai yang diajarkan. Mereka mulai mencari kebenaran di luar jalur agama tradisional.

Modernisasi dan perubahan sosial juga punya pengaruh besar. Di kota-kota besar, kehidupan yang serba cepat, akses informasi yang luas, serta pendidikan yang lebih terbuka mendorong orang untuk mempertanyakan nilai-nilai lama, termasuk ajaran agama. Misalnya, di Korea Selatan, walaupun 50 tahun lalu agama tradisional masih sangat kuat, sekarang lebih dari 56% anak muda mengaku tidak terikat pada agama mana pun.

Selain itu, banyak yang merasa lebih nyaman menggunakan pendekatan rasional dalam memahami dunia. Mereka lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan logika daripada menerima dogma tanpa bukti. Itulah sebabnya, muncul juga tren "agnostic style", yaitu orang-orang yang mungkin tidak menolak keberadaan Tuhan, tetapi lebih menekankan pentingnya hidup penuh toleransi, empati, dan etika, tanpa terlalu memusingkan soal kepercayaan formal.

Lingkungan sosial dan media memperkuat arah ini. Film, buku, hingga media sosial banyak membahas tema kebebasan berpikir dan mempertanyakan kepercayaan tradisional. Sebuah studi oleh Barna Group di tahun 2018 menunjukkan bahwa 46% generasi Z (usia 10–25 tahun) di Amerika merasa agama “tidak relevan” dengan kehidupan mereka.

Fenomena agnostisisme ini bukan sekadar soal kepercayaan pribadi. Ini menandakan adanya perubahan besar dalam cara manusia memandang kehidupan, kebenaran, dan hubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Di tengah dunia yang semakin beragam ini, penting untuk mengutamakan toleransi dan keterbukaan terhadap berbagai pandangan, termasuk terhadap mereka yang memilih menjadi agnostik.

Perkembangan paham agnostik di zaman sekarang menunjukkan bahwa semakin banyak orang, terutama anak muda, mencari pemahaman hidup yang lebih rasional dan terbuka. Mereka bukan semata-mata menolak agama, melainkan berusaha jujur terhadap keraguan mereka, sekaligus tetap menghargai nilai-nilai moral dan kemanusiaan. 

Fenomena ini mengingatkan kita pentingnya membangun sikap saling menghormati di tengah perbedaan pandangan. Dalam dunia yang terus berubah, kita diingatkan untuk tetap rendah hati dalam pencarian kebenaran.

"Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman"

Yohanes 12:48 

Amin.

 

Komentar

Postingan Populer