4 hari sebelum penyaliban tentang 'Entry Triumphalis' Seri Karya Keselamatan Kristus by Febrian

14 April 2025

Image Created by ChatGPT OpenAI

4 hari sebelum penyaliban tentang 'Entry Triumphalis' Seri Karya Keselamatan Kristus

Start 04:02

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai Karya Keselamatan Kristus di bumi ini. Seri khotbah ini terdiri dari 11 bagian, yang akan dimulai pada hari ini peringatan peristiwa Tuhan Yesus datang ke Betania (H-6) pada tanggal 12 April 2025 hingga peringatan hari Pentakosta (H+50) pada tanggal 08 Juni 2025. 

Kiranya Tuhan memberikan hikmat dan pengertian-Nya bagi kita semua. Tuhan Yesus memberkati.

Yohanes 12 <-- Klik di sini untuk membaca keseluruhan pasal

Pada peringatan “Entry Triumphalis,” kita mengenang momen ketika Yesus masuk ke Yerusalem dengan penuh penghormatan dan kemuliaan, beberapa hari sebelum penyaliban-Nya. Peristiwa ini tidak hanya tercatat dalam satu Kitab Injil, melainkan memiliki kekayaan makna yang tersaji secara berbeda dalam masing-masing catatan Injil: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Renungan ini akan mengupas latar belakang peristiwa, adat istiadat Yahudi dan Romawi yang menyertainya, serta peran tokoh-tokoh yang terlibat. Tak hanya itu, kita juga akan menggali makna mendalam yang tersirat bagi orang-orang pada masa itu dan umat manusia zaman sekarang.


I. Entry Triumphalis

Yohanes 12:3

Dalam rangka hendak merayakan Paskah Tuhan Yesus memasuki kota Yerusalem yang menjadi pusat keagamaan dan politik pada masa itu. Selain memenuhi ajaran Agama Yahudi, Tuhan Yesus juga mengemban Misi Agung-Nya, yaitu pemenuhan janji pembebasan bagi umat Yahudi, sebagai Mesias. 

Masyarakat Yahudi yang tersebar di seluruh kota Yerusalem, sebagian besar adalah peziarah yang datang dari berbagai penjuru untuk merayakan Paskah, menyambut kedatangan Mesias yang telah lama dinantikan.

Adat Istiadat Yahudi dan Romawi

Paskah pada zaman Yesus merujuk pada perayaan Yahudi yang memperingati pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, seperti dicatat dalam Keluaran 12. Peristiwa ini terjadi ketika Allah menimpakan tulah kesepuluh (kematian anak sulung) tetapi "melewati" (Pesakh dalam bahasa Ibrani) rumah orang Israel yang pintunya dilumuri darah anak domba. Paskah dirayakan setiap tahun dengan mempersembahkan domba Paskah dan memakan roti tidak beragi (Matius 26:17-19; Lukas 22:7-8).


Ketika Yesus memasuki Yerusalem untuk merayakan Paskah, peristiwa ini memiliki makna profetik karena Yesus adalah "Anak Domba Allah" yang akan dikorbankan untuk menebus dosa manusia (Yohanes 1:29; 1 Korintus 5:7). Perayaan Paskah zaman itu menjadi latar belakang bagi Perjamuan Terakhir, di mana Yesus menetapkan Perjamuan Kudus dengan roti dan anggur sebagai simbol tubuh dan darah-Nya yang akan dikorbankan (Matius 26:26-28).

Secara historis, Paskah Yahudi dan kematian Yesus terjadi bersamaan, menunjukkan penggenapan makna Paskah yang lama. Kematian Yesus di kayu salib terjadi pada hari persiapan Paskah (Yohanes 19:14), dan darah-Nya menjadi tanda keselamatan, seperti darah domba Paskah di Mesir. Dengan demikian, Paskah zaman Yesus bukan hanya memperingati pembebasan fisik Israel, tetapi juga menubuatkan pembebasan spiritual umat manusia melalui Kristus.

Tradisi Yahudi pada masa itu sangat kaya dengan simbolisme. Kemenangan dan pembebasan sering kali diiringi dengan penggunaan daun palem sebagai lambang kemenangan dan kemuliaan. Dengan menyambut Yesus menggunakan daun palem, orang banyak mengungkapkan harapan bahwa Dia adalah Raja yang datang untuk melepaskan mereka dari belenggu penindasan dan dosa, sebagaimana yang telah dinubuatkan dalam kitab Nabi Zakharia (Zakharia 9:9).

Di sisi lain, adat istiadat Romawi menunjukkan bahwa penghormatan terhadap seorang penakluk atau pemimpin militer dilakukan melalui upacara “triumphal entry,” sebuah prosesi kemenangan yang diadakan ketika seorang jenderal atau kaisar memasuki kota dengan penghormatan rakyat. Meskipun Yesus tidak datang dengan kekuatan militer atau senjata, peristiwa ini secara ironis menggunakan lambang kemenangan Romawi untuk menegaskan kedudukan-Nya sebagai Raja yang sejati—bukan atas dasar kekerasan, melainkan melalui kasih, pengorbanan, dan kebenaran.

    Nubuat yang dicatat para nabi sebelumnya:

    Tuhan Yesus mengendarai seekor keledai—sebuah lambang kerendahan hati dan perdamaian—sebagai penggenapan firman Nabi Zakharia: 

    Zakharia 9:9-10

    Raja Mesias di Sion
    9:9 Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. 9:10 Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi.

    Selain Zakharia 9 tersebut di atas, ada beberapa nubuat lain dari Perjanjian Lama yang berkaitan dengan peristiwa Entry Triumphalis Yesus ke Yerusalem. Berikut adalah beberapa di antaranya:

    Mazmur 118:25-26

    "Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan! Ya Tuhan, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan!"

    Ayat ini sangat jelas disebutkan dalam penggenapannya di dalam kitab Injil: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" oleh orang banyak saat Yesus masuk ke Yerusalem.

    Yesaya 62:11

    "Katakanlah kepada puteri Sion: Sesungguhnya, keselamatanmu datang; sesungguhnya, mereka yang dibawa-Nya serta adalah upah-Nya dan mereka yang berjalan di depan-Nya adalah ganjaran-Nya."

    Ini paralel dengan nubuat Zakharia dan digenapi dalam kehadiran Yesus sebagai Juruselamat.

    Daniel 9:25-26

    "Maka ketahuilah dan pahamilah: dari saat firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali, sampai pada kedatangan seorang yang diurapi, seorang raja, ada tujuh kali tujuh masa; dan enam puluh dua kali tujuh masa lamanya kota itu akan dibangun kembali dengan tanah lapang dan paritnya, tetapi di tengah-tengah kesulitan. Sesudah keenam puluh dua kali tujuh masa itu akan disingkirkan seorang yang telah diurapi, padahal tidak ada salahnya apa-apa. Maka datanglah rakyat seorang raja memusnahkan kota dan tempat kudus itu, tetapi raja itu akan menemui ajalnya dalam air bah; dan sampai pada akhir zaman akan ada peperangan dan pemusnahan, seperti yang telah ditetapkan.

      Tulisan tersebut didasarkan pada interpretasi dan perhitungan dari teks Daniel 9:25-26, yang menyebutkan “tujuh puluh kali tujuh masa” (atau 70 minggu) sebagai periode yang menghubungkan perintah untuk membangun kembali Yerusalem dengan kedatangan "Yang Diurapi" (Mesias) dan peristiwa-peristiwa yang menyertainya. Banyak ahli menafsirkan bahwa periode 70 minggu ini, bila dihitung secara simbolis dengan satu minggu mewakili satu tahun, menghasilkan 490 tahun yang berakhir pada awal abad pertama Masehi, yaitu waktu ketika Yesus memulai pelayanan-Nya dan kemudian memasuki Yerusalem. Dengan demikian, berdasarkan penghitungan yang dilakukan dengan menetapkan titik awal—seringkali dikaitkan dengan dekrit dari raja seperti Artaxerxes—waktu yang diperoleh dari perhitungan tersebut dianggap sesuai dengan periode kedatangan dan pelayanan Yesus. Meskipun demikian, penting dicatat bahwa pendekatan ini merupakan salah satu dari banyak interpretasi dan tidak semua ahli sepakat secara mutlak, karena teks apokaliptik dan simbolis seperti dalam Daniel memiliki berbagai lapisan makna dan kemungkinan titik awal yang berbeda dalam penafsirannya.

      Yesaya 40:9

      "Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu dengan keras, nyaringkanlah, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: 'Lihat, itu Allahmu!'"

      Ini menggambarkan seruan sukacita menyambut kehadiran Allah di tengah umat-Nya, digenapi dalam sambutan orang banyak kepada Yesus.

        Nubuat-nubuat ini menegaskan bahwa peristiwa Yesus masuk ke Yerusalem bukanlah kebetulan, tetapi merupakan bagian dari rencana Allah yang sudah dinyatakan sejak dahulu kala melalui para nabi.

        Renungan dari Keempat Injil

        Peristiwa Entry Triumphalis atau Yesus masuk ke Yerusalem diceritakan dalam keempat Injil: 
        1. Matius 21:1–11
        2. Markus 11:1–11
        3. Lukas 19:28–44
        4. Yohanes 12:12–19

        Dituliskan oleh para Rasul, bahwa Tuhan Yesus memasuki Yerusalem dengan menunggang seekor keledai, sementara orang banyak menyambut-Nya dengan sorak-sorai, menghamparkan pakaian dan ranting pohon di jalan, serta berseru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" Peristiwa ini sebagai penggenapan nubuat tentang Mesias yang datang dengan rendah hati sebagai Raja Damai. 

        1. Injil Matius

        Rasul Matius mengajak kita untuk merenungkan betapa kerendahan hati sejati merupakan inti dari kepemimpinan yang membawa keselamatan. Di tengah sorak-sorai dan sambutan meriah, Yesus menunjukkan bahwa kemuliaan-Nya bukanlah milik dunia yang mementingkan kekuasaan dan dominasi, melainkan milik mereka yang mengutamakan kasih dan keadilan. 

        Tuhan Yesus digambarkan sebagai wujud kepemimpinan yang penuh kasih dan pengorbanan. Sedangkan Orang banyak yang menyambut-Nya, adalah sebagai umat yang merindukan pemenuhan janji Mesianis, mereka menyuarakan harapan dan keyakinan melalui penghormatan yang penuh simbolisme (daun palem dan sorakan "Hosana").

        2. Injil Markus

        Rasul Markus mencatat peristiwa tersebut dengan gaya yang singkat dan padat, namun meskipun lebih singkat dibandingkan dengan Matius, ia menekankan momen penting ini digambarkan lengkap, sebagai awal dari rangkaian peristiwa yang membawa kepada penderitaan dan kematian Yesus.

        Renungan dari perspektif Markus ini, mengingatkan kita bahwa perayaan dan kegembiraan tidak terlepas dari rencana keselamatan yang mengawali suatu penderitaan yang harus dialami Tuhan Yesus. Dalam sorak-sorai rakyat, terkandung juga rasa sadar akan perjalanan menuju pengorbanan yang akan mengantarkan pada keselamatan umat manusia.

        Gambaran tentang Tuhan Yesus menunjukkan keberanian dan kesadaran akan nasib-Nya, meski di tengah sorak-sorai, Ia tahu jalan penderitaan yang harus ditempuh. Sedangkan di sisi lain, para murid menjadi saksi atas peristiwa ini dan mengerti bahwa di balik kemuliaan ada rencana yang lebih besar, yaitu penebusan dosa umat manusia.

          3. Injil Lukas

          Rasul Lukas menyajikan gambaran dari sisi kemanusiaan dan belas kasih, yaitu peristiwa masuknya Tuhan Yesus ke Yerusalem, sebagai momen penuh harapan dan pengharapan akan keselamatan bagi yang tertindas. Kita diingatkan bahwa penyelamatan tidak datang dari kekuatan militer atau keagungan duniawi, melainkan dari kasih yang murni dan pengorbanan. Tuhan Yesus hadir di Bumi ini, sebagai Pemimpin yang Agung, sekaligus Pelayan, yang membawa kabar baik tentang perdamaian dan pengampunan, yaitu untuk membuka jalan bagi perbaikan hubungan antara manusia dengan Allah.

          Tuhan Yesus sebagai penyelamat penuh belas kasih, Ia menginspirasi umat untuk membuka hati dan saling mengasihi. Umat Yahudi yang saat itu tengah menjalani perayaan Paskah, melihat dalam Tuhan Yesus bahwa tanda-tanda pembebasan sejati yang bukan bersifat politik, tetapi sifatnya pembebasan rohani.

            4. Injil Yohanes

            Walaupun Rasul Yohanes tidak menceritakan secara rinci prosesi masuknya Yesus ke Yerusalem seperti keempat Injil lainnya, ia menyoroti aspek teologis dan spiritual dari momen tersebut. Peristiwa ini dikaitkan dengan penyataan, tentang terang yang datang ke dalam dunia, di mana itu menandai pembaharuan rohani yang harus dialami oleh setiap orang percaya.

            Rasul Yohanes menceritakan, bahwa kemuliaan Yesus bukanlah kemuliaan yang bersifat sementara, melainkan suatu kemuliaan kekal abadi. Peristiwa itu mengajar kita untuk percaya dan menerima terang keselamatan yang datang melalui Yesus Kristus.

            Tuhan Yesus digambarkan Rasul Yohanes, sebagai sumber terang dan kehidupan, yang membawa pencerahan bagi dunia yang berada dalam kegelapan dosa. Mereka yang hadir menyaksikan mukjizat ini, dan pengalaman tersebut kemudian menjadi dasar kesaksian iman bagi generasi berikutnya yang membaca kitab Injil.

              Makna Peristiwa Entry Triumphalis:

              1. Bagi Orang-orang pada Masa Itu:

              • Harapan terhadap Mesias yang akan datang: Banyak orang berharap Tuhan Yesus sebagai Mesias versi mereka, yang akan membebaskan dari penindasan Romawi dan membawa pemulihan bagi bangsa Israel.
              • Simbol Pembebasan: Dalam konteks Paskah, prosesi ini menjadi lambang bahwa keselamatan yang dijanjikan oleh Allah, tengah dinyatakan melalui kehadiran Yesus.
              • Tanda Persatuan: Penggunaan simbol-simbol seperti daun palem dan sorakan “Hosana” menunjukkan betapa besar kerinduan umat untuk menyambut kedatangan pemimpin yang membawa damai.

              2. Bagi Umat Manusia Zaman Sekarang:

              • Kepemimpinan yang Berdasarkan Kerendahan Hati: Yesus menunjukkan bahwa kemuliaan sejati terletak pada kerendahan hati, pengorbanan, dan kasih. Di dunia yang kerap terobsesi dengan kekuasaan dan dominasi, pesan ini mengajak kita untuk menemukan kekuatan dalam kelembutan dan pelayanan.
              • Transformasi Spiritual: Momen ini mengundang setiap orang percaya untuk merenungkan perjalanan iman mereka, menyadari bahwa kemuliaan yang sejati sering kali terwujud melalui jalan pengorbanan dan penderitaan.
              • Panggilan untuk Mengasihi: Dengan melihat bagaimana Yesus disambut dan dimuliakan, kita diajak untuk meneladani kasih dan kepedulian terhadap sesama, menerapkan nilai-nilai keadilan dan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari.
              • Refleksi terhadap Konteks Sosial dan Politik: Peristiwa ini juga mengingatkan kita bahwa bahkan di tengah perayaan dan sukacita, terdapat realitas keras dari penindasan dan ketidakadilan. Ini mengajak kita untuk kritis dan aktif dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan di era modern.

              II. Tuhan Yesus menyucikan Bait Suci

              Matius 21:12-17

              Yesus menyucikan Bait Allah

              Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." 

              Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya. Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: "Hosana bagi Anak Daud!" hati mereka sangat jengkel, lalu mereka berkata kepada-Nya: "Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?" Lalu Ia meninggalkan mereka dan pergi ke luar kota ke Betania dan bermalam di situ.

              Peristiwa Tuhan Yesus dielu-elukan di atas keledai (Matius 21:1-11) dan penyucian Bait Allah (Matius 21:12-17) saling berkaitan dalam menunjukkan otoritas Mesianik-Nya. Tuhan Yesus memasuki Yerusalem dengan dielu-elukan sebagai "Anak Daud" (Matius 21:9), demi penggenapan nubuat nabi dalam ayat Zakharia 9:9 tentang Raja yang datang dengan lemah lembut. Kemudian, tindakan-Nya membersihkan Bait Allah (Matius 21:12-13) mempertegas misi-Nya sebagai Mesias yang sudah datang ke dunia, demi memulihkan kekudusan Rumah Allah, yang selama ini sudah dikotori oleh berbagai tindakan umat-Nya.  

              Pujian anak-anak kecil dan orang-orang di Bait Allah yang berseru "Hosana bagi Anak Daud!" (Matius 21:15) melanjutkan sorak-sorai saat Yesus masuk Yerusalem, sekaligus menggenapi Mazmur 8:3 tentang pujian yang sempurna dari mulut anak kecil. Imam-imam kepala dan ahli Taurat yang marah (Matius 21:16) menunjukkan penolakan mereka terhadap otoritas Yesus, sementara penyembuhan orang buta dan timpang (Matius 21:14) membuktikan bahwa Kerajaan Allah hadir melalui karya-Nya.  

              Dengan demikian, kedua peristiwa ini - penyambutan Yesus sebagai Raja dan penyucian Bait Allah - menegaskan identitas-Nya sebagai Mesias yang membawa pembaruan spiritualitas umat-Nya. Tuhan Yesus bukan hanya Sang Mesias yang dijanjikan, tetapi juga Tuhan Allah yang berhak atas Bait-Nya dan menginginkan ibadah dari umat-Nya dengan hati yang tulus dan murni.

              Jadi kesimpulannya, adalah bahwa “Entry Triumphalis” menyajikan gambaran yang lengkap tentang bagaimana Yesus, dalam perayaan yang penuh sukacita, juga memperlihatkan wajah kepemimpinan-Nya yang sejati. Melalui prosesi masuk ke Yerusalem, Tuhan Yesus menegaskan, bahwa kekuatan-Nya bukan berasal dari kekerasan atau otoritas duniawi, melainkan dari kasih, pengorbanan, dan kebenaran yang abadi.

              Bagi mereka yang menyaksikan peristiwa itu pada zaman-Nya, momen tersebut menjadi penggenapan harapan akan penyelamatan. Sedangkan bagi umat manusia zaman sekarang, renungan ini berisi nilai-nilai kerendahan hati, pelayanan tanpa pamrih, dan panggilan untuk hidup dalam kasih serta keadilan dengan mengikuti teladan Yesus Kristus Tuhan Sang Maha Pencipta.

              "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian."

              "Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."

              Yohanes 4:23–24 

              Amin.

              Komentar

              Postingan Populer