Mazmur 74 tentang "Bait Suci yang rusak" Seri Mazmur by Febrian
20 Februari 2025
Mazmur 74 tentang "Bait Suci yang rusak" Seri Mazmur
Mazmur 74
Nyanyian ratapan karena Bait Suci yang rusak
74:1 Nyanyian pengajaran Asaf.
Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya? Mengapa menyala murka-Mu terhadap kambing domba gembalaan-Mu?
2 Ingatlah akan umat-Mu yang telah Kauperoleh pada zaman purbakala, yang Kautebus menjadi bangsa milik-Mu sendiri! Ingatlah akan gunung Sion yang Engkau diami.
- Dalam Mazmurnya, bani Asaf mengeluh dalam kesedihannya: mengapa Allah membuang bangsa Israel, padahal Allah sendiri yang menebus bangsa ini sebagai umat perjanjian-Nya. Ia sendiri bersemayam di gunung Sion.
3 Ringankanlah langkah-Mu ke tempat yang rusak terus-menerus; segala-galanya telah dimusnahkan musuh di tempat kudus. Lawan-lawan-Mu mengaum di tempat pertemuan-Mu dan telah mendirikan panji-panji mereka sebagai tanda. Kelihatannya seperti orang mengayunkan tinggi-tinggi sebuah kapak kepada kayu-kayuan yang lebat, dan sekarang ukir-ukirannya seluruhnya dipalu mereka dengan kapak dan beliung; mereka menyulut tempat kudus-Mu dengan api, mereka menajiskan tempat kediaman nama-Mu sampai pada tanah; mereka berkata dalam hatinya: "Baiklah kita menindas mereka semuanya!" Mereka membakar segala tempat pertemuan Allah di negeri. Tanda-tanda kami tidak kami lihat, tidak ada lagi nabi, dan tidak ada di antara kami yang mengetahui berapa lama lagi. Berapa lama lagi, ya Allah, lawan itu mencela, dan musuh menista nama-Mu terus-menerus? Mengapa Engkau menarik kembali tangan-Mu, menaruh tangan kan an-Mu di dada?
- Digambarkan di sini, bahwa musuh-musuh Israel menghancurkan Bait Allah. Merusaknya di hadapan Allah.
- Mazmur 74:3 kemungkinan besar merujuk pada kehancuran Bait Allah oleh Babel pada 587/586 SM, yang sesuai dengan catatan dalam 2 Raja-raja 25 dan Yeremia 52. Namun, ayat ini juga bisa mencerminkan ratapan berulang dalam sejarah Israel saat tempat kudus dinodai atau dihancurkan oleh musuh, seperti yang terjadi di era Antiokhus Epifanes (167 SM) atau kehancuran Yerusalem oleh Romawi (70 M).
12 Namun Engkau, ya Allah adalah Rajaku dari zaman purbakala, yang melakukan penyelamatan di atas bumi. Engkaulah yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air. Engkaulah yang meremukkan kepala-kepala Lewiatan, yang memberikannya menjadi makanan penghuni-penghuni padang belantara. Engkaulah yang membelah mata air dan sungai; Engkaulah yang mengeringkan sungai-sungai yang selalu mengalir.
16 Punya-Mulah siang, punya-Mulah juga malam. Engkaulah yang menaruh benda penerang dan matahari. Engkaulah yang menetapkan segala batas bumi, musim kemarau dan musim hujan Engkaulah yang membuat-Nya.
- Asaf mengemukakan permohonannya kepada TUHAN, Allah, seraya menceritakan kebesaran-Nya di masa lampau. Allah Yang Maha Kuasa menciptakan Alam semesta beserta segala ketetapan dan aturan-Nya di bumi.
18 Ingatlah ini: musuh mencela, ya TUHAN, dan bangsa yang bebal itu menista nama-Mu. Janganlah berikan nyawa merpati-Mu kepada binatang liar! Janganlah lupakan terus-menerus nyawa orang-orang-Mu yang tertindas! Pandanglah kepada perjanjian, sebab tempat-tempat gelap di bumi penuh sarang-sarang kekerasan.
21 Janganlah biarkan orang yang terinjak-injak kembali dengan kena noda. Biarlah orang sengsara dan orang miskin memuji-muji nama-Mu. Bangunlah, ya Allah, lakukanlah perjuangan-Mu! Ingatlah akan cela kepada-Mu dari pihak orang bebal sepanjang hari. Janganlah lupa suara lawan-Mu, deru orang-orang yang bangkit melawan Engkau, yang terus-menerus makin keras.
- Asaf memohon keadilan kepada Allah, terhadap musuhnya yang mencela dan menista-Nya. Biarlah kiranya Allah bertindak melawan semua musuh yang semakin lama semakin jahat.
Kehancuran Bait Suci bukan hanya kerusakan fisik, tetapi juga simbol kehancuran iman dan identitas umat Allah. Namun, di tengah keputusasaan, Asaf tidak berhenti pada ratapan. Ia mengingat kebesaran Allah di masa lalu: Engkaulah yang membelah laut dengan kekuatan-Mu, yang memecahkan kepala ular-ular naga di atas muka air (ayat 13). Ini mengingatkan kita bahwa Allah tetap berdaulat, bahkan dalam situasi yang paling gelap sekalipun.
Renungan kita hari ini:
Seperti Asaf, kita mungkin juga mengalami "kehancuran" dalam hidup—hubungan yang retak, impian yang hancur, atau iman yang goyah. Namun, Mazmur 74 mengajak kita untuk tidak berhenti pada ratapan. Ingatlah bahwa Allah yang sama, yang berkuasa atas alam semesta, juga berkuasa atas hidup kita. Serahkanlah kepedihan dan pergumulan kita kepada-Nya, karena Ia adalah Allah yang setia pada perjanjian-Nya.
Doa:
Ya Allah, di tengah kehancuran dan kepedihan, ingatkan kami akan kuasa-Mu yang besar dan kesetiaan-Mu yang tak berkesudahan. Tolong kami untuk tetap berpengharapan, karena Engkau adalah Raja yang berdaulat atas segala sesuatu.
"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."
Yeremia 29:11
Amin.
Komentar
Posting Komentar