Mazmur 43 tentang "Jangan tertekan hai Jiwaku, bersandarlah kepada Allah" Seri Mazmur by Febrian

17 Januari 2025



Mazmur 43 tentang "Jangan tertekan hai Jiwaku, bersandarlah kepada Allah" Seri Mazmur 

Shaloom, Bapak/Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai pengalaman penulis Mazmur yang tertekan jiwanya, namun tetap mengandalkan Allah sebagai juru selamatnya yang sejati dan setia.

Kiranya Tuhan Yesus melimpahkan hikmat dan pengetahuan-Nya, supaya kita yang merenungkan firman ini, mendapatkan berkat dan kekuatan dari-Nya.

Mazmur 43

43:1 Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, 
dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh! 
Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang! 
43:2 Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. 
Mengapa Engkau membuang aku? 
Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh? 
43:3 Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, 
supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus 
dan ke tempat kediaman-Mu! 
43:4 Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, 
menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, 
 dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku! 
43:5 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, 
dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? 
 Berharaplah kepada Allah! 
Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!

Kitab Mazmur terdiri dari 150 pasal dengan berbagai atribusi penulis. Namun, sejumlah mazmur tidak mencantumkan nama penulisnya secara eksplisit. Contoh-contoh mazmur tanpa atribusi penulis meliputi:

  1. Mazmur 1 hingga 10: Mazmur-mazmur ini tidak menyebutkan nama penulis dalam judulnya.
  2. Mazmur 33: Meskipun memiliki tema pujian, mazmur ini tidak mencantumkan penulisnya.
  3. Mazmur 66 dan 67: Kedua mazmur ini juga tidak menyebutkan nama penulis dalam judulnya.
  4. Mazmur 71: Mazmur ini berisi doa permohonan dan pujian, namun tanpa atribusi penulis.
  5. Mazmur 91: Dikenal sebagai mazmur perlindungan, tetapi tidak mencantumkan nama penulis.
  6. Mazmur 93 hingga 100: Serangkaian mazmur yang memuji kebesaran Tuhan tanpa menyebutkan penulisnya.
  7. Mazmur 119: Mazmur terpanjang dalam Alkitab ini tidak mencantumkan nama penulis.
  8. Mazmur 121: Mazmur ini juga tidak mencantumkan nama penggubahnya. 

Perlu dicatat bahwa dalam beberapa kasus, meskipun nama penulis tidak disebutkan, tradisi atau analisis teologis mungkin mengaitkan mazmur tertentu dengan tokoh seperti Daud atau Salomo. Namun, tanpa atribusi eksplisit dalam teks, identitas penulis tetap bersifat spekulatif.

Mazmur 43 tidak mencantumkan nama penulisnya secara eksplisit, sehingga identitas penulis dan waktu penulisannya menjadi subjek berbagai interpretasi di kalangan teolog. Beberapa pandangan yang ada meliputi:

  1. Raja Daud sebagai Penulis: Beberapa ahli berpendapat bahwa Mazmur 43 ditulis oleh Raja Daud, mengingat gaya dan tema yang mirip dengan mazmur-mazmur lain yang diatributkan kepadanya. 
  2. Bani Korah sebagai Penulis: Mazmur 43 tidak memiliki judul sendiri dan sering dianggap sebagai kelanjutan dari Mazmur 42, yang berjudul "Nyanyian pengajaran bani Korah." Hal ini menimbulkan asumsi bahwa Bani Korah, kelompok pemusik yang memimpin penyembahan di Bait Allah, mungkin juga menulis Mazmur 43. 
  3. Penulis Anonim pada Masa Pembuangan: Ada juga pandangan yang menyatakan bahwa Mazmur 42 dan 43 ditulis oleh seorang Israel yang mengalami pembuangan di Babel, mencerminkan kerinduan untuk kembali ke Yerusalem dan beribadah di Bait Allah. 

Mengenai waktu dan tempat penulisan, karena identitas penulis tidak pasti, sulit untuk menentukan secara tepat kapan dan di mana Mazmur 43 ditulis. Namun, berdasarkan konteks dan tema yang diangkat, beberapa teolog mengaitkannya dengan periode tertentu dalam sejarah Israel, seperti masa pemerintahan Raja Daud atau masa pembuangan di Babel.

Perbedaan pandangan ini menunjukkan bahwa tanpa bukti definitif, identitas penulis dan waktu penulisan Mazmur 43 tetap menjadi area spekulasi dan interpreta si teologis.

Dari Mazmur 43 di atas, dapat kita lihat sebagai berikut:

Kondisi Pemazmur sedang berada di bawah tekanan musuh dan menghadapi ketidakadilan. Ia memohon kepada Allah untuk memberikan keadilan dan pembebasan dari orang-orang yang curang dan menipu. Dalam pergumulannya, pemazmur tetap berpegang pada keyakinan, bahwa Allah adalah tempat pengungsian dan pertolongan yang setia.

Dalam ayat 3 dan 4 pemazmur berharap kesetiaan Allah akan menuntunnya ke tempat kudus, di mana ia dapat berjumpa dengan Allah dan menaikkan ucapan syukur di mezbah-Nya. Sikap hati pemazmur memperlihatkan, bahwa meskipun dalam kesulitan, ia tetap mengarahkan pandangannya kepada Allah, sebagai sumber sukacita dan kegembiraan yang sejati.

Mazmur 43:5 adalah puncak dari renungan ini, di mana pemazmur berbicara kepada dirinya sendiri, untuk mengingatkan jiwanya agar tidak tertekan atau gelisah, melainkan berharap sepenuhnya kepada Allah. Keyakinan akan kehadiran Allah sebagai penolong dan penyelamat, adalah alasan untuk bersyukur, meskipun dalam situasi yang sulit.

43:5 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, 
dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? 
 Berharaplah kepada Allah! 
Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!

Dalam kehidupan kita, seringkali kita menghadapi situasi yang serupa, di mana keadilan terasa jauh dan kita merasa ditindas oleh keadaan atau orang lain. Mazmur 43 mengajarkan kita untuk tetap berpegang pada Allah, berharap kepada-Nya, dan percaya bahwa Dia adalah penolong dan sumber sukacita kita.

Kiranya Tuhan Yesus Kristus berlimpah dalam Kasih Setia-Nya bagi kita semua.

"Berharaplah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia."

Mazmur 37:3 

Amin.

Komentar

Postingan Populer