Mazmur 22 "Allah tidak pernah meninggalkan kita" Part 1 - Seri Mazmur by Febrian

15 Desember 2024




Mazmur 22 "Allah tidak pernah meninggalkan kita" Part 1 - Seri Mazmur

Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Part 1 ini kita akan merenungkan bersama mengenai _. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut.
Tuhan Yesus memberkati.

Mazmur 22:1-32 [TB] <-- Untuk membaca ayat-ayat tersebut, silakan klik di sini.

Mazmur tersebut di atas, adalah ungkapan kesedihan raja Daud, sekaligus pernyataan imannya, bahwa di tengah himpitan dan ancaman, hatinya tetap percaya, bahwa TUHAN, Allahnya pasti akan menyelamatkannya.

Pada bagian awal pasal 22 ini, dikisahkan betapa Raja Daud merasa dirinya ditinggalkan Allah, karena terancam dan diserang musuh, namun tidak ditolong TUHAN, Allahnya. 

Perasaan ini dialami juga oleh Tuhan Yesus yang tertulis dalam Matius 27:46: 

Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku.

Itu adalah ungkapan seseorang yang tersiksa, menderita dan sudah di ambang kematian, berharap pertolongan Tuhan, namun tidak kunjung datang. Coba refleksikan dalam diri kita, apa perasaan kita jika mengalami kondisi dan situasi seperti itu? Apakah kita akan tawar hati?

Apakah menjadi seperti ayat ini:

Sebab itu semua tangan akan menjadi lemah lesu, setiap hati manusia akan menjadi tawar (Yesaya 13:7)

Jadi bagaimana kita harus bersikap? Apatis, tidak peduli, atau pasrah? Perhatikan ayat berikut, penguatan dari Tuhan Allah kita:

Yosua 1:7-9

Hanya, 

1. kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; 

2. janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi. 

3. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. 

Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi."

Jadi itulah syarat dan janji Tuhan bagi seluruh umat-Nya, baik bagi bangsa Israel di zaman Yosua dulu, hingga zaman modern saat ini.

Seringkali seseorang mengalami kesusahan karena dosanya, kejahatannya, pikiran jahatnya, dan segala hal buruk yang telah ia lakukan. Bisa jadi itu adalah hukuman baginya. Akan tetapi dari ayat di atas, terlihat bahwa perintah Tuhan, menyuruh pengikut Yosua untuk meneguhkan hatinya, menguduskan kehidupannya, Jalan di jalan kebenaran dan memperkatakan firman Tuhan ke mana mereka pergi. Jadi jika kemudian mereka tetap mengalami kesusahan, dapat kita ambil kesimpulan, bahwa itu memang seizin Tuhan. Bukan karena Tuhan itu kejam atau ingin mempermainkan umat-Nya, sebaliknya Ia ingin mendewasakan mereka dalam menghadapi ujian dan pencobaan.

Yakobus 1:13

Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. 

1 Korintus 10:13

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Bacalah kisah Ayub yang mengalami kesusahan besar dalam hidupnya, itu semua bukan rekayasa Allah, tetapi Ia mengizinkan iblis yang menyusahkan hidup Ayub. Mengapa demikian teganya Allah membiarkan orang soleh yang sedemikian kudus hidupnya? Ada maksud Allah yang tidak terselami otak dan logika manusia. 

Perhatikan perkataan Ayub di bawah ini:

Ayub 42:5-6

42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. 42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."

Sangat jelas bahwa Ayub menyadari betapa kelirunya dirinya dengan protes dan marah kepada Allah. Ia memang dinyatakan Tuhan tidak bersalah dalam segala perkataannya sepanjang penderitaannya, namun Allah ingin dirinya sempurna seperti dalam standar Illahi yang diinginkan-Nya, yaitu mengenal-Nya secara pribadi. Jadi hingga saat itu, Ayub telah hidup benar, suci dan saleh di hadapan Allah, hanya beriman berdasarkan apa kata orang lain. 

Demikian tingginya hikmat dan kasih Allah bagi umat ciptaan-Nya. Ia tidak mau seseorang mengiring dan menyembah-Nya, hanya di permukaan saja, tetapi Ia mau setiap orang mengenal-Nya secara pribadi, bukan hanya ikut-ikutan atau kata orang.

Jika kita bandingkan kisah Ayub, Yosua dan Raja Daud, ada kesamaan yang dapat kita perhatikan:

  • Mereka hidup benar, namun mereka mengalami kesulitan yang mengerikan: Ayub kehilangan segalanya dan mengalami penyakit, Yosua memimpin bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan dan harus melawan raksasa dan orang yang mengerikan, setiap hari terancam bahaya maut, sedangkan raja Daud dikejar-kejar musuh, hingga anaknya sendiri mau membunuhnya.

  • Mereka walaupun gagah perkasa dan saleh, namun ditunjukkan Allah, bahwa mereka juga manusia biasa yang tidak boleh sombong. Dari kedudukan mereka yang tinggi direndahkan: Ayub diambil seluruh kekayaan, keluarganya dan bahkan kesehatannya. Yosua yang pemberani, diluluhkan keberaniannya sewaktu melihat raksasa di tanah Kanaan. Raja Daud yang membunuh jutaan musuh, direndahkan sedemikian rupa, melawan anaknya sendiri yang dikasihinya.

  • Mereka mengalami penderitaan, tetapi memiliki akar yang kuat dalam sikap hati mereka: Ayub walaupun complain, protes, kesal, tetapi tetap tidak berbuat kesalahan dalam perkataan mulutnya di hadapan Tuhan. Yosua tetap berani masuk ke tanah kanaan, sekalipun seluruh umat Israel ketakutan melihat bangsa yang menduduki tanah Kanaan itu hebat dan rakasasa. Raja Daud dalam Mazmur nya di atas menyatakan imannya tetap teguh, dan yakin bahwa Allah telah menyelamatkannya.

Jadi pada akhirnya dapat kita renungkan dalam kehidupan kita, bahwa hal yang harus kita lakukan adalah:

  • Jagalah kehidupan kita bersih dan kudus di hadapan Allah. Ini adalah akar dari segala kekuatan iman kita. Pintu masuk iblis tidak ada jika kita hidup kudus. Allah dan kuasa Roh Kudus akan bersemayam di atas kehidupan setiap orangnya yang kudus.

  • Bersiap menghadapi segala tantangan, rintangan, pencobaan dan ujian,  yang diperkenankan terjadi dalam hidup kita, dengan pengertian, bahwa Allah sudah memberikan jalan keluar, serta Ia tidak pernah meninggalkan kita.

  • Pada saat menghadapi masalah dan persoalan, tetaplah memandang wajah Tuhan dan bukan pada masalah kita. Berseru dan berharaplah pada Tuhan saja, jangan pada manusia, harta, koneksi, dan lain sebagainya yang ada di dunia ini.

  • Naikkan ucapan Syukur kepada Allah, sekalipun belum melewati segala masalah yang kita hadapi. Imani bahwa Allah sudah bekerja, dan akan melewatkan kita pada waktu-Nya.

  • Jika Tuhan sudah mengakhiri segala pencobaan, masalah dan ujian kita, maka kita wajib mempersembahkan hidup kita lebih lagi dari sebelumnya. Ingat, tujuan Allah adalah kesempurnaan kita, yaitu mengenal Dia yang Mahatinggi.

Demikianlah Tuhan Allah kita sangat mengasihi kita dan tidak pernah meninggalkan kita sedetikpun. Ia mendidik dan mendewasakan kita, dengan cara-Nya yang mulia. Mari kita mendekat pada-Nya, memuji dan menyembah Tuhan senantiasa dalam hidup kita.

Sebab itu umat-Ku akan mengenal nama-Ku dan pada waktu itu mereka akan mengerti bahwa Akulah Dia yang berbicara, ya Aku!

Yesaya 52:6

Amin.

Komentar

Postingan Populer