Penciptaan Allah: HARI Ke-2 - Kubah yang memisahkan air di atas dan air di bawahnya - Seri Penciptaan Part 3 by Febrian
16 Oktober 2024
Image by fabrikasimf on Freepik
Sumber gambar: https://theologicalscribbles.blogspot.com/2010/12/old-testament-cosmologypaul-seely.html
2. Penciptaan Allah: HARI Ke-2 - Kubah (cakrawala) yang memisahkan air di atas dan air di bawahnya
Bereshit 1:6-8 [Tanakh]
Transliterasi:
Kejadian 1:6-8 [TB]
1:6 Berfirmanlah Allah: "Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air." 1:7 Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. 1:8 Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua.
Genesis 1:6-8
And God said, Let there be
- a firmament in the midst of the waters, and
- let it divide the waters from the waters.
it was so. And God called the firmament Heaven (Ibrani: shamayim). And the evening and the morning were the second day.
Kejadian 1:6-8 [BIMK]
- Kemudian Allah berkata, "Jadilah sebuah kubah untuk membagi air itu menjadi dua, dan menahannya dalam dua tempat yang terpisah." Lalu hal itu terjadi.
- Demikianlah Allah membuat kubah yang memisahkan air yang ada di bawah kubah itu dari air yang ada di atasnya.
- Kubah itu dinamakan-Nya "Langit".
- Malam lewat dan jadilah pagi. Itulah hari yang kedua.
Sangat jelas disampaikan, bahwa pada hari yang ke-2 Allah menciptakan suatu cakrawala yaitu sebuah kubah (Firmament), yang memisahkan air yang ada di bawah kubah itu dari air yang ada di atasnya. Ini yang juga menjadi paradigma perdebatan sengit di dunia, terkait istilah Firmament, yang dalam bahasa aslinya adalah
רָקִיעַ • (rāqī́aʿ) m (plural indefinite רְקִיעִים, singular construct רְקִיעַ־) [pattern: קָטִיל]
- Firmament, sky, heavens: the concave surface on which the heavenly bodies appear to move. quotations ▼
- (mythology) Firmament: a surface separating the various levels of heaven.
Lembaga Alkitab Indonesia dalam versi Terjemahan Baru Bahasa Indonesia, tidak menyebut רָקִיעַ (rāqī́aʿ) sebagai "Kubah", tetapi dituliskan Cakrawala. Ini bisa diterima, karena paradigma kita sudah dipenuhi oleh pemahaman kita dari kecil bahwa Cakrawala adalah garis kaki langit yang memisahkan langit biru di atas, dengan lautan di bawah. Sesungguhnya hal itu dipercaya karena dari kecil kita diajarkan bahwa Bumi tempat kita hidup saat ini berbentuk sebuah bola yang melayang-layang di angkasa bebas. Apa yang kita lihat biru di atas itu adalah luar angkasa tersebut.
Dalam Alkitab bahasa Ibrani, רָקִיעַ (rāqī́aʿ) atau Kubah itu dinamakan oleh Tuhan dengan sebutan "Langit" yang Allah tempatkan sebagai suatu benda melengkung berbentuk kubah, yang "membentang dari ujung ke ujung, memisahkan air Samudera Raya baha besar, menjadi dua bagian, di atas dan di bawah. Inilah yang menjadi kontroversi yang ramai diperdebatkan antara orang yang percaya bumi ini berbentuk bola dan orang yang percaya bumi ini datar. Bahkan orang Kristen pun mengatakan ayat tersebut hanya "kiasan" saja.
Kembali lagi pada kesepakatan kita sebelumnya, bahwa kita percaya tulisan dalam Alkitab, persis apa yang tertulis, tanpa perdebatan. Mohon jika tulisan ini tidak berkenan bagi Anda, tetapi saya hanya akan percaya dengan apa yang tertulis dalam Alkitab, sekalipun itu tidak masuk di akal saya.
Mari kita perhatikan ayat berikut:
Yeshayahu (Yesaya) 40:22 [Nevi'im - Tanakh]
Transliterasi:
shamayim, vayimtahem ka'ohel lashavet.
Berikut adalah terjemahan dari penjelasan kata-per-kata yang sebelumnya dalam bahasa Indonesia:
- Dari kata dasar י-ש-ב (yashav), yang berarti "duduk" atau "tinggal."
- Contoh: "Dia duduk di atas takhta."
- עַל (al) berarti "di atas."
- ח֣וּג (chug) berarti "bulatan" atau "cakrawala," merujuk pada bentuk bulat atau batas bumi.
- Contoh: "Dia duduk di atas bulatan bumi," merujuk pada posisi Tuhan yang tinggi.
- Dari kata dasar א-ר-ץ (aretz), yang berarti "bumi" atau "tanah."
- Contoh: "Bumi ini bulat."
- וְ (ve) berarti "dan."
- יֹֽשְׁבֶ֖י (yoshvei) berarti "penduduk" atau "penghuni."
- הָ (ha) adalah akhiran posesif yang berarti "nya" (merujuk pada bumi).
- Contoh: "Dan para penduduknya hidup di atasnya."
- כַּ (ka) berarti "seperti" atau "sebagai."
- חֲגָבִ֑ים (chagavim) berarti "belalang."
- Contoh: "Mereka seperti belalang dalam perbandingan."
- Dari kata dasar נ-ט-ה (natah), yang berarti "membentangkan" atau "merentangkan."
- Contoh: "Dia yang membentangkan langit seperti tirai."
- כַּ (ka) berarti "seperti."
- דֹּ֙ק (dok) berarti "tirai" atau "selaput tipis."
- Contoh: "Langit dibentangkan seperti selaput tipis."
- Dari kata dasar ש-מ-י (shamayim), yang berarti "langit" atau "cakrawala."
- Contoh: "Dia membentangkan langit."
- וַ (va) berarti "dan."
- יִמְתָּחֵ֥ם (yimtahem) berasal dari kata dasar מ-ת-ח (matach), yang berarti "menghamparkan" atau "merentangkan."
- Contoh: "Dan Dia menghamparkannya seperti tenda."
- כַּ (ka) berarti "seperti."
- אֹ֖הֶל (ohel) berarti "tenda" atau "tempat tinggal."
- Contoh: "Langit dihamparkan seperti tenda."
- Dari kata dasar י-ש-ב (yashav), yang berarti "tinggal" atau "duduk."
- Contoh: "Sebagai tempat tinggal, seperti tenda."
Terjemahan Penuh:
"Dia yang duduk di atas bulatan bumi, dan para penduduknya seperti belalang; Dia membentangkan langit seperti tirai, dan menghamparkannya seperti tenda untuk tempat tinggal."
Penjelasan:
Ayat ini menggambarkan Tuhan yang duduk di atas bumi, melihat para penduduk bumi yang terlihat kecil seperti belalang dibandingkan dengan kebesaran-Nya.
Ini juga menggambarkan kekuasaan Tu han yang membentangkan langit seperti tirai tipis, seperti seseorang yang memasang tenda untuk tempat tinggal.
Isaiah 40:22 [KJV]
He that sitteth upon the circle of the earth, and the inhabitants thereof [are] as grasshoppers; that stretcheth out the heavens as a curtain, and spreadeth them out as a tent to dwell in:
Terjemahan:
Ia TUHAN Allah, Yang duduk di atas lingkaran bumi, dan penduduknya seperti belalang; Yang membentangkan langit seperti suatu tirai dan membentang-luaskannya seperti tenda, untuk berdiam di dalamnya.
Dikatakan di sana, "Lingkaran bumi", bukan bulatan bumi, dalam bahasa aslinya.
Saya cenderung percaya Alkitab dan segala yang difirmankan Allah dengan apa adanya, tidak mau menafsirkan dengan akal atau logika saya. Jika TUHAN berfirman seperti itu, ya itulah yang akan saya terima, entah itu masuk dalam logika saya atau tidak. Sadari kita ini bagaikan semut dibandingkan dengan manusia, artinya otak semut mau memahami cara bekerja Allah Yang Mahatinggi.
Amin.
Komentar
Posting Komentar