Yeremia 40 Part 2 tentang "Kembali dalam ketenangan" Seri Nabi Besar by Febrian

01 Desember 2025

Image by Freepik.com

Yeremia 40 Part 2 tentang "Kembali dalam ketenangan" Seri Nabi Besar

Shaloom Bapak Ibu Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus. Dalam Kesempatan ini kita akan merenungkan bersama mengenai ketenangan dan kedamaian yang sudah diberikan Tuhan kepada umat-Nya, itulah kehendak Allah yang sesungguhnya bagi mereka. Semoga kita semua bisa mendapat berkat dari firman Tuhan tersebut. Kiranya Tuhan Yesus memberkati.

Yeremia 40:7-12

Ketika semua panglima tentara, yang masih berada di luar kota dengan orang-orangnya, mendengar bahwa raja Babel telah mengangkat Gedalya bin Ahikam bin Safan atas negeri itu dan bahwa kepadanya telah diserahkan pengawasan atas laki-laki, perempuan dan anak-anak, yaitu dari orang-orang lemah di negeri itu, yang tidak diangkut ke dalam pembuangan ke Babel, maka pergilah mereka kepada Gedalya di Mizpa; 

mereka ialah 

  1. Ismael bin Netanya, 
  2. Yohanan bin Kareah, 
  3. Seraya bin Tanhumet, anak-anak Efai orang Netofa itu, dan 
  4. Yezanya, anak seorang Maakha, bersama dengan anak buahnya. 

Lalu bersumpahlah Gedalya bin Ahikam bin Safan kepada mereka dengan anak buah mereka: 

"Janganlah kamu takut untuk takluk kepada orang-orang Kasdim itu; tinggallah di negeri ini dan takluklah kepada raja Babel, maka keadaanmu akan menjadi baik. Dan aku sendiri, aku menetap di Mizpa untuk bertindak sebagai wakil di depan orang-orang Kasdim yang akan datang kepada kita; tetapi kamu ini, kumpulkanlah saja hasil anggur, buah-buahan dan minyak, kemudian simpanlah sebagai persediaan, dan tinggallah di kota-kota di mana kamu hendak menetap." 

Juga ketika semua orang Yehuda, yang ada di Moab di antara bani Amon, di Edom dan di negeri-negeri lain, mendengar bahwa raja Babel telah membiarkan tinggal sisa rakyat di Yehuda dan mengangkat Gedalya bin Ahikam bin Safan atas mereka, maka kembalilah semua orang Yehuda dari segala tempat ke mana mereka telah berserak-serak, dan masuk ke tanah Yehuda kepada Gedalya di Mizpa; mereka mengumpulkan hasil anggur dan buah-buahan amat sangat banyaknya.

Saya setengah percaya bahwa akan ada pembaca yang tidak sependapat dengan saya untuk memenggal pembacaan Firman Tuhan Dari Yeremia 40 hingga di sini, karena memang pembacaan ayat berikutnya agak bertolak belakang dengan kejadian di atas. Biarlah kita mengambil mutiara yang Tuhan sediakan bagi para pembaca dalam penggalan ayat-ayat bacaan di atas, untuk dapat memahami kehendak Allah yang sesungguhnya dalam kehidupan setiap umat manusia. 

Dapat kita lihat dalam ayat bacaan di atas, bahwa orang banyak berbondong-bondong Kembali ke tanah Yehuda kepada Gedalya di Mizpa. Gedalya menyampaikan bahwa mereka akan aman jika berada di situ bersama-sama untuk bekerja mengumpulkan hasil anggur, buah-buahan dan minyak. Gambaran itu adalah suatu pemulihan sedang terjadi di kaum Yehuda yang tertinggal. Inilah rancangan Tuhan yang semula, yaitu Allah memisahkan kaum Yehuda sebagian diangkut dalam pembuangan ke Babel, dan yang menetap di tanah Yehuda sebagai orang yang tertinggal. 

Situasi tersebut menggambarkan sebuah masa yang rapuh namun penuh peluang setelah kejatuhan Yerusalem. Secara historis, bagian ini berada pada fase awal setelah kehancuran 586 SM, ketika Babel menata ulang administrasi Yehuda. Sisa-sisa rakyat yang tidak dibuang—orang-orang kecil, petani, mereka yang dianggap tak berbahaya secara politik—diberi kesempatan membangun kembali kehidupan di bawah kepemimpinan Gedalya bin Ahikam. Situasinya belum stabil, namun terdapat ruang bagi ketertiban baru dan pemulihan yang lambat.

John Calvin sebagai tokoh Kristen masa lampau, dalam tulisannya "Commentaries on the Prophet Jeremiah" (Latin ed., 1550) menegaskan bahwa keberadaan “umat yang tersisa” adalah cara Allah mempertahankan kelangsungan umat-Nya meski hukuman-Nya sudah dijatuhkan; Calvin menafsirkan bahwa Gedalya sebagai figur pejabat yang sifatnya pembawa damai, dipakai Allah menjadi alat pemeliharaan umat-Nya. Hal ini merupakan bukti, bahwa Allah selalu menyediakan “tempat berteduh”, bahkan setelah murka-Nya dinyatakan, Allah kemudian melakukan penyembuhan komunitas dari trauma penghukuman; analisis Calvin itu otentik dalam buku tersebut dan muncul pada bagian pembahasannya tentang pasal 40.

Pembacaan kristologis biasanya melihat pola “sisa” dan “pemeliharaan tersembunyi” sebagai bayang-bayang karya Kristus selama di bumi ini. Umat Israel yang tercerai-berai dikumpulkan kembali ke Mizpa seperti gambaran awal dari Sang Gembala yang kelak mengumpulkan domba-domba yang tercerai. Pemulihan yang sederhana—mengumpulkan buah anggur, minyak, dan hasil tanah—menunjukkan bahwa karya penebusan kerap dimulai bukan dari mukjizat spektakuler, tetapi dari pembentukan kembali kehidupan yang biasa. Dalam Injil, Kristus sering memulai dari titik yang sama: memulihkan manusia di tengah keseharian mereka.

Terjadinya pemulihan berawal dari ketaatan sederhana, yaitu para pengungsi kembali ke tanah airnya, bukan karena situasi sudah aman, tetapi karena ada satu figur yang mengundang mereka untuk tinggal, bekerja, dan percaya bahwa Allah masih menyediakan masa depan. Dalam pengalaman rohani siapa pun, pemulihan biasanya tidak dimulai dari perubahan besar dan dramatis, tetapi dari keberanian mengambil langkah kecil ke arah yang benar. Reruntuhan rohani dapat dipulihkan melalui kesetiaan sehari-hari, kesediaan untuk menetap di tempat yang Tuhan tentukan, dan kerja yang tekun pada hal-hal dasar yang dipercayakan. Dari titik-titik kecil inilah, seperti yang terlihat di Mizpa, Tuhan membangun kembali sebuah masa depan yang tidak dapat dipadamkan oleh kehancuran sebesar apa pun.

Dalam kehidupan kita saat ini, mungkin kita mengalami suatu masalah besar, musibah, kesulitan, sakit-penyakit, kerugian, dan lain sebagainya, yang membuat hati kita kehilangan damai sejahtera. Kesulitan seringkali menghimpit kita dan menyebabkan kita merasa kehilangan harapan. Melalui firman Tuhan di atas, kita dapat menyaksikan bagaimana Allah Yang Maha Kuasa Sang Pencipta Langit dan Bumi, dapat melakukan hal ajaib, di mana sudah tidak ada lagi harapan.

Mari kita bersama dapat melanjutkan visi TUHAN dalam kehidupan kita, yaitu melakukan restorasi dan perbaikan cara hidup kita dengan lebih mendekat kepada-Nya dalam segala hal, apakah itu keadaan yang baik atau keadaannya kurang menguntungkan. Dalam segala keadaan utamakan mencari kehendak Allah dalam semuanya.

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!

Roma 12:12

Amin.

Komentar